Nasional

HWP Lestarikan Wastra Bebali Melalui Art Fashion

Oleh : Rikard Djegadut - Sabtu, 29/07/2023 13:53 WIB

Jakarta, INDONEWS.ID - Himpunan Wastraprema kembali menyelenggarakan talk show bertema “Menguak Tutur Bumi Wastra Bebali” dengan menghadirkan Prodi Desain Mode Institut Seni Indonesia/ISI Denpasar Dr.Tjok Istri Ratna C.S.S.Sn, M.Si, dengan moderator Nurdiyansah Dalidjo berlangsung di Museum Tekstil Jakarta Sabtu, 29/7/23.

Tutur Bumi sebagai ungkapan rasa terdalam tentang kehadiran entitas bernama manusia dalam alam semesta ini. Tutur Bumi menjadi konsep bahasan dalam art fashion dengan tema Menguak Tutur Bumi Wastra Bebali.

Konsep penciptaan karya art fashion ini terpantik oleh salah satu tahapan siklus dalam upacara Nyambutin-atau kerap disebut dengan upacara tiga bulanan kelahiran bayi bagi masyarakat Bali.

Tiga bulan dalam perhitungan kalender Bali diyakini seorang bayi telah mencapai kesempurnaan dalam organ tubuh serta panca indera. Aktifitas panca indera membawa dampak positif dan negatif pada kesucian.

Upacara Nyambutin bertujuan agar sang bayi terhindar dari cuntaka dan waspada akan pengaruh pancaindra, sekaligus berterima kasih kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa yang telah menjaga bayi sejak kandungan hingga kelahiran, hingga menjadi entitas yang bernama manusia.

Kosep Tutur Bumi menurut DR. Ratna, teraplikasi ke dalam 6 karya art fashion yang masing masing adalah, Karya Art fashion Janma dalam Bahasa sansekerta berarti yang dilahirkan di dunia, menggambarkan sang bayi yang dilahirkan ke dunia dalam kesederhanaan yang utuh.

Kedua, Karya Atharwa berarti mantra penolak bahaya yang diwujudkan dalam art fashion berupa susunan pola pada lembaran kain tenun Saudan dan tenun alam.Ketiga, Art Fashion Rawikara berarti berkas sinar matahari.

Keempat, Karya Art Fashion Saktika berarti kekuatan spiritual dalam bahasa Kawi terimplementasi dalam perisai diri manusia. Karya art Fashion kelima adalah Taraka yang berarti dalam Bahasa Kawi adalah Bintang bermata Bintang, sedang Art fashion yang keenam adalah Jarih yang berarti mumi, dalam bahasa Kawi telah menginspirasi karya art
fashion.

Jarih adalah fase kehidupan manusia dalam kebekuan pikiran,berhenti tanpa daya, menghentikan pikiran tanpa pernah berhenti.

Ke 6 karya Art fashion ini yang dituangkan kedalam konsep Tutur Bumi sebagai dasar Dr Ratna menciptakan karyanya dalam wastra Bebali. Wastra Bebali ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia tanggal 7 Nopember 2020 oleh Kemendikbud.

Wastra Bebali sebagai salah satu wastra yang dianggap sakral dalam kehidupan masyarakat Bali dan merupakan wastra upacara di Bali.Wastra Bebali mempunyai makna sebagai siklus daur kehidupan sejak dari kelahiran, anak anak, remaja,menikah ,dewasa hingga
menutup mata.

Wastra selalu hadir dan memiliki peran penting terutama dalam ritual yang berhubungan dengan siklus daur kehidupan, baik digunakan sebagai busana atau sebagai pelengkap upacara. Di zaman modern yang serba praktis ini rangkaian upacara daur hidup sudah jarang dilakukan lagi, hanya di beberapa tempat yang mempertahankan upacara tersebut sebagai tradisi.

Sebagai konsekwensinya banyak wastra untuk keperluan daur hidup tidak ditenun lagi dan pengetahuan tetang cara pembuatan serta penggunaan nya secara perlahan mulai memudar.

Dalam bincang bincang ini DR. Ratna juga mengajak para tokoh pencinta wastra untuk menghasilkan satu resolusi guna pelestarian Wastra Nusantara agar tidak punah.

Menurut DR Ratna, kondisi ini cukup rumit, disatu sisi kita kawatir akan kepunahan wastra Bebali jika kita tidak mengenal dan menghargainya, sementara industri ditakutkan akan melemahkan pelestarian sebuah wastra.Melalui art fashion yang dikembangkan melalui wastra
Bebali diharapkan dapat mencegah kepunahan .

Lebih jauh DR.Ratna menjelaskan bahwa kecerdasan dalam struktur masyarakat Bali menjadi pemicu penciptaan ekosistem produk art fashion Tutur Bumi. Tutur Bumi merupakan konsep sekaligus tindakan nyata tentang penciptaan ekosistem produk art fashion untuk memajukan kebudayaan, art fashion dan sustainable fashion.
Lebih lanjut dikemukakan Dr Ratna degradasi terhadap wastra Bebali menjadi ide untuk terus melestarikan karya adiluhung budaya Bali bermedium tekstil.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa desa di Bali yang menekuni seni tenun Wastra Bebali seperti desa Sidemen, desa Budakeling,dengan hasil penelitian merupakan ekosistem penciptaan produk art fashion Tutur Bumi yang melingkupi konservasi dan industri.

Pada kesempatan itu, Ketua Himpunan Wastraprema Neneng Iskandar mengatakan, wastra berperan sangat penting dalam kehidupan manusia.

Sejak lahir hingga meninggal masyarakat adat menjalani kehidupan dengan berbagai upacara yang dilengkapi dengan wastra tertentu yang memliki makna mendalam.

Karena itu, Menurut Ketua Himpunan Wastraprema Neneng Iskandar dengan visi dan misi yang diemban pihaknya mengupayakan pelestarian serta memberikan informasi dan edukasi mengenai wastra atau kain tradisional yang kita miliki kepada masyarakat baik melalui sarana talk show/bincang bincang, pameran dll.

Menurut Neneng Iskandar, melalui bincang bincang yang mengusung topik menguak Tutur Bumi Wastra Bebali dengan mengundang pakar di bidang nya juga merupakan salah satu upaya pelestarian yang dilakukan Himpunan Wastraprema.

Ditegaskan Neneng Iskandar”setiap lembar Wastra merupakan kata tanpa suara yang menyerukan betapa kaya dan agungnya budaya wastra Indonesia. Kegiatan bincang bincang yang dihadiri para tokoh dalam bidang wastra dan para pencinta wastra di Indonesia ini berhasil mencetuskan satu resolusi untuk pelestarian Wastra di Indonesia.

Kegiatan ini juga diselingi dengan peragaan busana karya DR. Ratna yang menampilkan Wastra Bebali. Kegiatan ini sekaligus dalam rangkaian peringatan ulang tahun Wastraprema dan
Museum Tekstil ke 47.

Sebelumnya, juga didakan berbagai rangkaian kegiatan berupa seminar (hybrid) Wastra Bali Bertuah Dalam Siklus Hidup tanggal 24 Juni, Wastra Batak dalam siklus kehamilan dan kelahiran tanggal 15 Juli, workshop serta talkshow Menguak Tutur Bumi Wastra Bebali tanggal 29 Juli, dan Pameran Wastra Menjalin Benang, Meniti Sukma “wastra Tenun Bertuah dalam siklus Hidup”yang menampilan 85 koleksi kain tenun dari Sumatera Utara, Sumatera Barat ,Sumatera Selatan, Lampung hingga NTT berakhir 30 Juli 2023.

 

 

Artikel Terkait