Nasional

Kendati Berstatus Disabilitas Daksa, Sarmiyati Sukses Jadi Pahlawan bagi Emak-emak Kragilan

Oleh : Rikard Djegadut - Senin, 11/12/2023 14:15 WIB

Foto: Tribune Solo

Jakarta, INDONEWS.ID - Di tengah keterbatasannya sebagai disabilitas daksa, Sarmiyati, 62, penuh semangat memimpin PNM Mekaar Gebang di Kragilan, Banjarsari, hingga mendorong 15 perempuan muda dan lanjut usia (lansia) di wilayahnya berdaya dan mandiri sebagai wirausaha.

Sarmiyati, 62, menyambut dengan ramah saat Solopos.com berkunjung ke rumahnya, Sabtu (9/12/2023).

Ia yang sebelumnya sibuk menata jualan di etalase kaca, langsung mempersilakan Solopos.com masuk ke ruang tamu. Sesekali, ibu dua anak yang mengalami lumpuh layu bagian karena polio ini membenarkan kursi roda yang menopang tubuhnya.

Ketua Kelompok Permodalan Nasional Madani (PNM) Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) dengan nama Gebang Sukses ini tak ubahnya “pahlawan” bagi ibu-ibu di wilayah Kragilan, Banjarsari, Solo, hingga sukses membuka usaha rumahan.

Ada yang berjualan ayam geprek, sapu lidi, tali untuk bahan rajut, dan toko kelontong. Sementara, Sarmiyati sendiri, menjadi agen jual beli pulsa dan kartu perdana. Sarmiyati bercerita, mayoritas anggotanya memang perempuan prasejahtera yang sudah lansia.

Ada yang berusia 50 hingga 60 tahun namun masih semangat menambah penghasilan untuk membantu perkonomian keluarga.

“Makanya mbak, karena Lansia itu, kami dulu sempat takut pinjam uang di bank. Ya takut enggak boleh karena sudah tua, atau enggak bisa karenan enggak punya agunan,” ceritanya.

Sebelum kenal dengan PNM Mekaar pada 2017 silam, ibu-ibu wirausaha di sekitar rumah Sarmiyati mengandalkan modal dari tabungan. Hanya sedikit yang bisa pinjam ke perbankan karena tak bisa memenuhi persyaratan utang di bank atau belum bankable.

Ada juga yang meminjam ke lintah darat atau rentenir dengan bunga tinggi. “Ya karena pengeluaran rumah tangga banyak, ada juga yang modalnya habis untuk makan sehari-hari, lalu bingung cari modal,” kata dia.

Namun, setelah mengenal PNM Mekaar, mereka jadi kembali semangat karena merasa banyak terbantu dengan berbagai kemudahannya. Kemudahan yang dimaksud yakni mulai dari bunga rendah, pelayanan maksimal dengan mendatangi rumah nasabah, hingga adanya pelatihan.

Sarmiyati kemudian mengingat-ingat kali pertama kenal dengan PNM Mekaar tujuh tahun silam. Kala itu, ia sempat tak percaya ada pinjaman usaha ultra mikro tanpa agunan. Ia bahkan sempat khawatir PNM Mekaar hanya kedok pinjaman rentenir.

“Saya sampai pertimbangan lama. Sampai akhirnya mau nyoba,” kata dia.

Awal 2017 ia hanya memiliki tujuh anggota dengan pinjaman minimal Rp2 juta. Kedisplinan para anggota dalam membayar iuran membuat mereka makin dipercaya hingga diizinkan nambah modal saban tahun. Sekarang ini mayoritas anggota memiliki jumlah pinjaman Rp6 juta hingga Rp9 juta.

Makin banyaknya modal itu tentu saja makin membuat para anggota Sarmiyati sejahtera karena usahanya lancar. Namun, hal itu bukan tanpa kendala. Sarmiyati yang dibantu satu rekannya harus melakukan berbagai pendekatan kepada para anggotanya agar rajin membayar.

Dulu jatah membayar tagihan yakni sepekan sekali diantar ke rumahnya. Sekarang ini seiring dengan banyaknya pinjaman, pembayaran tagihan menjadi dua pekan sekali.

Ia mengaku pernah juga kesulitan menarik tagihan nasabah. Biasanya dia ketar-ketir kalau sampai ada yang mengutang. “Kalau ada yang belum bayar ya saya ingatkan terus. Pokoknya enggak perlu galak, didekati dengan kekeluargaan,” ceritanya.

Kesuksesan Sarmiyati ini ternyata menginspirasi ibu-ibu lainnya di dekat rumahnya. Sampai akhirnya muncul kelompok-kelompok PNM Mekaar baru dengan minimal anggota 10 orang. Sarmiyati berharap program guyup rukup mendorong kemandirian ekonomi ibu-ibu lansia seperti yang dilakukan PNM Mekaar seperti ini terus ada.

Apalagi jika bunganya semakin rendah, tentu saja sangat membantu mereka yang ingin membuka usaha tapi tak punya modal

200 Kelompok PNM Mekaar

Kepala Unit PNM Mekaar Banjarsari, Solo, Rensi, mengamini kelomok Gebang Sukses yang dikomandoi Sarmiyati memang tergolong sukses. Catatan keuangan 15 anggota Sarmiyati cukup baik hingga modal mereka terus dinaikkan.

Kepiawaian Sarmiyati mengelola tim ini yang kemudian menginspirasi kelompok lain hingga sekarang ini ada 200an kelompok PNM Mekaar dengan total anggota 5.100 perempuan pengusaha. Rensi mengatakan anggota mereka berusia 18 – 63 tahun dengan mayoritas perempuan lansia.

Menariknya program PNM Mekaar ini adalah fokus mereka mendorong perempuan prasejahtera dengan range usia hingga 63 tahun. PNM Mekaar seolah ingin memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para perempuan untuk terus berdaya tanpa batasan usia.

“Pasti banyak juga mbak yang dulu sebelumnya pinjam bank plecit [rentenir] atau ambil tabungan. Sekarang dengan PNM Mekaar enggak perlu khawatir soal modal,” kata dia.

Komitmen memberdayakan perempuan ini dilakukan dengan pendekatan yang cukup personal. Petugas dari PNM Mekaar mendatangi langsung kediaman nasabah atau ke ketua kelompok. Semua transaksi, hingga pembayaran tagihan langsung ke kediaman nasabah sehingga mereka tak perlu repot.

Bahkan, agar semakin dekat dengan masyarakat, kantor unit mereka berada di tengah kampong layaknya rumah warga yang lain. Hal itu cukup efektif, terbukti dengan kenaikan jumlah nasabah PNM Mekaar tiap tahunnya.

Goals Usaha Ultra Mikro Naik Kelas

Program PNM Mekaar yang juga didukung penuh holding company mereka dari BRI dan Pegadaian ini tak sekadar memberikan bantuan kepada nasabah. Mereka juga punya goals membawa para nasabah yang sebelumnya non-bankable menjadi bankable hingga bisa naik kelas.

Kepala Area PNM Solo, Anisa Amalia, mengatakan PNM Mekaar menjadi penjembatan perempuan dari keluarga pra-sejahtera yang non-bankable menjadi lebih berdaya dan mandiri.

Mereka memberikan modal per tahun dengan platform yang juga selalu dinaikkan agar mereka punya investasi, mampu mengembangkan usahanya, hingga naik kelas.

Anisa mengatakan, jika ada nasabah yang naik kelas, PNM juga menjembatani mereka menaikkan pinjaman modal ke lembaga keuangan yang lebih besar, salah satunya melalui KUR BRI. Salah satu nasabah PNM Mekaar di Banjarsari membuka toko kelontong saat ini telah naik kelas dan sekarang dimodali oleh BRI.

“Kami punya tugas mengantarkan ibu-ibu dari yang sebelumnya tak punya akses modal, tak punya fasilitas, sampai punya akses modal dan naik kelas,” katanya lagi saat ditemui di kediaman Sarmiyati, Sabtu.

