INDONEWS.ID

  • Jum'at, 30/08/2019 19:15 WIB
  • Menag Lukman Hakim: Moderasi Beragama Jadi Kekuatan Melawan Paham Radikalisme

  • Oleh :
    • Mancik
Menag Lukman Hakim: Moderasi Beragama Jadi Kekuatan Melawan Paham Radikalisme
Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin saat menerima piagam dari Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen di Idonesia(BMPTKKI) (Foto:IST)

Jakarta,INDONEWS.ID - Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin mengajak umat beragama di Indonesia mengembangkan kehidupan beragama yang moderat sebagai salah satu pilihan melawan bahaya radikalisme yang masih ada masyarakat. Hal ia sampaikan pada saat memberikan sambutan menutupi kegiatan Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen di Indonesia(BMPTKKI) dengan tema Akselerasi peningkatan mutu perguruan tingi keagamaan kristen.

"Saya mengawali sambutan saya ini, saya mengajak kita untuk lebih mengedepankan rasa syukur, kita syukuri takdir Tuhan, kita menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya menjaga nilai-nilai agama dalam menjalankan aktivitas kita setiap hari," kata Lukman di Jakarta, Jumat,(30/08/2019)

Kehidupan bergama di Indonesia sejatinya mampu memberikan kesejukan kepada sesama antar umat beragama. Hidup bergama bertujuan untuk dapat hidup berdampingan satu dengan yang lain.

Prinsip-prinsip dasar ini menjadi salah satu point penting yang sedang diperjuangkan oleh Kementerian Agama saat ini. Hal ini tidak terlepas dari situasi dan pemahamaan agama yang masih keliru.

"Kami di Kementerian Agama selama beberapa waktu terakhir terus gencar mengusung apa yang kita kenal moderasi beragama, bukan moderasi agama, tetapi moderasi beragama, agama itu sendiri itu pastilah modoerat, ajaran agama karena datangnya dari Tuhan yang maha sempurna pasti bertujuan mengarahkan kehidupan manusia pada jalur yang benar," jelas Lukman.


Moderasi Beragama Jadi Kekuatan Lawan Radakalisme

 

Lukman sendiri mengakui bahwa kehidupan beragama di Indonesia masih terdapat beberapa permasalahan. Permasalahan tersebut tidak terlepas dari pemahamaan terhadap ajaran-ajaran agama yang keliru.

Karena adanya pemahamaan terhadap ajaran agama yang salah, menimbulkan ekspresi yang cenderung berlebihan. Tidak jarang juga orang lain disalahkan bahkan tidak mengakui kebenaran orang lain.

Padahal, menurut Lukman,semua agama mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan kemanusian. Namun, menurutnya, karena pemahamaan yang keliru, terkadang menyebabkan lahirnya eskpresi yang menyebabkan keretakan sosial di masyarakat.

"Moderasi lawan kata dari ekstrim, ekstrim itu berlebih-lebihan," jelasnya.

Menurutnya, tanggungjawab menyelesaikan kekeliruan memahami ajaran secara salah di Indonesia adalah tanggungjawab bersama. Tentu dimulai dari masing-masing kelompok kemudian menyebar dalam cakupan lebih luas yakni masyarakat dan negara.

"Tetapi persoalannya adalah bagaimana cara kita memahami agama, cara memahami agama yang lalu kemudian, cara mengamalkan agama, jadi bergamanya itu dimoderasi bukan agamanya yang dimoderasi," ungkapnya.

Ia pun menekankan kepada semua masyarakat di Indonesia untuk mengamalkan ajaran agama secara baik. Ajaran agama hendaknya menjadi benteng pemersatu bagi persatuan dan kebhinekaan Indonesia.

"Jadi kita berupaya agar cara kita bergama, cara kita mengamalkan cara-cara ajaran agama hendaknya senantiasa terjaga pada fundasi yang sebenarnya," ungkapnya.*(Marsi)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Artikel Terkait
Artikel Terkini
Prof Dr H Yulius SH MH Ketua Kamar TUN Mahkamah Agung Diwawancara Ekslusif Majalah MATRA
Dorong Ekonomi Nasional Lebih Transformatif, Menko Airlangga Jalin Kerja Sama Global
PLBN Motamasin Terima Kunjungan Konsulat Timor Leste, Bahas Isu Keimigrasian Antarnegara
Menteri Harus Mampu Membaca Tanda-tanda Zaman untuk Menggerakan Semangat Indonesia
MRP Desak Presiden Jokowi Pastikan Cakada 2024 Se-Tanah Papua Diisi Orang Asli Papua (OAP)
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas