Nasional

Romo Magnis: Penguasa Tanpa Malu Bangun Dinasti Keluarga, Kalian Tahu Itu Tidak Beres Dan Masih Coba Mau Mengerti!

Oleh : very - Selasa, 14/11/2023 22:06 WIB

Romo Mangnis Suseno di hadapan sejumlah rektor perguruan tinggi, pengamat, dan aktivis demokrasi di Indonesia bertajuk “Menyelamatkan Demokrasi dari Cengkeraman Oligarki dan Dinasti Politik” yang diselenggarakan di kawasan Jakarta Pusat, Selasa (14/11). (Foto: jpnn.com)

Jakarta, INDONEWS.ID - Dosen Filsafat dan Etika, Franz Magnis Suseno, mengatakan bahwa situasi Indonesia saat ini sudah berbahaya. Pasalnya, di tengah kondisi masyarakatnya yang miskin, penguasa tanpa malu membangun dinasti politik keluarga, pengadilan dibuat tidak independen, dan korupsi makin merajalela.

Hal itu disampaikan Romo Magnis – sapannya - di hadapan sejumlah rektor perguruan tinggi, pengamat, dan aktivis demokrasi di Indonesia bertajuk “Menyelamatkan Demokrasi dari Cengkeraman Oligarki dan Dinasti Politik” yang diselenggarakan di kawasan Jakarta Pusat, Selasa (14/11).

Hadir sebagai narasumber yaitu pakar hukum dari UGM Prof. Zaenal Arifin Mochtar, pakar politik Ikrar Nusa Bhakti, Direktur Eksekutif Amnesty Usman Hamid, pakar tata hukum negara Bivitri Susanti, dan Refly Harun. Moderator dalam acara itu ialah mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri.

“Kita dalam situasi yang cukup serius,” kata Romo Magnis seperti dikutip jpnn.com/.

Romo Magnis mengatakan 50 persen penduduk Indonesia belum benar-benar sejahtera. Bahkan terdapat 9 persen yang masih berada dalam garis kemiskinan serius.

Dosen Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkata tersebut menilai kondisi itu akan membuat wajar apabila rakyat mencari ideologis lain selain Pancasila.

“Jadi, kita menghadapi ancaman perpecahan vertikal antara orang kecil yang masih menunggu sebenarnya di mana janji Indonesia ini,” kata Romo Magnis.

Rohaniwan Katolik ini juga menyoroti tentang korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang kini mengancam demokrasi Indonesia.

Romo Magnis memandang oligarki sangat menguat sehingga membuat kondisi korup dalam negeri. Pelaku politik juga memperkaya diri dan melupakan rakyat.

“Dan tahun-tahun terakhir dengan dukungan presiden mengebiri KPK. Penguasa tanpa malu mencoba membangun dinasti keluarga dan kekuasaan keluarga. Saya ulangi yang dibilang tadi yang gawat kalau orang tidak melihat bahwa itu tidak beres. Kalian tahu itu tidak beres dan coba-coba kita masih bisa mengerti itu. Tetapi tidak beres dan kita di tangan orang seperti itu, ya, berbahaya juga! Ada ancaman terhadap independensi yustisi di Indonesia itu gawat. Masyarakat tidak akan kerasan di negara ini bahwa tidak percaya di pengadilan akan dapat keadilan,” tegas Romo Magnis.

 

Ragu Terhadap Jokowi

Romo Magnis mengatakan bahwa dirinya sebenarnya sudah ragu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ketika tidak mengeluarkan Peraturan Pengganti Undang-undang (Perppu) atas UU KPK.

Dia mengaku bersama 70 orang ke Istana untuk menghadap Jokowi. Tujuannya ingin UU KPK yang baru dibatalkan lewat Perppu.

“Saya tidak terlalu banyak ngomong di situ, presiden mendengarkan dengan penuh perhatian. Ada orang seperti Emil Salim, sahabat saya Almarhum Azyumardi Azra dan selama dua jam kami minta presiden supaya pakai Perppu,” kata Romo Magnis.

Romo Magnis menilai Perppu itu penting agar membuat KPK kembali kuat dalam upaya-upaya pemberantasan korupsi. Namun sayang, kata dia, Presiden Jokowi tidak menghiraukan permintaan para tokoh bangsa tersebut.

“Presiden mendengarkan tetapi tidak menghiraukan. Di situ saya mulai ragu-ragu. Kok, kepentingan apa untuk mengebiri KPK,” pungkas Romo Magnis. *** 

 

Artikel Terkait