INDONEWS.ID

  • Senin, 30/11/2020 10:01 WIB
  • "Empat Batang Lilin," Puisi-puisi Gerard N Bibang

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
"Empat Batang Lilin," Puisi-puisi Gerard N Bibang
Ilustrasi Lilin Advent

Senggang, INDONEWS.ID - Masa Advent adalah masa penantian. Dalam kisah perjalanan membangun sebuah hubungan personal antara dua insan, masa penantian merupakan masa-masa paling romantis.

Sebabnya, dalam masa ini, rindu kepada sang kekasih dialokasikan dalam porsi yang sangat besar. Dalam untain kata yang tersusun pada setiap baris-baris sajak karya petani humaniora, Gerard N Bibang berikut ini, dapat kita temukan intensitas kerinduan seseorang yang sungguh mengharapkan kehadiran kekasihnya segera terwujud.

Baca juga : Memahami Manusia Dalam Puisi "Debu Beterbangan" Karya Gerard N. Bibang

Dalam kerinduan, pasti selalu ada harapan untuk bertemu. Umat Katolik secara jelas dan tegas menyatakan ini dengan menyalakan lilin pengharapan sebagai bukti dan wujud nyata membahasakan kerinduannya yang membuncah di dalam hati akan sang kekasih hati, yang tak lain adalah Tuhan dan Penciptanya sendiri, Yesus Kristus.

Selamat menikmati, nada-nada harmonis dalam sajak-sajak sang petani humaniora berikut ini. Semoga terhibur dan semakin menghayati masa penantian akan kedatangan sang Juru Selamat untuk menghuni sanubari hati yang kesepian.

Baca juga : Di Bawah Bayang-bayang Big Brother

EMPAT BATANG LILIN oleh Gerard N Bibang*)
*advent 2020

LILIN SATU

kedatanganmu bukan lagu baru; selalu kutunggu-tunggu; ini sebatang lilin, adalah lilin ke satu, menyala dan membinar; bukan untuk para arwah; adalah titik mulai sebuah jalan sunyi; untuk menantimu di sini; jadi, aku tidak sedang merasa menjadi sufi

Baca juga : Wahai Laron-laron di Langit Keranga

kubakar lilin ini; lelehannya melebur ke dalam sunyi; menuju peniadaan dengan terus-menerus mengikis kepentingan diri sendiri; sebab bagaimana penantianku bisa bermutu jika tergoda oleh bayang-bayang dan nafsuku sendiri?

jalan sunyi, jalan rindu; jalan cinta yang tak mati-mati; untuk itulah sebatang lilin ini, di sini; ia menyala selama empat minggu menanti; ada pandemi atau tidak, bukan ihwal yang merisau; cinta kita melampaui ruang dan waktu; dan engkau pun tahu

LILIN DUA

di antara kami sudah ada hubungan cinta yang mesra; maka ini lilin kedua pada minggu kedua, menyala dan membinar; menantimu adalah bahasa cinta; engkau bukan

makhluk yang tiba-tiba; yang belum apa-apa langsung menuntut bukti cinta; engkau sahabat seperjalanan, para paruh suatu waktu, yang sudah mulai dan belum berakhir; yang tak pernah minggat, hanya aku yang sering melupakannya

dua minggu sudah, bukan soal jumlah tapi kualitas; terasa betul rindu yang sedang mekar selayaknya dua batang lilin ini yang bernyala, berbinar-binar; biarlah musim hujan ini mengguyur semau-maunya; toh akhir-akhirnya ia hanya membarakan cinta di jalan rindu; cepat atau lambat, kita pasti bertemu

LILIN TIGA

sudah kubilang tiga lilin ini lambang kesempurnaan penantianku; ketiga-tiganya sudah menyala, membinar-binar; mereka bukan berjumlah tiga tapi ketiga-tiganya adalah tritunggal lilin; tiga rupa, satu hakekat; ialah rindu bersamamu yang tak pernah pupus; mungkin di luar sana, orang-orang merasa lucu; mungkin saja mereka tertawa geli sambil nyinyir; hanya mereka lupa bahwa ini soal mencintai; cinta saja memang hanyalah kondisi batin tetapi mencintai adalah komitmen; adalah pembuktian dalam kerja serta ketulusan dan kesetiaan; wahai kekasihku, datanglah segera; sudah tak tertahankan jiwaku ini menggapaimu dalam kesempurnaan

LILIN EMPAT

empat batang lilin menyala, membinar
kubakar-bakar rinduku dalam bening cahayanya
kubakar-bakar rinduku dalam kilau bintang di galaksi mahaluas
empat minggu sudah rinduku menembus pengap cakrawala
sudah tak tertahankan rinduku ini bersauh di pantai pasir putih, oh kekasih
sekujur ragaku bergetar-getar, sekarang dan di sini
hic et nunc*
dalam balutan waktu
hanya melebur dalam engkau, cinta kita menggapai sempurna
di dunia nyata atau nanti di sana, yah, sama saja
**
* hic et nunc (Latin): di sini dan sekarang

**(gnb:tmn aries:jkt:minggu:29.11.20: minggu pertama advent 2020)

*) Gerard N Bibang adalah dosen sekaligus penyair kelahiran Manggarai, Flores NTT. Ia adalah penyair yang menahbiskan dirinya sebagai petani humaniora. Gerard saat ini berdomisili di Jakarta

Artikel Terkait
Memahami Manusia Dalam Puisi "Debu Beterbangan" Karya Gerard N. Bibang
Di Bawah Bayang-bayang Big Brother
Wahai Laron-laron di Langit Keranga
Artikel Terkini
Umumkan Rencana Kedatangan Paus Fransiskus, Menteri Agama Dukung Penuh Pengurus LP3KN
Mendagri Tito Lantik Sekretaris BNPP Zudan Arif Fakrulloh Jadi Pj Gubernur Sulsel
Perayaan puncak HUT DEKRANAS
Kemendagri Tekankan Peran Penting Sekretaris DPRD Jaga Hubungan Harmonis Legislatif dengan Kepala Daerah
LPER Dilibatkan BNPT Berikan Kuliah Umum Kepada Peserta Didik di Penajam, dan Kutai Kertanegara, Kaltim
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas