Bisnis

Dirut Holding Perkebunan Nusantara Optimistis Pemenuhan Pasokan Minyak Goreng Dapat Terwujud

Oleh : very - Rabu, 12/07/2023 20:24 WIB

Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara atau PTPN, Mohammad Abdul Ghani. (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Mohammad Abdul Ghani optimistis bahwa peningkatan produksi kelapa sawit di empat perusahaan yang menjadi pembentuk Sub Holding PalmCo akan terus berlanjut pasca rencana pencatatan saham perdana (Initial Public Offering/IPO).

Seperti diketahui, produksi kelapa sawit PTPN IV, PTPN V, PTPN VI dan PTPN XIII meningkat dalam tiga tahun terakhir. Keempat perusahaan tersebut akan menjadi Sub Holding PalmCo sesuai rencana. Kini, dalam rencana pencatatan saham perdana (Initial Public Offering/IPO).

Ia mengatakan kinerja operasional yang meningkat tersebut menyangkut indikator utama seperti produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, produktivitas TBS, produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan rendemen CPO.

"PalmCo akan dibentuk dari perusahaan yang telah menunjukkan tren kenaikan produksi dalam beberapa tahun terakhir. Tentu ke depannya, dengan PalmCo yang semakin fokus pada komoditas utama, maka tujuan kita berperan dalam food security melalui pemenuhan pasokan Minyak Goreng dalam negeri, insya Allah dapat terwujud," ujarnya dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Jumat (7/7).

Menurutnya, data perusahaan menunjukkan, untuk PTPN IV yang akan menjadi induk merger, kinerja positif terlihat dari Produksi TBS tahun 2020 sebanyak 2.572,59 juta ton, naik menjadi 2.756,47 juta ton pada tahun 2021 dan mencapai 2.650,91 juta tahun 2022.

Hal ini berbanding lurus dengan Produktivitas TBS yang juga meningkat dari 21.424 ton/ha pada tahun 2020, naik menjadi 23.004 ton/ha tahun 2021 dan meningkat lagi ke posisi 23.020 ton/ha pada tahun 2023.

Tren positif ini juga terlihat dari kinerja salah satu perusahaan pembentuk PalmCo di Riau, PTPN V, dimana Produktivitas TBS yang mencapai 23,88 ton/ha tahun 2022, naik menjadi 24,02 ton/ha tahun 2021 dan 24,05 ton/ha tahun 2022.

Sementara untuk Produksi CPO, dari posisi 544,02 ribu ton di tahun 2020, naik menjadi 574,8 ribu ton di tahun 2021 dan naik lagi menjadi 578,91 ribu ton pada tahun 2022 dengan Rendemen CPO berturut-turut 21,39% di 2020, menjadi 21,55% di 2021, dan 21,89% di 2022.

Kinerja lapangan komoditas kelapa sawit yang mumpuni juga ditunjukkan oleh PTPN III Operasional Medan dimana produksi TBS tahun 2020 sebanyak 2,41 juta ton, naik menjadi 2,51 juta ton pada tahun 2021 dan meningkat lagi ke posisi 2,58 juta ton tahun 2022.

Untuk Produktivitas TBS, dari 24 ton/ha pada tahun 2020, naik menjadi 24,73 ton/ha tahun 2021 dan menembus 25,4 ton/ha tahun 2023.

Sedangkan CPO yang diproduksi posisi 579.729 ton di tahun 2020, naik menjadi 607.451 ton di tahun 2021 dan naik lagi mencapai 623.748 di tahun 2022.

Bergeser ke Jambi, PTPN VI mencatatkan produksi TBS berturut-turut 527 juta ton, 565 juta ton, dan 669 juta ton untuk 2020, 2021 dan 2022. Selaras dengan kenaikan produksi CPO di angka 143.968 ton 2020, 187.871 ton 2021, serta meningkat menjadi 188.893 ton di 2022.

Di Kalimantan, PTPN XIII juga membukukan kenaikan produksi TBS, dari 384.830,84 ton pada tahun 2020, naik menjadi 395.210,72 ton tahun 2021 dan meningkat ke 402.582,54 ton tahun 2022, sejalan dengan Produktivitas TBS dari posisi 12,41 ton/ha tahun 2020, naik menjadi 12,72 ton/ha tahun 2021 dan menyentuh 13,2 ton/ha tahun 2022.

Untuk Produksi CPO dari 70.694 ton tahun 2020, naik menjadi 101.935 ton tahun 2021 dan sebanyak 101.976 ton tahun 2022. Rendemen CPO mencapai 22,15% tahun 2020, tahun 2021 sebesar 22,34% dan tahun 2022 sebesar 21,37%.

"Dengan tren positif tersebut, maka PalmCo yang fokus pada komoditas utamanya, mempunyai potensi yang besar dalam meningkatkan hilirisasi kelapa sawit guna pemenuhan kebutuhan minyak goreng dalam negeri yang selaras dengan Proyek Strategis Nasional," sebutnya.

Seperti dikutip CNBCIndonesia.com, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyebut, pencatatan saham perdana (Initial Public Offering/IPO) sub holding PT Perkebunan Nusantara III (Persero) atau PTPN III yakni PalmCo dapat terealisasi pada tahun ini.

"Kalau yang PTPN dan Pertamina ya kalau bisa tahun ini kenapa tidak," ujarnya saat ditemui gedung DPR RI Jakarta, Kamis (15/6).

Erick menjelaskan, pelepasan saham anak usaha BUMN tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi dan pangan masyarakat. Pasalnya, melalui pendanaan alternatif di pasar modal dapat meningkatkan produksi.

"Tentu rencana ini tidak lain kan untuk meningkatkan produksi minyak kita, kalau bisa 5% naik setiap ini nya, gas juga kita harus tingkatkan produktivitasnya," sebutnya.

Di sisi lain, kata Erick, melantainya PalmCo di pasar modal dapat mendorong transisi energi hijau dan ketahanan pangan nasional. "Yang namanya gula itu bagian dari energi juga sekarang, tidak hanya untuk pangan, tapi juga energi, dan ini menjadi tren kalau kita lihat banyak perusahaan minyak yang mengakuisisi perkebunan sekarang di dunia," jelasnya.

Erick menyebut, transisi energi yang ramah lingkungan juga menjadi program di setiap negara dan menjadi agenda dunia. "Nah ini yang saya rasa dunia mengharapkan ada green energy dan kebetulan kita banyak potensi seperti itu," ungkapnya. ***

Artikel Terkait