INDONEWS.ID

  • Selasa, 10/11/2020 12:15 WIB
  • Corona Masih Mengancam, China Kembali Dihantam Brucellosis, 6.000 Orang Lebih Terinfeksi

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Corona Masih Mengancam, China Kembali Dihantam Brucellosis, 6.000 Orang Lebih Terinfeksi
Suasana malam di Shanghai China (Foto:Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - China kembali melaporkan lebih dari 6.600 orang di kota Lanzhou, provinsi Gansu di barat laut Cina didiagnosa positif terinfeksi bakteri Brucella belum lama ini.

Mula-mula warga sedikit panik, karena mengira ada serangan gelombang kedua virus corona Sars-Cov-2 yang memicu pandemi Covid-19. Pasalnya orang awam sulit membedakan gejalanya.

Inilah yang memicu kekhawatiran warga terkait besaran atau kegawatan penyakit yang ditakutkan memicu wabah baru. Awal tahun ini, lisensi pabrik pembuat vaksin Brucellosis dicabut. Namun diduga penyakit sudah menyebar luas.

Lebih 55.700 orang menjalani tes Brucellosis. Pemicunya adalah kebocoran aerosol dari pabrik pembuat vaksin ternak akhir tahun 2019 di Lanzhuo. Demikian laporan resmi.

Ketika itu, 200 orang termasuk para mahasiswa peternakan dan profesornya dinyatakan positif terinfeksi Brucellosis. Namun hanya satu yang dilaporkan menunjukkan gejala sakit. Gejala yang muncul pada penderita adalah demam tinggi, nyeri otot dan berkeringat di malam hari.

Tentang penyakit Brucelliosis

Penyakit ini sudah dikenal sejak tahun 1850-an saat perang Crimea di Malta. Karena itu para perwira Inggris menjulukinya sebagai penyakit demam Malta. Namun ketika itu tidak ada yang mengetahui penyakitnya dipicu bakteri Brucella.

Sekitar 50 tahun kemudian, Bernhard Bang veteriner dari Denmark menemukan adanya bakteri yang memicu keguguran spontan pada sapi. Tapi saat itu tidak ada yang mengetahui kaitan sebab akibat dengan demam Malta.

Tahun 1905 atau 55 tahun setelah demam Malta merebak, ilmuwan dan pakar arkeologi Malta, Themistocles Zammit mengindentifikasi faktor utama pemicu demam Malta, yakni susu kambing yang tidak dipasteurisasi.

Barulah 60 tahun kemudian, Alice Evans pakar bakteriologi Amerika Serikat bisa melacak pemicu demam Malta, yakni bakteri Brucella. Karena itu penyakitmya disebut Brucellosis.

Cara penularan

Penyakit ini digolongkan sebagai Zoonosis, yakni infeksi yang ditularkan dari hewan kepada manusia. Penularan penyakit Brucellosis biasanya dari hewan ternak lewat kontak langsung atau melalui produk susu atau keju dan daging mentah yang terkontaminasi atau tidak melewati proses pasteurisasi.

Penularan dari manusia ke manusia sangat jarang terjadi. Memang ada laporan menyebutkan beberapa kasus penularan dari ibu menyusui, lewat transfusi darah, cangkok sum-sum tulang belakang atau lewat hubungan seksual.

Penularan juga tidak hanya melewati saluran pencernaan, melainkan bisa melalui jaringan mukosa pada mata, saluran pernafasan atau luka pada kulit.

Penyakit ini mula-mula menyebar luas terutama di kawasan Laut Tengah sehingga julukannya pun beragam, mulai dari demam Malta, demam Siprus, demam Gibraltar hingga demam kambing. Kawasan endemiknya kini selain kawasan Laut Temgah juga mencakup jazirah Arab, Afrika, Asia dan Amerika Tengah serta Amerika Selatan.*

 

 

Artikel Terkait
Artikel Terkini
Hari ini Pengurus FOKBI Gelar Silaturahmi Jelang Musda di Jakarta
Pemred indonews.id Hadiri Halal Bi Halal di Kediaman Laksamana Purn Ade Supandi
Menikah di Balai Sarwono, Bregas Ingin Merasakan Atmosfer Adat Jawa yang Kental
Pelepasan 247 Calon Siswa Bintara Bakomsos dan Tamtama Polri Terpadu Tahun Angkatan 2024
Wujudkan Kemandirian Daerah, Kepala BSKDN Dorong Proyek Perubahan Jadi Inovasi
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas