INDONEWS.ID

  • Rabu, 11/12/2019 16:30 WIB
  • Faisal Basri: Koalisi Gemuk, Peluang Korupsi dan Abuse of Power yang Sulit Diredam

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Faisal Basri: Koalisi Gemuk, Peluang Korupsi dan Abuse of Power yang Sulit Diredam
Pengamat Ekonomi Faisal Basri (Foto: WowKeren.com)

Jakarta, INDONEWS.ID - Gemuknya koalisi partai pendukung pemerintah di periode kedua Jokowi bersama Ma`aruf membuka peluang yang besar bagi terjadi praktek korupsi oleh para pembuat kebijakan selama lima tahun ke depan.

Hal itu dikatakan pengamat Ekonomi dari Institute for Development of Economics dan Finance Faisal Basri saat menjadi pembicara dalam seminar tingkat tinggi bertajuk "Komitmen Antikorupsi Untuk Investasi yang Lebih Baik" di Hotel Pullman Thamrin, Jakarta, rabu (11/12/19).

Baca juga : Koalisi Masyarakat Sipil Laporkan Dugaan Tindak Pidana Korupsi Pengadaan Pesawat Mirage 2000-5 ke KPK

Faisal mengatakan distribusi kursi di DPR saat ini untuk lima tahun kedepan terdiri dari 74 persen berasal dari partai pendukung pemerintah. Sementara sisanya yakni hanya 26 persen berasal dari partai di luar pemerintah.

"Hal ini tentu tentu tidak baik. Suara 26 persen itu tidak cukup untuk ciptakan sistem check and balance. Sehingga, ini jadi peluang korupsi lima tahun depan," kata Faisal.

Baca juga : KPK Panggil 2 Saksi Terkait Korupsi Pengadaan APD di Kemenkes

Lebih jauh Faisal menjelaskan fenomena gemuknya koalisi partai pendukung pemerintah mengarah pada terjadinya praktek korupsi yang disebutnya dengan istilah "political Corrpution.

"Political corruption itu korupsi yang melibatkan pembuat keputusan politik dengan menyalahgunakan kekuatan publik yang dimilikinya," papar Faisal.

Baca juga : Hasto Kristiyanto Sebut Pemanggilan Ribka Tjiptaning sebagai Kriminalisasi

Faisal menyarankan Presiden Jokowi akan pentingnya merawat demokrasi yang sehat dan menghadirkan pembangunan inklusif di Tanah Air Tercinta dengan menebirkan Perpu KPK.

"Semua partai di DPR memperoleh kursi pimpinan MPR. Belum lagi masuknya Gerindra dalam kabinet memperburuk kekuatan oposisi untuk semakin tak bertaji," jelasnya.

Akibatnya, jelas Faisal, check and balances meredup. Suara civil society kian sayup-sayup. Abuse of power sulit diredam.

Kalau memburuk, tak terbayangkan bakal seperti apa. Mengutip ungkapan terkenal Lord Anton “Power tends to corrupt, absolute power corrupts absolutely”, Fasial mengatakan, bisa-bisa mendekati kenyataan. Menuju Indonesia Emas pada 2045 dibayangi oleh kabut yang kian pekat.*(Rikardo).

Artikel Terkait
Koalisi Masyarakat Sipil Laporkan Dugaan Tindak Pidana Korupsi Pengadaan Pesawat Mirage 2000-5 ke KPK
KPK Panggil 2 Saksi Terkait Korupsi Pengadaan APD di Kemenkes
Hasto Kristiyanto Sebut Pemanggilan Ribka Tjiptaning sebagai Kriminalisasi
Artikel Terkini
Pj Bupati Maybrat hadiri Gala Dinner Peringatan Hari Otonomi Daerah XXVIII Tahun 2024
Menteri ATR/Kepala BPN Lakukan Peninjauan ke STPN untuk Menyapa Langsung Seluruh Taruna dan Taruni
Pj Ketua TP PKK Sumsel Tyas Fatoni Kukuhkan Ketua Pembina Posyandu Kabupaten/Kota se-Sumsel
Sekjen Kemendagri Jelaskan Pemberian Penghargaan Prestasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Berdasarkan LPPD
Hadiri Upacara Hari Otonomi Daerah Tingkat Nasional, Pj Gubernur Agus Fatoni Sebut Capaian Ekonomi di Sumsel Sangat Baik
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas