Nasional

Guru Besar UMY Ajak Mitra Deradikalisasi Satukan Tekad `Saya Muslim Saya Pancasila`

Oleh : very - Kamis, 05/10/2023 20:36 WIB

Guru Besar Psikologi Pendidikan Islam Universitas Muhammadiyah Prof. Dr M. Azhar, M.Ag., (baju putih) didampingi Kasubdit Bina Masyarakat BNPT Kolonel Pas. Drs. H. Sujatmiko (kanan) pada Silaturahmi Kebangsaan dan Cinta Anak Negeri Bersama Mitra Deradikalisasi di Yayasan Bumi Damai, Muntilan, DI Yogyakarta, Yogyakarta, Kamis (5//10/2023). (Foto: Dok PMD BNPT)

 

Yogyakarta, INDONEWS.ID – Guru Besar Psikologi Pendidikan Islam Universitas Muhammadiyah Prof. Dr M. Azhar, M.Ag., mengajak para mitra deradikalisasi atau mantan narapidana terorisme (napiter) untuk menyatukan tekad kembali pada ajaran agama Islam yang rahmatan lil alamin serta ideologi terbaik bangsa Pancasila.

Hal itu penting untuk menyongsong menuju masa depan yang baik bagi para mitra deradikalisasi.

“Yang sulit saat ini yaitu menyatukan kedudukan pribadi kita sebagai umat dan warga negara. Mudah-mudahan ke depan kita semua dapat menyatakan dengan tegas bahwa ‘Saya Muslim, Saya Pancasila’ secara bersamaan,” ujar Prof Azhar pada Silaturahmi Kebangsaan dan Cinta Anak Negeri Bersama Mitra Deradikalisasi di Yayasan Bumi Damai, Muntilan, DI Yogyakarta, Yogyakarta, Kamis (5//10/2023).

Prof Azhar mengungkapkan, bahwa para pencetus Pancasila merupakan tokoh ulama-ulama besar di Indonesia baik dari Muhammadyah maupun dari NU.

“Jadi semua peraturan yang dibuat itu untuk kebaikan kita semua. Menjadi umat yang baik harus taat kepada perintah agama, menjadi masyarakat yang baik harus taat kepada aturan pemerintah,” ujarnya seperti dikutip dari siaran pers Pusat Media Damai (PMD) BNPT.

Pada kesempatan itu, Prof Azhar berpesan kepada para mitra deradikalisasi bahwa sangat penting memahami perbedaan antara konsep khalifah dan khilafah.

“`Khalifah merujuk pada individu yang bertanggung jawab untuk memakmurkan bumi dan mengurusnya, sedangkan khilafah mengacu pada institusi, lembaga, atau bentuk pemerintahan yang sering kali digunakan dalam konteks politik dan sejarah Islam,” terangnya.

Ia juga menjelaskan mengenai keberadaaan anak-anak saat ini yang dapat dikenal dengan “generasi stroberi” karena dianggap sangat rapuh dan cepat tersinggung. Dengan melakukan perubahan kecil sejak dini akan mengubah masa depan anak menjadi lebih baik.

“Salah satu upaya kecil untuk membangun bangsa yang baik yaitu dengan selalu melakukan majelis permusyawaratan rumah tangga. Dengan melakukan musyawarah dengan keluarga secara rutin menumbuhkan rasa anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam tujuan keluarga. Hal kecil ini dapat disebut demokrasi. Demokrasi yang ditanamkan sejak dini yang diawali di lingkup terkecil diharapkan dimasa yang akan datang dapat berkembang dikalangan masyarakat,” papar Prof Azhar.

Kegiatan ini diselenggarakan Subdit Bina Masyarakat, Direktorat Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan dihadiri 18 mitra deradikalisasi yang dari wilayah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Hadir juga pada acara itu Aparat Wilayah dan unsur Pemerintah Daerah, di antaranya Polda DIY, Korem 072 Pamungkas/DIY, BINDA DIY, dan BAIS DIY.

(Acara silaturahmi Kebangsaan dan Cinta Anak Negeri Bersama Mitra Deradikalisasi di Yayasan Bumi Damai, Muntilan, DI Yogyakarta, Yogyakarta, Kamis (5//10/2023). Foto: dok PMD BNPT)

Lima Narasi Virus Radikalisme

Kasubdit Bina Masyarakat BNPT Kolonel Pas. Drs. H. Sujatmiko menyampaikan beberapa poin penting dalam kegiatan itu.

Pertama, ia berpesan bahwa kegiatan ini merupakan ajang silaturahmi yang merupakan salah satu nilai penting dalam budaya dan tradisi Indonesia.

“Terutama dalam konteks masyarakat yang memiliki nila-nilai kebersamaan menjadi lebih kuat dalam membangun hubungan, mempererat persaudaraan dan kepercayaan. Oleh sebab itu apabila masih ada perbedaan pemikiran, lebih baik dapat didiskusikan pada kesempatan yang baik ini. Karena yang berbeda itu sejatinya sama-sama mencari kebaikan, artinya sama-sama mencari keselamatan di dunia dan akhirat,” kata Sujatmiko.

Kedua, lanjutnya, adalah agar para mitra deradikalisasi sebagai warga negara menyadari virus radikalisme yang dapat merusak sendi-sendi berbangsa dan bernegara.

“Kita harus mengetahui lima narasi sebagai virus radikalisme yang berkembang saat ini yaitu virus anti-Pancasila, virus anti-NKRI, virus anti-Kebhinekaan, virus kekerasan serta virus anti terhadap pemerintahan yang sah,” tutur Kasubdit Bina Masyarakat BNPT.

Kemudian ia menegaskan bahwa jangan sampai sebagai warga negara, para mitra deradikalisasi  anti terhadap pemerintahan yang sah. Pemerintahan yang sah artinya didirikan sesuai kesepakatan seluruh bangsa Indonesia, oleh sebab itu perlu dihormati dengan kritik yang baik.

Selain itu, Kasubdit Bina Masyarakat juga mengajak perwakilan instansi yang hadir untuk memaksimalkan kolaborasi dalam pelaksanaan di lapangan agar selalu bersama-sama, kompak, saling memberi masukan dan informasi untuk kebaikan dan tujuan bersama menuju Indonesia yang damai.

Sementara itu, Ketua Yayasan Bumi Damai Yogyakarta, Nurali Iswandi menyampaikan bahwa seluruh warga ngara adalah anak-anak bangsa yang berperan untuk menjaga keutuhan dan kemakmuran Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Ia berharap dengan adanya Rumah Singgah Bumi Damai yang menampung 190 orang terdiri dari anak yatim dan keluarga naprapidana terorisme mampu menyelamatkan anak bangsa

“Diharapkan kita bersama-sama bisa melakukan karya nyata untuk membantu mengurai permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat,” pungkasnya. ***

Artikel Terkait