Gaya Hidup

Prof Tjandra: Tahun Ini Mungkin Menjadi Tahun Terburuk Dengue di Benua Amerika

Oleh : very - Senin, 15/04/2024 18:48 WIB

Prof Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI dan Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara. (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Selain di Indonesia, beberapa negara di benua Amerika juga mengalami peningkatan kasus Dengue.

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama melalui siaran pers di Jakarta, Senin (15/4) mengatakan, data kasus dengue tahun ini tiga kali lipat lebih tinggi daripada periode yang sama di tahun 2023.

“WHO Pan American Health Organization (PAHO) bahkan memberi peringatan bahwa tahun ini mungkin menjadi tahun terburuk untuk Dengue di benua Amerika sepanjang sejarah, ‘may be the worst year for dengue ever recorded’,” ujarnya.

“Mudah-mudahan hal ini tidak terjadi di Indonesia, tetapi kasus di negara kita memang terus naik dan belum terlalu jelas kapan akan sampai puncaknya,” katanya.

Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI mengatakan, ada beberapa hal yang dilakukan di benua Amerika, yang mungkin dapat dipertimbangkan juga di negara kita.

Pertama adalah kejelasan dan memastikan serotipe virus dengue mana yang sedang bersirkulasi dan menyebabkan penyakit.

“Kita tahu ada empat serotipe virus dengue, dan akan baik kalau ada informasi yang jelas pula di negara kita tentang serotipe mana yang beredar di daerah yang mana,” ujarnya.

Kedua,  amat perlunya melakukan intensifikasi untuk menghilangkan tempat nyamuk berkembang biak, atau “eliminate mosquito breeding sites”.

Ini harus diikuti dengan upaya ketiga yaitu  perlindungan terhadap gigitan nyamuk (“protect against mosquito bites”) misalnya dengan baju tangan panjang atau penggunaan cairan pelindung tertentu.

Upaya keempat di benua Amerika adalah kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendiagnosis sedini mungkin dan memberi penangananan klinik pada waktu yang tepat, sesuatu yang perlu dilakukan juga di negara kita.

Di benua Amerika di tergetkan angka kematian (“case fatality rate”) akibat Dengue adalah di bawah 0.05%, angka yang amat rendah yang baik kalau dijadikan target juga di negara kita.

Upaya kelima yang dilakukan di benua Amerika adalah secara terus-menerus memberi penyuluhan ke masyarakat setempat tentang berbagai gejala dengue dan kapan waktu yang harus segera meminta pertolongan medis.

“Di kita tentu berita-berita utama kini adalah tentang arus balik, tetapi ingatlah bahwa dengue juga masih terus mengintai dan bahkan bukan tidak mungkin mengancam kita. Marilah kita waspada, dan apa yang dilakukan WHO PAHO di benua Amerika dapat juga kita lakukan di tanah air,” ucapnya.

Dapat dicatat pula bahwa negara di Amerika seperti Puerto Rico sudah menyatakan situasi “public health emergency as cases of dengue fever”, antara lain karena kasusnya meningkat 140% dari periode yang sama tahun yang lalu.

Untuk negara kita, katanya, pernah dilaporkan bahwa kasus Januri sampai Maret 2024 meningkat hingga tiga kali lipat.

“Apakah akan ada pernyataan KLB atau tidak di beberapa daerah negara kita tentu akan bergantung pada penentu kebijakan publik, berdasar pada data-data akurat yang tersedia,” pungkasnya. ***

Artikel Terkait