Nasional

Inklusi Digital: Menjembatani Kesenjangan di Era Digital

Oleh : Rikard Djegadut - Jum'at, 10/10/2025 18:25 WIB


 

Jakarta, INDONEWS.ID - Teknologi digital terus berkembang dan meningkat. Sehingga sekarang menjadi momen yang sangat penting mendorong masyarakat yang lebih adil dan inklusif merangkul semua kalangan.

Inklusi digital memastikan setiap orang memiliki akses yang sama terhadap teknologi komunikasi dan informasi, serta peluang yang timbul dari penggunaan alat-alat ini.

Sejak pandemi Covid-19, digitalisasi telah menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara. Ketika negara-negara menutup batasnya, bisnis – dari kecil hingga besar – mempercepat upaya digitalisasi mereka untuk tetap teringat dalam benak pelanggan.

Pada tahun 2020, e-commerce di wilayah Asia Tenggara tumbuh sebesar 63%, menurut laporan tahun 2020 oleh Google, Temasek, dan Bain & Company. Studi tersebut juga memprediksi bahwa ekonomi internet di wilayah tersebut diperkirakan bernilai lebih dari USD 300 miliar (insert IDR value) pada tahun 2025.

Meskipun Asia Tenggara memiliki jumlah pengguna internet terbanyak ketiga di dunia, laporan Indeks Integrasi Digital ASEAN 2021 menunjukkan bahwa kesenjangan digital cenderung dialami oleh warga di negara-negara yang kurang berkembang.

Studi tersebut juga mencatat bahwa kesenjangan tersebut lebih tajam dalam komunitas pedesaan dan berpenghasilan rendah. Ini karena komunitas tersebut tidak memiliki perlindungan data, keamanan siber, dan keterampilan literasi digital yang mumpuni.

Hal ini dapat mempertajam ketimpangan yang sudah ada dalam komunitas seperti eksklusi sosial, kerugian ekonomi, kerentanan terhadap penipuan, dan lain-lain.

Akses dan Ketersediaan

Masyarakat yang memiliki akses internet yang baik akan tetap dapat mengikuti perkembangan terkini di komunitas lokal dan di seluruh dunia. Misalnya, selama lockdown Covid-19, mereka yang memiliki akses online akan lebih mudah mendapatkan berita terbaru tentang protokol kesehatan, mentransfer uang ke keluarga dan teman di luar negeri, dan bekerja dengan nyaman di rumah.

Akses yang lebih baik ke layanan internet juga dapat meningkatkan peluang kerja karena individu dapat mengembangkan keterampilan yang diminati di dunia kerja untuk kemajuan perekonomian digital.

Sebagai contoh, perusahaan sosial Komerce di Indonesia yang didukung oleh DBS Foundation memberdayakan generasi muda dari pedesaan Indonesia untuk meningkatkan mobilitas sosial dengan pelatihan literasi digital dan e-commerce.

Partisipasi

Meskipun Singapura menduduki peringkat teratas dalam inklusi digital, kesenjangan masih ada di antara kelompok usia dan pendapatan yang berbeda, terutama dalam bidang keterampilan digital dan penggunaan teknologi.

Untuk mempercepat upaya inklusi digital di Singapura, pemerintah telah meluncurkan program literasi digital secara nasional seperti:

Pertama, Seniors Go Digital: Infocomm Media Development Authority (IMDA) telah melibatkan 210.000 orang senior untuk mengembangkan keterampilan literasi digital dalam menggunakan aplikasi pesan, mengakses layanan e-government, dan mengoperasikan alat pembayaran elektronik.

Kedua, Enable IT Programme: Diperkenalkan pada tahun 2014, program ini mendorong adopsi teknologi bantuan untuk mendorong kemandirian di kalangan penyandang disabilitas.

Ketiga, Hawkers Go Digital: Sejak tahun 2021, SG Digital Office dan National Environment Agency telah memberdayakan pedagang kaki lima untuk mengadopsi layanan pembayaran digital dan pemesanan online.

Namun, berdasarkan studi Roland Berger tahun 2021, masih ada kesenjangan yang perlu dihilangkan dalam upaya inklusi digital negara ini di antara segmen tertentu dalam masyarakat. Misalnya, perangkat yang memiliki akses internet ternyata tidak mudah digunakan oleh penyandang disabilitas sehingga dapat memperlambat adopsi pembayaran digital dan layanan online.

Sementara itu, pedagang kaki lima yang lebih tua dan memiliki kemampuan literasi digital yang kurang baik akan ragu mengadopsi pembayaran digital karena kurangnya kepercayaan dalam sistem teknologi.

Untuk memajukan upaya inklusi digital Singapura, studi tersebut merekomendasikan kepada sektor publik dan swasta untuk melakukan rangkaian upaya dalam meningkatkan literasi digital. Seperti mengadakan beragam kelas literasi digital dan merancang kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan yang berbeda.

Pada tahun 2022, DBS memasuki kerjasama strategis dengan Otoritas Pengembangan Media Infocomm (IMDA) Singapura untuk mendukung gerakan nasional Digital for Life dan memperkuat inklusi digital di negara tersebut.

Kemitraan ini didasarkan pada keahlian DBS dan upaya berkelanjutan dalam memberdayakan pelanggan dengan teknologi digital di cabang bank dan mempersiapkan komunitas yang terpinggirkan, seperti siswa pendidikan khusus, pedagang kaki lima, dan warga lanjut usia berpenghasilan rendah, untuk masa depan digital.

DBS memberikan dukungan melalui berbagai aspek dengan beberapa hal. Pertama, memberikan kontribusi sejumlah SGD 1 juta (insert IDR value) kepada Digital for Life yang kemudian memberikan hibah kepada individu dan organisasi nirlaba untuk mendorong proyek-proyek inklusi digital dan kegiatan di Singapura.

Kedua, mobilisasi setidaknya 2.500 karyawan, dengan dukungan mitra komunitas, untuk menjalankan lokakarya literasi digital di seluruh wilayah – termasuk cabang DBS dan POSB – untuk membantu peserta memahami perbankan digital dan pembayaran elektronik, serta mempelajari cara mengenali dan menghindari penipuan.

Karyawan bank telah menjadi relawan dalam berbagai lokakarya literasi digital di seluruh Singapura seperti acara “Let’s Go Digital” DBS Foundation x New Hope Community Services. Lebih dari 60 penerima manfaat berpartisipasi dalam sesi pelatihan praktis dengan karyawan DBS untuk belajar cara menavigasi aplikasi yang digunakan sehari-hari seperti layanan e-government dan aplikasi pembayaran digital seperti DBS PayLah! Mereka juga bergabung dengan tutorial keamanan siber untuk mengenali dan menghindari penipuan online.

Karyawan cabang DBS dan POSB di seluruh negeri juga telah menyelenggarakan kelas literasi digital untuk lansia setelah bank tutup pada hari Sabtu. Sesi praktis melalui pertemuan satu persatu dengan staf DBS yang ahli dalam teknologi membuka kesempatan kepada lansia untuk mengajukan pertanyaan penting tentang menavigasi aplikasi pembayaran digital dan memperoleh pengetahuan keamanan siber yang lebih baik.

Bagi Clement Lim, Manajer Perencanaan Kekayaan Senior di cabang DBS NEX, membimbing lansia tentang cara menavigasi aplikasi seluler seperti layanan e-government dan DBS PayLah! selama dan setelah jam kerja adalah salah satu bagian yang paling memuaskan dari pekerjaannya.

Pria berusia 29 tahun ini juga menjadi relawan untuk mengajarkan keterampilan literasi digital kepada lansia di akhir pekan di lokakarya yang diselenggarakan DBS/POSB di seluruh Singapura.*

Artikel Lainnya