Nasional

Menkes Ungkap Penyebab Rendahnya Penurunan Angka Prevalensi Stunting

Oleh : Rikard Djegadut - Jum'at, 10/05/2024 21:01 WIB

Jakarta, INDONEWS.ID - Angka prevalensi stunting di Indonesia hanya turun tipis pada kurun 2022 hingga 2023. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pun mengungkapkan alasan di balik rendahnya penurunan angka prevalensi stunting yang hanya 0,1 persen, yaitu dari 21,6 persen pada 2022 menjadi 21,5 persen pada 2023.

Menurut Budi, salah satu penyebabnya adalah belum ditemukan model implementasi yang sesuai dari program-program yang telah dilaksanakan. "Masalah eksekusi di lapangannya, implementasi di lapangannya, itu belum ketemu model implementasi di lapangan yang pas. Nah itu yang sekarang sedang kita cari model pas-nya itu apa," kata dia, Rabu, 8 Mei 2024.

 

Budi juga menyebut pihaknya belum menemukan implementasi yang konsisten dapat menekan prevalensi stunting di berbagai daerah. "Enggak ada satu daerah yang konsisten di satu provinsi, event di satu kabupaten/kota sedikit sekali yang bisa (konsisten)," ujarnya.

Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Maria Endang Sumiwi mengatakan sedikitnya penurunan prevalensi stunting diakibatkan pula oleh bertambah jumlah anak yang baru stunting. Dari data Kemenkes, menurut dia, jumlah anak yang keluar dari kelompok stunting hanya memiliki sedikit selisih dengan anak yang baru masuk ke dalam kelompok stunting.

"Jadi, yang keluar 1,2 juta, yang masuk juga sekitar 1,2 juta. Bedanya cuma ratusan ribu, sehingga nanti kita evaluasinya adalah karena yang masuk stunting itu cukup deras," kata Maria.

 

Untuk itu, Maria mengatakan pihaknya tengah melakukan evaluasi. Salah satu upaya yang harus menjadi perhatian adalah anak-anak yang masuk ke dalam kategori waisting atau dapat dikatakan sebagai "calon stunting" dan melakukan pencegahan dengan menerapkan protokol pencegahan stunting yang ideal.

"Sehingga yang ideal dan itu sebenarnya di protokol kita ada, yaitu membantu ibu hamil, membantu baduta (bayi dua tahun) dan ibu menyusui," kata Maria.

Dengan langkah tersebut yang dilakukan secara persis dan konsisten, Maria optimistis implementasi program pencegahan stunting dapat berjalan dengan baik sehingga angka prevalensi stunting di Indonesia bisa turun.

Pemerintah menargetkan angka prevalensi stunting bisa turun hingga 14 persen pada tahun ini. Namun saat ini, penurunannya masih sangat rendah.

Wakil Ketua Komisi Kesehatan DPR Kurniasih Mufidayati menilai diperlukan kerja keras dan evaluasi dalam rangka mencapai target prevalensi penurunan stunting hingga 14 persen pada 2024. Menurut Kurniasih, idealnya guna mencapai target tersebut, setiap tahun angka prevalensi stunting harus bisa turun hingga 3,5 persen per tahun.

Kurniasih pun menyoroti bertambahnya anggaran penanganan stunting yang dibebankan ke 17 kementerian/lembaga dan juga oleh pemerintah daerah. Ia menilai penambahan anggaran tersebut ternyata tidak ekuivalen dengan capaian penurunan stunting tahun 2022-2023. Padahal, pandemi Covid-19 juga sudah bisa dilewati dan fokus program penurunan stunting bisa dikebut.

"(Target) penurunan stunting ternyata tidak dibarengi dengan keseriusan pencegahan stunting sejak dini. Artinya angka penurunan tidak dibarengi dengan pencegahan, sehingga angka kenaikannya juga tinggi," kata Kurniasih dalam keterangannya dikutip dari laman DPR.

Artikel Terkait