Nasional

AM Putut Prabantoro: Siapapun Presidennya, Akan Hadapi Ancaman dan Tantangan yang Sama

Oleh : very - Jum'at, 20/10/2023 10:35 WIB

TAPROF Bidang Ideologi Lemhannas RI, AM Putut Prabantoro sebagai pembicara dan Pendeta Riska Virantika Dewirani sebagai moderator dalam Konsultasi Nasional Persekutuan Oikumene Umat Kristen (POUK) Persekutuan Gereja-Gereja Di Indonesia (PGI) di Pondok Remaja PGI, Cisarua Bogor, Kamis (19/10/2023). (Foto: Ist)

 

Bogor, INDONEWS.ID - Indonesia berada dalam pengaruh besar perubahan global. Indonesia berada dalam masa transisi terutama pasca Covid-19, pergeseran geopolitik dunia, perubahan cuaca (climate change) dan pengaruh TIK (teknologi informatika dan komunikasi).

Perubahan itu memengaruhi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara terutama para remaja milenial yang merupakan suara mayoritas penentu kesuksesan pemilu 2024.

“Oleh karena itu, siapapun presidennya nanti, dia akan menghadapi ancaman dan tantangan yang sama. Oleh karena itu pilpres 2024 harus dilihat sebagai cara bangsa Indonesia keluar dari berbagai persoalan yang sifatnya mendesak serta prioritas untuk ditangani,” ujar Taprof Bid. Ideologi Lemhannas RI, AM Putut Prabantoro kepada 210 pendeta dari seluruh Indonesia yang hadir di Pondok Remaja PGI, Cisarua, Bogor, Kamis (19/10/2023).

Para pemimpin agama itu hadir dalam acara Konsultasi Nasional Persekutuan Oikumene Umat Kristen (KONAS POUK) Persekutuan Gereja-Gereja Di Indonesia (PGI).

Dalam paparan yang berjudul “Pemilu 2024 dan Tantangan Indonesia Di Masa Depan”, Putut Prabantoro mewakili Gubernur Lemhannar RI, serta didampingi oleh Pendeta Riska Virantika Dewirani.

Putut mengatakan, kelompok generasi Milenial dan generasi Z akan mendominasi pemilu 2024 dan menjadi suara penentu. Generasi Milenial lahir antara 1981 -1996 dan Generasi Z lahir antara 1997-2000. Jumlah pemilih terdiri dari, 33,60 persen atau 66.822.389 (Generasi Milenial) dan 22,85 persen atau 46.800.161 (Generasi Z). Sisa jumlah pemilih terdiri dari 57.486,462 pemilih atau 28,07 persen (Generasi X), 28.127.340 pemilih atau 13,73 persen (Generasi Baby Boomer) dan  3.570.850 pemilih atau 1,74 persen (Generasi Pre-Boomer).

“Generasi Milenial dan Generasi Z inilah yang nanti pada tahun 2045 akan memimpin Indonesia – saat Indonesia memasuki tahun emas kemerdekaannya. Mereka harus dipersiapkan dan itu dimulai dari dari pemilu 2024 ini. Tantangan dan ancaman pada masa itu sangat berbeda dengan saat ini. Mumpung masih ada waktu 22 tahun dihitung dari tahun 2023, harus dimulai pembentukan karakter kedua generasi tersebut dengan tuntutan zaman,“ ujar Putut.

 

(Sebanyak 210 Pendeta dari seluruh Indonesia yang hadir dalam Konsultasi Nasional Persekutuan Oikumene Umat Kristen (POUK) Persekutuan Gereja-Gereja Di Indonesia (PGI) berfoto bersama pembicara AM Putut Prabantoro, Taprof Bidang Ideologi Lemhannas RI, di Pondok Remaja PGI, Cisarua Bogor, Kamis (19/10/2023)

 

Ancaman dan Tantangan

Lebih jauh Putut Prabantoro menjelaskan, pada Tahun 2045 Indonesia harus memiliki pemimpin yang berketahanan (the resilient generation). Dan pemimpin yang berketahanan hanya didapat dari generasi yang berketahanan juga, yang mampu bertahan dalam segala cuaca.

Namun demikian, pada kenyataannya, masih menurut Putut Prabantoro, dari berbagai kasus yang muncul, kedua generasi itu rapuh dalam menghadapi berbagai tekanan dan tantangan hidup. Mereka membutuhkan perhatian khusus dari generasi sebelumnya.

Putut memberi contoh terkait munculnya fenomena remaja sekarang yang dengan mudah mengakhiri hidupnya karena tidak mampu bertahan dalam kesulitan, atau permintaannya tidak terpenuhi.

Karena pengaruh media sosial dan dengan alasan mendapatkan follower ataupun subscriber, banyak remaja dari generasi Milenial dan generasi Z yang kemudian disadari atau tidak melanggar hukum, norma dan bahkan berperilaku yang tidak sesuai dengan Pancasila. Misalnya, seperti rental pacar, berbahasa kasar dan tidak santun, atau menggunakan pakaian minim tanpa mempertimbangkan dampak yang akan muncul.

Fenomena ini menimbulkan keprihatinan. Bukan soal cara berpikir yang berbeda, tetapi masalah tantangan yaitu ketika mereka menjadi pemimpin negara sangat berbeda jauh baik dari segi bentuk ataupun kualitasnya.

“Indonesia membutuhkan generasi pemimpin yang berketahanan. Dan itu, hanya diwujudkan jika generasi Milineal dan Z juga memiliki karakter berketahanan. Dan itu hanya bisa jika pemerintah mendatang memulainya dari sekarang,” tegas Putut Prabantoro.

Taprof Bidang Ideologi Lemhannas ini mengungkapkan bahwa para pemuka agama tersebut didorong untuk melakukan riset tentang perilaku remaha di lingkungannya. Selain itu juga memberi perhatian khusus kepada kedua generasi ini terutama tentang pembangunan karaketer yang berketahanan.

Para pemuka agama tersebut juga harus mengambil bagian dalam kehidupan politik baik praktis ataupun tidak praktis terutama dalam pengambilan keputusan atau kebijakan publik.

Ketua Panitia Pendeta Noh Ruku menjelaskan bahwa KONAS POUK meruapakan wadah silaturahmi para pemimpin POUK seluruh Indonesia. Konsultasi nasional ini diadakan 2 tahun sekali.

Konas 2023 merupakan perehalatan istimewa karena diadakan setelah masa pandemi sehingga animo peserta begitu tinggi dalam bentuk kehadiran dan interaksi selama konas.

Dia menjelaskan bahwa situasi politik menjelang pemilu memengaruhi animo peserta dalam mengikuti setiap topik secara khusus yang berhubungan dengan pesta demokrasi. ***

Artikel Terkait