Opini

Tidak Ada WNI menjadi Korban: Judul Ikonik. Kalimat Legacy sejak 2012

Oleh : luska - Senin, 03/02/2025 13:41 WIB


Penulis: Ple Priatna (Direktur Informasi dan Media, Kementerian Luar Negeri RI (2011-2013). Alumnus FISIP UI dan Monash University, Melbourne, Australia)

Kemlu: tidak ada WNI jadi korban karhutla di LA (Antara, 11/1/2025).
Gempa di Taiwan, Kemenlu RI Pastikan Tak Ada WNI yang jadi korban (Kompas, 22/1/2025).

Membaca 2 contoh judul itu dengan pokok isi berita  -- tidak ada WNI menjadi korban -- dari gempa, penembakan atau musibah lainnya, kalimat itu mengingatkan memori penting kebelakang, satu dasawarsa lalu sekitar tahun 2012.

Pernyataan pers dan wawancara di sepanjang periode itu pun penuh dengan guliran kalimat ikonik yang fenomenal ini "tidak ada WNI yang menjadi korban".  

Pada saat itu, satu dasawarsa lalu tanpa berpretensi menjadi pionir atau mengklaim sebagai penggulir, kalimat itu viral dikutip dalam judul berita di berbagai media massa.

Kalimat pernyataan yang keluar dari agensi pemerintah ini, pernyataan  pers tertulis dari direktorat Infomed Kemenlu saat itu --- terasa mendobrak, berani, sekaligus penuh risiko dan pertaruhan kredibilitas sebagai sumber berita.

Guliran kalimat ikonik itu ternyata bisa menjadi brand news info pemberitaan Kemenlu RI yang kredibel dan hampir selalu dikutip kantor berita dan media massa.

Karena pada jaman itu, publik menuntut jawaban responsif dan cepat.  Berpacu dengan waktu mengharap pernyataan konfirmasi atas berbagai kejadian atau musibah yang mungkin membawa akibat bagi WNI di manca negara. 

Kalimat konfirmasi penting, tidak ada WNI menjadi korban ini pun disebarluaskan melalui media massa.  

Misalnya, pada saat peristiwa badai topan Pablo di Filipina Selatan yang menewaskan 407 orang dan lebih dari 500 orang penduduk dinyatakan hilang.

Saat, drama tenggelamnya kapal pesiar Costa Concordia di Pulau Giglio, Tuscani,
Italia, 170 WNI ABK  selamat dan 29 korban dinyatakan hilang.

Kejadian seorang WNI disandera kelompok bersenjata di kompleks tambang kilang gas kota Inamenas-Tigaritourine-Ilizi, Aljazair.

Kebakaran di kelab malam di Santa Maria, Brazil yang menewaskan 232 orang.  

Tabrakan kereta api di Bridgeport, Connecticut, AS yang menewaskan 70 orang. Penembakan brutal yang terjadi di SD Sandy Hook, Newtown, Connecticut, AS yang menewaskan 28 anak-anak.

Runtuhnya Rhana Plaza, gedung bertingkat delapan di Savar, Distrik Dhaka, Bangladesh mengakibatkan 142 korban tewas dan 100 korban luka-luka. 

Musim dingin di Moskow, 90 orang tewas dan 600 orang dirawat di rumah sakit.

Insiden penembakan pemberontak Sultan Sulu di Lahad Datu, Sabah, Malaysia 1 Meret 2013, menewaskan 22 orang, berikut 167 WNI mengungsi. 

Sederet contoh pemberitaan di tengah berbagai peristiwa satu dasawarsa lalu itu pun, menegaskan sudah adanya komunikasi interaktif pemerintah dengan publik.  Konektivitas peristiwa internasional dan komunikasinya dengan publik di Tanah Air dilakukan secara intens.

Sebuah potret besar mengelola komunikasi interaktif, live connectivity, konektivitas yang berjalan secara cepat dan akurat --di tengah peristiwa di luar negeri dan respons tanggung jawab pemerintah di dalam negeri, -- dalam menghadapi situasi buruk yang mungkin menimpa warga negara.

Judul ikonik. Kalimat legacy sejak 2012 ternyata bertahan hidup, bergulir kuat hingga sekarang. 

Kalimat penting itu juga mengungkap legacy kredibilitas sumber berita terpercaya bagi agensi pemerintah. Di tengah paradox of plenty  informasi yang bertebaran dan bahkan saling silang menguji kebenarannya.

 

TAGS : Ple Priatna

Artikel Lainnya