Nasional

Raih "The Legend Award" dari LEPRID, Denny JA: Jadikan Riset Sebagai Basis Strategi Politik

Oleh : very - Senin, 19/02/2024 22:02 WIB

Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (LEPRID) memberi penghargaan “The Legend Award” kepada pendiri lembaga survei, Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA, di Jakarta, Senin (19/2). (Foto: Jawapos.com)

Jakarta, INDONEWS.ID – Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (LEPRID) memberi penghargaan “The Legend Award” kepada pendiri lembaga survei, Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA, di Jakarta, Senin (19/2).

Penghargaan tersebut diberikan oleh pendiri sekaligus pimpinan LEPRID, Paulus Pangka karena Denny dinilai berprestasi ikut memenangkan pemilihan Presiden RI, sebanyak lima kali berturut-turut.

Paulus mengatakan Denny sudah mencapai prestasi puncak yang tak pernah terjadi di dunia. Pasalnya, konsultan politik tersebut sudah berhasil memenangkan presiden sebanyak lima kali berturut- turut yaitu sejak tahun 2004, 2009, 2014, 2019, dan terakhir tahun 2024.

“Jika satu pemilu presiden terjadi setiap lima tahun, itu artinya Denny JA sudah malang melintang lebih dari dua puluh tahun dalam pemilu presiden dan selalu menang,” ujar Paulus.

Dia menambahkan, Denny JA layak menerima predikat “The Legend”.

Sementara itu, Denny mengatakan, ada sebuah gagasan yang jauh lebih besar yang dibawanya terkait penghargaan tersebut.

“Ada gagasan yang jauh lebih besar. Yaitu datangnya politik baru ke Indonesia. Politik 2.0. Itu gabungan dari politik demokrasi yang dikawinkan dengan ilmu pengetahuan,” kata Denny seperti dikutip dari siaran pers.

Denny merespons penghargaan itu dengan mengangkat gagasan besar di balik kemampuannya memenangkan lima kali pemilu presiden berturut- turut. Hal tersebut, katanya, terjadi karena dia menjadikan riset sebagai basis strategi politik.

Denny berujar, politik baru ini membawa pesan kepada siapapun yang ingin menjadi pemimpin di era demokrasi, apalagi jika ia ingin menjadi presiden.

“Pertama pahami perilaku pemilih. Pahami demografi pemilih. Menangkan the heart and the mind of people. Dengarkan suara rakyat. Bukan hanya suara elit, pengusaha, aktivis, kelompok atau kepentingan. Tapi suara 204 juta pemilih dari Aceh sampai Papua perlu dimengerti,” katanya.

Denny mengatakan, suara satu petani di Aceh sama dengan suara satu profesor di Jakarta. Suara satu buruh di Papua senilai dengan suara seorang aktivis di Jogjakarta.

Bahkan suara mereka yang tak tamat SD, tamat SD, tak tamat SMP, tak tamat SMP, itu 60 persen dari total populasi pemilih. Sementara suara kalangan terpelajar seperti mahasiswa, mereka yang tamat D1, D2, S1, S3 hanya 10 persen dari total para pemilih.

Dalam demokrasi, katanya, berlaku “One Man One Vote”. Satu warga satu suara. Berarti suara wong cilik itu enam kali lebih banyak dibandingkan suara  wong gede, kalangan terpelajar.

Pesan politik kedua, katanya, yaitu menjawab pertanyaan bagaimana mendengar suara 204 juta pemilih dari Aceh sampai Papua dengan suara yang juga dinamis.

Menurutnya, saat ini telah datang revolusi ilmu pengetahuan. Suara para pemilih bisa diketahui melalui sampel, melalui statistik. Suara 204 juta pemilih itu bisa diketahui hanya dengan 1200 saja responden saja.

“Survei opini publik  telah datang. Ia anak kandung dari demokrasi. Tak ada demokrasi tanpa lembaga survei. Suara 204 juta pemilih dapat diketahui cepat sekali, setiap 2 minggu,” ujarnya.

Namun demikian, katanya, survei hanyalah side A dari kerja untuk menjadi presiden. “Hanya sebagian. Survei membaca opini publik. Yang tak kalah penting justu side B-nya: mengubah opini publik. Inilah peran konsultan politik. Capres hanya mungkin menang jika opini publik bisa dipengaruhi untuk lebih mendukung capres itu,” kata Denny.

Denny mengatakan bahwa peran politik baru sudah dibuktikan pada lima kali pemilu presiden, sejak 2004- 2024. “Siapa yang menjadi presiden sudah, LSI Denny JA umumkan seminggu sebelumnya,” ujar Denny.

Dia memberi contoh terkait pemilu 2024. Tujuh hari sebelum hari pencoblosan, LSI Denny JA sudah mengumumkan Prabowo akan menang dengan interval tertinggi sekitar 58 persen. Ganjar bisa mendapatkan interval terendah sekitar 16 persen.

Angka itu terbukti enam hari kemudian dalam Quick Count semua lembaga dari Kompas, CSIS, Indikator hingga LSI Denny JA. Real Count KPU nanti tak akan banyak beda. “Inilah science dalam politik. Inilah politik era baru, yang memasukkan science dalam pertarungan demokratis,” imbuhnya.

Saat menerima “The Legend Award” tersebut, Denny juga membuat disclaimer.

Menurut Denny, yang paling berperan  atas kemenangan Prabowo-Gibran adalah  tri tunggal: Prabowo- Gibran, dan Jokowi.  Selain itu, katanya, tim sukses yang dipimpim Rosan juga berperan. Juga Tim Khusus yang dipimpim Bahlil Lahadalia.

Denny mengatakan, pihaknya berperan di belakang memberi panduan awal.   Selaku konsultan, Denny juga menggelar “door to door” langsung ke rumah penduduk di 28 kabupaten battle ground. Ia juga melakukan tebar billboard di bandar besar dan marketing di medsos.

“Jadi, pesan kuat di balik keberhasilannya memenangkan presiden lima kali berturut- turut karena ampuhnya strategi politik yang dibuat berdasarkan riset dan data,” ujarnya. ***

Artikel Terkait