Opini

Abdul Hadi WM: Tuhan Begitu Dekat Denganmu

Oleh : luska - Jum'at, 19/01/2024 19:20 WIB

Oleh: Swary Utami Dewi 

Abdul Hadi WM. Lengkapnya Prof Abdul Hadi Wiji Muthari (WM). Beliau wafat pukul 03.36 WIB, Jumat, 19 Januari 2024. Beberapa kawan menuliskan berita duka ini dan menyebarkannya di beberapa WhatsApp (WA) group.

Aku lupa tepatnya kapan. Tapi suatu hari di pertengahan 2000-an, aku sedang duduk bersama Ayah Sutardji Calzoum Bachri (yang digelari Presiden Penyair Indonesia) di Taman Ismail Marzuki (TIM). Di TIM saat itu masih berderet kedai-kedai sederhana dengan makanan dan minuman murah meriah terjangkau. Ayah Tardji menikmati segelas kopi. Sesaat kemudian datang lelaki ini duduk bergabung. Ternyata dia punya janji dengan Ayah Tardji. Dialah Abdul Hadi WM, seorang penyair sufistik. Aku terlambat mengenalnya, tapi tidak menyesal. Dua sastrawan besar ini, saat itu, berbincang dan terkekeh sesekali. Aku waktu itu lebih banyak terpesona melihat mereka berdua.

Abdul Hadi lahir di Sumenep, Madura, Jawa Timur, pada tanggal 24 Juni 1946. Beliau bukan hanya sastrawan. Pelopor penyair sufistik ini juga tokoh filsuf di Indonesia dan seorang akademisi. Beliau merupakan Guru Besar di Universitas Paramadina. Jadi, Abdul Hadi adalah "paket lengkap", yang bisa memadukan berbagai kepiawaian dam hidupnya. Dia sastrawan, budayawan, filsuf, penulis, akademisi dan orang baik ... Semua itu tidak "kaleng-kaleng". Dalam berbagai bidang itu ia selalu masuk dalam kategori "tokoh" atau bahkan pelopor, misalnya untuk syair sufistik.

Baca juga : Surup dan Candu

Bagi yang mengerti beliau, pasti lekat dengan puisinya yang ternama "Tuhan, Kita Begitu Dekat". Isinya bisa disimak berikut:

Tuhan
Kita begitu dekat
Sebagai api dengan panas
Aku panas dalam apimu

Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti kain dengan kapas
Aku kapas dalam kainmu

Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti angin dengan arahnya

Kita begitu dekat
Dalam gelap
Kini aku nyala
Pada lampu padammu

----

Hari ini, Bang Denny JA menuliskan memoirnya tentang Abdul Hadi. Ada sentilan di situ, saat Denny JA menceritakan ucapan Abdul Hadi kepadanya:
“Anda (Denny JA) walau ikut 'berkotor tangan' di dunia politik praktis sebagai konsultan politik dan pengusaha, tapi cukup punya waktu untuk merenung, fasih menulis puisi sufistik dalam bentuk puisi esai.”

Bagiku ini merupakan reminder bagi kita semua, yang kerap "kotor tangan" dalam berbagai bentuk. Sentilan ini bagiku sekaligus penanda bagi kita semua untuk bisa memilah dan memilih. Hidup kita sering ada dan bermain dalam dua sisi. Kaki kanan berbuat begitu banyak kebaikan, tapi kemudian diri kita mudah tergelincir oleh kaki kiri atau "tangan kotor" tadi. 

Padahal atau untunglah "Tuhan, Kita Begitu Dekat". Tuhan yang begitu dekat dengan kita inilah yang membuatNya memberi tanda-tanda saat manusia sudah khilaf atau lupa akan kemanusiaannya. Tuhan yang begitu dekat jugalah yang kuyakin selalu memampukan manusia untuk memilih dan memilah. Karena Tuhan begitu dekat, maka tinggal kita mencari makna masing-masing untuk mempertahankan kedekatan kita dengan Tuhan -- Mau kita banyak bermain kotor atau sebaliknya. Terlepas dari semua itu, Tuhan memang selalu begitu dekat dengan kita.

Abdul Hadi, yang juga anggota senior Perkumpulan Penulis Indonesia, Satupena, sudah menjalankan tugas kemanusiaannya di dunia. Saatnya dia kembali ke rumah sejati manusia, di haribaan Allah Swt. Legasinya tentu akan terus ada. Salah satu yang terkini adalah kiprahnya sebagai Dewan Pakar (bersama-sama dengan Prof. Komaruddin Hidayat) di Paramadina Centre for Religions and Philosophy (PCRP), Universitas Paramadina, yang diinisiasi oleh Prof. Didik J. Rachbini⁩ dan Mas Budhy Munawar Rachman. Kepergiannya tentu menimbulkan kesedihan bagi aku dkk yang terlibat di PCRP. Tapi berbagai keteladanan dan catatannya sebagai manusia baik akan menjadi api penyemangat bagi kita semua.

Wahai engkau yang baik ...
Beristirahatlah sekarang
Karena Tuhan yang begitu dekat denganmu akan selalu memelukmu... 
Al Fatihah.

19 Januari 2024

Artikel Terkait