Oleh karena itu, PNM tak hanya fokus pada pemberian modal. Mereka juga rajin membuat pelatihan sebagai pembekalan nasabahnya.

Pelatihan rutin dilakukan per pekan sesuai kebutuhan nasabah. Mulai dari soal produksi, promosi, hingga packaging. Menariknya lagi, PNM juga membantu para nasabah memiliki PIRT, hingga sertifikasi halal. “Kami mendorong nasabah untuk selalu naik kelas. Khususnya para perempuan,” tambahnya.

Anisa menambahkan, fokus utama PNM Mekaar memang perempuan dari keluarga pra-sejahtera karena dianggap sebagai salah satu fondasi keluarga. Mereka berharap, dengan membantu pemberdayaan perempuan, otomatis membantu keluarga tersebut menambah penghasilan.

“Bapak bekerja, ibu juga bekerja, otomatis keluarganya lebih sejahtera karena pendapatan meningkat,” harapnya.

Di sisi lain, mengatakan sejak adanya Holding Ultra Mikro (UMi) yang melibatkan PT Bank Rakyat Indonesia (BRI), PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM dan PT Pegadaian juga cukup mendongkrak pengembangan nasabah.

Kalau dulu pencairan modal dilakukan secara tunai, sekarang cashless dengan adanya Simpedes UMi.

Semua nasabah PNM Mekaar otomatis bakal memiliki buku tabungan Simpedes UMi dan kartu ATM. Buku tabungan itu digunakan untuk mengirimkan modal usaha. Salah satu keuntungannya yakni tak ada potongan administrasi bank dan penggunaan ATM bisa dilakukan di ATM BRI maupun BRILink.

Jumlah PNM Mekaar Bertambah

Pemimpin Cabang PNM Solo, Ananto Seno, Sabtu, menambahkan, penggabungn Holding Umi antara PT Bank Rakyat Indonesia (BRI), PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM dan PT Pegadaian berdampak signifikan pada penambahan nasabah.

Penggabungan itu membuat para nasabah lebih mengenal tabungan BRI dan tabungan emas. Jumlah nasabah PNM Mekaar selalu bertambah setiap tahunnya.

Banyak juga nasabah PNM Mekaar yang kemudian naik kelas yang kemudian dibiayai dan di bawah pembinaan KUR BRI. “Nasabah banyak yang senang dengan holding sehingga secara tidak langsung juga mengajak warga lain untuk join ke PNM Mekaar,” tambahnya.

“Makanya mbak, karena Lansia itu, kami dulu sempat takut pinjam uang di bank. Ya takut enggak boleh karena sudah tua, atau enggak bisa karenan enggak punya agunan,” ceritanya.

Sebelum kenal dengan PNM Mekaar pada 2017 silam, ibu-ibu wirausaha di sekitar rumah Sarmiyati mengandalkan modal dari tabungan. Hanya sedikit yang bisa pinjam ke perbankan karena tak bisa memenuhi persyaratan utang di bank atau belum bankable.

Ada juga yang meminjam ke lintah darat atau rentenir dengan bunga tinggi. “Ya karena pengeluaran rumah tangga banyak, ada juga yang modalnya habis untuk makan sehari-hari, lalu bingung cari modal,” kata dia.

Namun, setelah mengenal PNM Mekaar, mereka jadi kembali semangat karena merasa banyak terbantu dengan berbagai kemudahannya. Kemudahan yang dimaksud yakni mulai dari bunga rendah, pelayanan maksimal dengan mendatangi rumah nasabah, hingga adanya pelatihan.

Sarmiyati kemudian mengingat-ingat kali pertama kenal dengan PNM Mekaar tujuh tahun silam. Kala itu, ia sempat tak percaya ada pinjaman usaha ultra mikro tanpa agunan. Ia bahkan sempat khawatir PNM Mekaar hanya kedok pinjaman rentenir.

“Saya sampai pertimbangan lama. Sampai akhirnya mau nyoba,” kata dia.

Awal 2017 ia hanya memiliki tujuh anggota dengan pinjaman minimal Rp2 juta. Kedisplinan para anggota dalam membayar iuran membuat mereka makin dipercaya hingga diizinkan nambah modal saban tahun. Sekarang ini mayoritas anggota memiliki jumlah pinjaman Rp6 juta hingga Rp9 juta.

Makin banyaknya modal itu tentu saja makin membuat para anggota Sarmiyati sejahtera karena usahanya lancar. Namun, hal itu bukan tanpa kendala. Sarmiyati yang dibantu satu rekannya harus melakukan berbagai pendekatan kepada para anggotanya agar rajin membayar.

Dulu jatah membayar tagihan yakni sepekan sekali diantar ke rumahnya. Sekarang ini seiring dengan banyaknya pinjaman, pembayaran tagihan menjadi dua pekan sekali.

Ia mengaku pernah juga kesulitan menarik tagihan nasabah. Biasanya dia ketar-ketir kalau sampai ada yang mengutang. “Kalau ada yang belum bayar ya saya ingatkan terus. Pokoknya enggak perlu galak, didekati dengan kekeluargaan,” ceritanya.

Kesuksesan Sarmiyati ini ternyata menginspirasi ibu-ibu lainnya di dekat rumahnya. Sampai akhirnya muncul kelompok-kelompok PNM Mekaar baru dengan minimal anggota 10 orang. Sarmiyati berharap program guyup rukup mendorong kemandirian ekonomi ibu-ibu lansia seperti yang dilakukan PNM Mekaar seperti ini terus ada.

Apalagi jika bunganya semakin rendah, tentu saja sangat membantu mereka yang ingin membuka usaha tapi tak punya modal

200 Kelompok PNM Mekaar

Kepala Unit PNM Mekaar Banjarsari, Solo, Rensi, mengamini kelomok Gebang Sukses yang dikomandoi Sarmiyati memang tergolong sukses. Catatan keuangan 15 anggota Sarmiyati cukup baik hingga modal mereka terus dinaikkan.

Kepiawaian Sarmiyati mengelola tim ini yang kemudian menginspirasi kelompok lain hingga sekarang ini ada 200an kelompok PNM Mekaar dengan total anggota 5.100 perempuan pengusaha. Rensi mengatakan anggota mereka berusia 18 – 63 tahun dengan mayoritas perempuan lansia.

Menariknya program PNM Mekaar ini adalah fokus mereka mendorong perempuan prasejahtera dengan range usia hingga 63 tahun. PNM Mekaar seolah ingin memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para perempuan untuk terus berdaya tanpa batasan usia.

“Pasti banyak juga mbak yang dulu sebelumnya pinjam bank plecit [rentenir] atau ambil tabungan. Sekarang dengan PNM Mekaar enggak perlu khawatir soal modal,” kata dia.

Komitmen memberdayakan perempuan ini dilakukan dengan pendekatan yang cukup personal. Petugas dari PNM Mekaar mendatangi langsung kediaman nasabah atau ke ketua kelompok. Semua transaksi, hingga pembayaran tagihan langsung ke kediaman nasabah sehingga mereka tak perlu repot.

Dalam memperkuat sinergi ketiga entitas, kantor layanan dikonsolidasikan agar lebih efisien melalui “Sentra Layanan Ultra Mikro” atau SENYUM. Ketiganya juga menyiapkan aplikasi UMi Corner yang membuat mereka lebih dekat dengan nasabah.

Pada 2022 lalu BRI menargetkan memiliki 1.000 unit Senyum, yang diharapkan dapat memberikan akses yang lebih luas. Perseroan juga mengoptimalkan fungsi dari Agen BRILink yang saat ini telah mencapai lebih dari 500.000 agen dan tersebar di seluruh Indonesia.

Sumber: Solopos dengan judul artikel "Sarmiyati, “Pahlawan” Ibu-Ibu Kragilan Jadi Mandiri & Berdaya lewat PNM Mekaar"

 

Artikel Terkait