Opini

Bohemian, Gaya Merdeka Kepemimpinan Bung Karno ( Cc. - Rizal Ramli )

Oleh : very - Kamis, 14/09/2023 21:44 WIB

Tokoh Pergerakan, DR. Rizal Ramli dalam sebuah acara. (Foto: Ist)

Oleh: Tulus Sugiharto*) 

INDONEWS.ID - Ketika group musik Queen merintis karir, mereka merilis album A Night at The opera dan mencantumkan lagu Bohemian Rhapsody sebagai lagu pembukanya. Lagu itu langsung ditolak eksekutif  produser musik EMI, Ray Foster.  Alasannya, lagu itu dianggap aneh, durasinya hampir enam menit,  di beberapa bagian tanpa chorus: intro, segmen ballad, sebagian opera, sebagian rock, dan rada reflektif.  Liriknya dari awal sampai akhir seperti sebuah cerita, tanpa ada pengulangan.  Tapi itulah  memang ciri lagu-lagu Queen.

Freddie Mercury dkk langsung meninggalkan kantor EMI dan memutuskan untuk memberikan lagu itu untuk diputar di radio-radio, tanpa dukungan EMI.  Memang aneh karena biasanya Radio hanya akan  memutar lagu maksimal empat  menit, tapi Kenny Everett di Capita Radio memutarnya dan kemudian lagu ini meledak dan diikuti oleh radio-radio lainnya. “Bohemian Rhapsody” selama sembilan minggu berturut-turut bertengger di peringkat 1 UK Single Chart di akhir tahun 1975.

Barangkali gaya Queen menentang EMI memang mencerminkan gaya hidup Bohemian yang menerapkan cara dan gaya-gaya non-konvensional, dan cenderung artistik, tapi merdeka bebas berpikir dan menentukan sikap. Queen merasa merdeka keluar dari gedung EMI dan tetap pada pendirian lagu ini harus diluncurkan apa adanya titik.

Gaya bohemian dalam politik memang tidak populer, berani berkata jujur dan berpikir merdeka bahkan out of the box. Biasanya orang seperti ini awalnya akan dipikir aneh, tidak biasa dan menghadapi “kematian“ dalam berpolitik, ekonomi bahkan hidup mereka.

Kalau bung Karno, mau  hidup aman dan nyaman, tunggu saja waktu bahwa kemerdekaan Indonesia diberikan Belanda bukan dengan cara memproklamasikannya, mempertahankannya dengan pengorbanan psikis dan fisik  yang sangat besar.

Mohon maaf,   negara-negara tetangga kita, Malaysia, Singapura dan Brunei itu semua merdeka karena dikasih oleh Inggris.

Bung Karno berpikir merdeka itu harus cepat diraih. Inilah  cara  memakmurkan rakyat Indonesia secepat-cepatnya dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Di era lain, bang Rizal Ramli (RR) berpikir merdeka bak bung Karno. Dia  tidak mau ikut arus menjadi menjadi kaum The Have atau The Rich. Dia bisa saja pulang mentereng dari Amerika, lulus dari Boston University, cape miskin better berpikir jadi orang berpunya, jadi orang kaya. Waktu jadi Menteri Koordinator, kesempatan lebih gila lagi untuk jadi orang kaya. Pejabat selevel itu  mudah untuk kaya raya. Ini caranya:  buat aturan, nggak peduli  mengakibatkan rakyat  jadi susah, keruk duit secepatnya,  jadi kaya raya  baru tutup aturannya. 

Bang RR bukan orang bodoh, dia bukan tidak mampu makmur seperti itu,  tapi dia tidak mau melakukannya. Pemikirannya soal  kaya, sejahtera dan kuat  bukan untuk dirinya sendiri tapi untuk rakyat banyak. Itu arti merdeka untuk dirinya.

Ada gaya bohemian untuk merdeka dalam kedua bung Karno dan bang RR. Cara berpikir merdeka yang penuh dengan resiko. 

Mungkin punya latar belakang yang agak sama, sejak kecil dekat dengan orang kecil, pandai, tapi pernah dipenjara karena urusan politik, punya reputasi internasional,  tapi mereka sulit untuk melepaskan diri untuk terus memikirkan nasib rakyat kecil. Bahkan sampai usianya sekarang ini bang RR masih ikut demonstrasi pro buruh,  datang bertanya ke KPK soal KKN, jadi saksi ahli di MK dll 

Lirik awal lagu Bohemian Rhapsody “Is this the real life? Is this just fantasy?“  Ini real life, gaya  berpikir merdeka, out of the box  diperlukan agar Indonesia memang jadi negara maju di 2045.

Keputusan Queen benar, bertahan agar lagu Bohemian Rhapsody tetap diperdengarkan dengan genre baru, durasi yang melewati batas  dan lirik  bertutur seperti yang mereka buat. Lagu ini tetap populer dan bertahan hingga saat ini.

Freddie Mercury sudah wafat,  tapi masih ada Brian May dkk  yang terus melanjutkan lagu – lagu Queen  bagi para penggemarnya termasuk gen now  hingga kini,  bahkan film Bohemian Rhapsody  yang dirilis tahun 2018  sangat sukses dan sempat menjadi box office dunia.

Dear ibu Megawati, Bung Karno sudah wafat, tapi ada bung Rizal Ramli satu garis lurus, satu pemikiran, satu gaya kepemimpinan dan satu pemahaman yang sama dalam  melanjutkan cita-citanya luhur bung Karno, merdeka lahir batin  untuk rakyat Indonesia.

*) Tulus Sugiharto adalah Pemerhati Sosial Politik

Artikel Terkait