INDONEWS.ID

  • Kamis, 25/03/2021 17:45 WIB
  • Gelar Webinar Soal Ketahanan Kesehatan, MWA UI: Semoga Jadi Sumbangan Pemikiran untuk Kemajuan Bangsa

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Gelar Webinar Soal Ketahanan Kesehatan, MWA UI: Semoga Jadi Sumbangan Pemikiran untuk Kemajuan Bangsa
Ketua Majelis Wali Amanat UI, Saleh Husen dalam sambutan pada Webinar Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia (MWA UI), Kamis (25/3).

Jakarta, INDONEWS.ID - Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia (MWA UI) bekerja sama dengan Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset Nasional Republik Indonesia kembali sukses menggelar Webinar Series seri ke-2

bertajuk “Ketahanan dan Kemandirian Kesehatan Indonesia” Kamis, (25/3/21).

Baca juga : Menteri Erick Ajak Mahasiswa Unlam Berkontribusi untuk Negara Melalui BUMN

Ketua MWA UI, Saleh Husen mengatakan webinar hasiln kolaborasi antara MWA UI dengan Kemenristek ini bertujuan untuk menyediakan ruang diskusi akademis tentang masalah kesehatan yang dialami bangsa Indonesia, termasuk adalah kondisi pandemi saat ini.

"Kami berharap webinar ini nantinya akan menghasilkan pemahaman dalam rangka melahirkan usulan-usulan untuk membangun ketahanan dan kemandirian kesehatan di Indonesia," kata

Baca juga : Menteri BUMN: UMKM Sering Kali Bikin Harum Bangsa dengan Produk Yang Mendunia

Nantinya, mantan Menteri Perindustrian ini menjelaskan, semua pemaparan dari para narasumber akan dirangkum oleh FK UI untuk dijadikan satu naskah akademik.

"Sehingga nanti, naskah akademik ini menjadi semacam satu policy untuk selanjutnya diserahkan kepada pemerintah sebagai salah satu sumbangan pemikiran UI kepada pemerintah,"

Baca juga : Menkes Budi Inisiasi Enam Pilar Transformasi Sektor Kesehatan

Sementara itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin dalam pemaparannya mengatakan bahwa ada 3 strategi yang dapat dilakukan dalam menghadapi pandemi. Pertama adalah perubahan perilaku, seperti menghadapi pandemi covid-19 saat ini.

"Jadi pandemi ini menuntut perubahan perilaku ya 3M, mencuci tangan, menjaga jarak, memakai masker. Balik lagi, siapa yang ngajarin? Yang ngajarin harusnya ibu dan guru. Sejak kecil anak kita harus diajarin," kata Menkes Budi Gunadi.

Mantan Wakil Menteri BUMN itu menjelaskan bahwa pandemi tidak mungkin selesai dalam satu tahun. Ia mencontohkan polio yang hingga sekarang masih ada, padahal sudah ada hampir 20 tahun.

"Karena yang namanya pandemi nggak ada yang selesai satu tahun. Ngak ada, selesai 5 tahun, 10 tahun, polio sampai sekarang 20 tahun nggak hilang-hilang. Nggak ada pendemi yang selesai satu tahun blas, itu nggak ada. Nanti dia berubah menjadi epidemi, harus ada perubahan perilaku," kata Budi Gunadi.

Langkah kedua dalam menghadapi pendemi Corona, kata Budi, adalah testing, tracing, dan treatment. Dia mengatakan langkah itu harus dilakukan dengan cepat dan didukung dengan teknologi testing.

"Strategi yang nomor 2 adalah testing, tracing dan diagnostik. Kita nemu siapa yang cepat siapa yang kena. Nah kebetulan ini agak susah ngetesnya, karena membutuhkan teknologi yang agak tinggi. Tapi habis itu dites, di-trace. Nah teknologi testing dan mekanisme karantina dan isolasi itu dari zamannya Black Death juga udah ada. Ini yang harus kita siapkan terus, kita latih terus untuk anak-cucu kita," jelas dia.

Langkah ketiga, lanjutnya, yang dilakukan untuk mengendalikan pandemi Corona adalah mempercepat vaksinasi. Budi Menekankan RI harus memiliki kemandirian dalam pengadaan vaksin.

"Kemudian vaksinasi kita harus membangun infrastruktur biar cepat. Dulu vaksinasi teknologi hanya satu, berasal dari virus yang dilemahkan atau dimatikan, seperti yang dipakai Sinovac, kemudian berubah bisa diambil dari salah satu komponen protein virusnya yang dilakukan Eijkman," tutur Budi Gunadi.

Jika teknologi berkembang, terang Budi Gunadi, bisa menggunakan teknologi Vektor Based Vaccine seperti yang dikembangkan AstraZeneca saat ini dan jika teknologi makin canggih lagi, maka seratus persen bisa menggunakan komputer seperti yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech dan Moderna.

"Jika teknologi berkembang lagi bisa juga dimasukin ke virus lain yang bisa dari orang atau Sipanse, istilah lainnya vektor based vaccine, itu sekarang yang dipakai AstraZeneca, lebih canggih lagi bisa dibikin seratus persen pakai komputer itu yang dilakukan Pfizer-BioNTech dan Moderna. Yang ketiga dan yang keempat Bio Farma belum bisa bikin karena belum ada teknologinya. Ini yang harus kita siapkan," kata dia.

Budi mengatakan pandemi yang disebabkan oleh virus Corona juga pernah terjadi 17 tahun yang lalu. Dia menekankan, adalah tanggung jawab negara untuk mempersiapkan berbagai upaya untuk menangani pandemi yang mungkin terulang di kemudian hari.

"Yang namanya virus SARS-CoV2 menyebabkan pandemi COVID-19 itu nomor 2, yang nomor satunya 17 tahun yang lalu. Nggak ada jaminan SARS-CoV3, SARS-CoV4 nggak akan datang lagi, bisa 5 tahun, 10 tahun bisa 15 tahun. It is our responsibility not to repeat the same mistakes, harus bangun sistem ketahanannya dari sekarang, untuk anak kita, untuk anak dari anak kita, untuk cucu kita, generasi Indonesia sesudah kita, agar jangan sampai kena, sampai sekarang matinya sampai ratusan ribu, atau mungkin jutaan. Harus kita persiapkan," jelas dia.

Budi Gunadi menyebut 4 hal sebagai persiapan dan strategi yang harus segera dilakukan menghadapi pandemi di masa mendatang yakni perubahan perilaku.

"Kita harus punya teknologi dan infrastruktur di seluruh kepulauan Indonesia untuk bisa melakukan testing, tracing dan isolasi dengan berbagai jenis teknologi testing terhadap berbagai jenis virus dan bakteri.

Ia menegaskan Indonesia harus memiliki departemen mikrobiologi di setiap universitas untuk mengetahui testingnya dengan baik. Selain itu, Indonesia harus mampu membuat vaksin sendiri dengan teknologi baru.

"Kita harus bangun kemampuan bikin vaksin di dalam negeri, riset vaksin di dalam negeri, produksi vaksin di dalam negeri, yang teknologi baru, jangan yang kuno. Yang keempat kita harus menyiapkan rumah sakit yang cukup, dokter-dokter dan perawat yang ahli di seluruh pelosok," sambungnya.

Pada kesempatan yang sama, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan pemerintah telah melakukan upaya pengendalian virus Corona sejak awal pandemi. Seperti penyediaan rumah sakit dan ruang isolasi khusus pasien COVID-19.

"Pemerintah terus berupaya sekuat tenaga untuk menangani pandemi COVID-19 melalui berbagai upaya. Saat pendemi COVID-19 mulai merebak di tahun 2020, BUMN sebagai salah satu pilar strategis perekonomian dan pembangunan turut berpartisipasi secara aktif dalam penanganan pandemi COVID-19 baik dari sisi penanganan maupun pencegahan," kata Erick.

"Pertama, dari sisi penanganan dukungan RS BUMN yang tersebar di 18 provinsi menyediakan bed perawatan dan bed ICU khusus COVID1-9 dan laboratorium uji swab. Juga mendorong standardisasi kesembuhan pasien COVID-19. BUMN juga terlibat dalam persiapan unsur pendukung rumah sakit darurat wisma atlet," lanjutnya.

Erick mengatakan, BUMN di bidang farmasi mengatakan telah melakukan produksi obat-obatan untuk meningkatkan antivirus. Selain itu, BUMN berupaya dalam mengamankan vaksin untuk masyarakat Indonesia.

"Untuk menjamin ketersediaan terapi penyembuhan, BUMN Indofarma dan Kimia Farma melalui penyediaan dan produksi alat kesehatan dan obat-obatan esensial antivirus. Kedua dari sisi pencegahan utamanya vaksin dan vaksinasi.

Untuk memenuhi vaksin COVID-19, tambah Erick Thohir, sejak Agustus tahun lalu pemerintah mengerahkan upaya untuk mengamankan pasokan vaksin untuk rakyat Indonesia lewat diplomasi vaksin secara bilateral dan multilateral.

"Hingga saat ini Indonesia telah mengamankan keutuhan vaksin sesuai rekomendasi dari ITAGI agar tercapai herd immunity atau kurang-lebih 181,5 juta penduduk Indonesia. Indonesia juga menjadi pionir untuk melakukan vaksinasi di ASEAN," kata dia.

Seminar daring ini dihadiri oleh Wakil Presiden RI, Prof. Dr. KH Ma’ruf Amin yang memberikan keynote speech dan opening speech oleh Prof. Ari Kuncoro, SE., MA., Ph.D selaku Rektor UI.

Webinar sendiri dibagi menjadi dua sesi dengan format diskusi panel. Pada sesi 1 dengan tema “Covid 19 dan Ketahanan Kesehatan Indonesia” akan menghadirkan narasumber Budi Gunadi Sadikin (Menteri Kesehatan RI), Erick Thohir (Menteri BUMN), Dra. Khofifaf Indar Parawansa, M.Si (Gubernur Jawa Timur), dr. Agustin Kusumayati, M.Sc., Ph.D (Sekretaris Universitas Indonesia), Prof. drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D (Satgas Covid 19), dan Prof. Dr. dr. Ari Fachrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP (Dekan FKUI). Sesi ini akan dimoderatori oleh Produser Metro TV, Leonard Samosir.*

Artikel Terkait
Menteri Erick Ajak Mahasiswa Unlam Berkontribusi untuk Negara Melalui BUMN
Menteri BUMN: UMKM Sering Kali Bikin Harum Bangsa dengan Produk Yang Mendunia
Menkes Budi Inisiasi Enam Pilar Transformasi Sektor Kesehatan
Artikel Terkini
Perayaan Hari Ulang Tahun ke 15 Kabupaten Maybrat
SMP Islam Al Azhar BSD Raih juara 1 Tari Tradisional di Spanyol
Tanggapi Tuduhan Ade Pencuri, Lawyer Gaul: gak Cocok sama Faktanya
Terus Bermanuver Menuju Pilkada NTT, Cagub Ardy Mbalembout dan Irjen Jonny Asadoma Gelar Pertemuan Tertutup di Jakarta
Tamini Square Gelar Festival Soto dan Masakan Nusantara
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas