Jakarta, INDONEWS.ID - Negara Uni Emirat Arab, memilik cara tersendiri dalam menghidupkan budaya toleransi beragama kepada masyarakat. Pilihan tersebut diyakini belum ditemukan di negara lain.
Uni Emirat Arab memilih mengubah nama Mohammed Bin Zayed Mosque menjadi Mariam Umm Eisa atau Maria Bunda Yesus, sebagai simbol kekuatan toleransi beragama. Sebuah langkah maju untuk merawat kemajemukan.
Langkah mengubah nama masjid tersebut di atas dilakukan atas kebijakan dari HH Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan, Putra Mahkota Abu Dhabi dan Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata UEA.
Diketahui, ada tujuan besar yang hendak dicapai dalam mengubah nama masjid yang sangat indah tersebut. Selain memperkokoh toleransi antara umat Islam dan Kristen, langkah ini dipilih untuk melawan kefanatikan, ekstremisme, dan rasisme yang terjadi secara global.
HH Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, Wakil Presiden UEA dan Penguasa Dubai dalam surat terbukanya mengatakan, Umi Emirad Arab menolak diskriminasi dalam bentuk apapun. Umi Emirad Arab tidak membeda-bedakan manusia berdasarkan suku, ras dan agama, maupun golongan.
"Kami tidak membedakan satu sama lain di UEA, kami juga tidak menggunakan ras atau kebangsaan untuk saling mendiskriminasi; kita melihat semua orang sama, seperti Tuhan menciptakan kita. Tidak ada preferensi atau prestasi yang diberikan kepada siapa pun kecuali mereka yang bekerja dengan rajin, menghormati undang-undang dan konstitusi kita dan berkontribusi pada bangsa kita," kata HH Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum dalam tulisannya, seperti dilansir detikcom, Jakarta, Sabtu,(11/04/2020)
Langkah besar mengganti nama masjid di atas, mendapatkan pujian dari pemimpin gereja setempat. Ini merupakan bentuk nyata keharmonisan kehidupan beragama di Uni Emirad Arab.
Selain mengubah nama Mohammed Bin Zayed Mosque menjadi Mariam Umm Eisa atau Maria Bunda Yesus, UEA bergerak lebih maju lagi dalam memperkuat toleransi. Pemerintah Uni Emirat Arab,membentuk satu kementerian khusus urusan toleransi yakni Kementerian Toleransi.
Pembentukan Kementerian Toleransi dilakukan pertama kali sejak tahun 2006 yang lalu. Adapun tujuan besarnya yakni mengembangkan toleransi sebagai nilai-nilai dasar yang hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat Uni Emirat Arab.
"Pada 2016 kami membuka Kementerian Toleransi disamping Kementerian Kebahagiaan yang sudah ada terlebih dulu. Tujuannya adalah mempromosikan toleransi sebagai nilai dasar hidup bermasyarakat di Uni Emirat Arab," ungkap Pemimpin Dubai, Shaikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, seperti dilansir Liputan6com,(16/06/2017)
Adapun program toleransi yang terus diupayakan bertumpuh pada tujuh pilar yakni, Islam, konstitusi, warisan Zayed dan etika Uni Emirat Arab, konvensi internasional, arkeologi dan sejarah, kemanusiaan, dan nilai-nilai bersama.
Dalam merawat dan mengembangkan budaya toleransi yang telah diprogramkan, tidak hanya umat Islam yang terlibat secara langsung. Semua umat beragama di Uni Emirab Arab juga hadir dengan tujuan yang sama, mempromosikan toleransi di tengah- tengah masyarakat.*