INDONEWS.ID

  • Jum'at, 04/06/2021 11:19 WIB
  • Pendekatan Seni dan Budaya dalam Pemajuan Kebudayaan di Perkotaan

  • Oleh :
    • Mancik
Pendekatan Seni dan Budaya dalam Pemajuan Kebudayaan di Perkotaan
Para narasumber dan pembahas dalam webinar KPP SKSG UI.(Foto:Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Program Studi Kajian Pengembangan Perkotaan, Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia (KPP SKSG UI), melaksanakan beberapa rangkaian seminar secara virtual. Rangkaian seminar virtual perkotaan yang digelar pada 2 hingga 4 Juni ini dilaksanakan dalam rangka merayakan Dies Natalis ke-20 KPP SKSG UI.

Seminar ilmiah dengan bertajuk,"Strategi Pengembangan Kota Secara Multidisiplin," hendak menegaskan pentingnya pendekatan multidisiplin dalam melaksanakan berbagai agenda pengembangan dan perencanaan pembangunan perkotaan.

Baca juga : Pendekatan Seni dan Budaya Efektif Menangkal Paham Radikal Terorisme

Rangkaian seminar secara virtual selama tiga hari berturut-turut ini,KPP SKSG UI mengangkat isu tentang kesehatan dan lingkungan, pendekatan seni dan budaya dalam pemajuan kebudayaan di perkotaan, serta wacana tentang kota laut masa depan dalam agenda pengembangan kota-kota di Indonesia.

Adapun Webinar seri 2, Kamis, (3/6),secara khusus mengangkat topik tentang pendekatan seni dan budaya dalam penerapan pemajuan kebudayaan di Perkotaan.

Baca juga : Dies Natalis ke-20 KPP SKSG UI, Perkuat Pengembangan Perkotaan dengan Pendekatan Multidisiplin

Webminar ini menghadirkan para walikota sebagai pembicara kehormatan, antara lain Walikota Sawahlunto, Deri Asta dan Walikota Singkawang, Tjhai Chui Mie.Narasumber lain, Guru Besar Universitas Indonesia, Gunawan Tjahjono dan Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Iwan Henry Wardhana.

Dalam pemaparannya, Walikota Sawahlunto, Deri Asta menyampaikan tentang pentingnya pengembangan aspek kebudayaan di Kota Sawalunto dalam rangka menopang status kota tersebut sebagai situs warisan dunia sejak tahun 2019.

"Kota Sawahlunto saat ini memiliki kurang lebih 10 jenis warisan budaya takbenda yang tersebar di 4 kecamatan, dan 144 warisan budaya benda atau cagar budaya yang telah ditetapkan,” ungkap Deri Asta.

Pemajuan kebudayaan Sawahlunto menyasar aspek peningkatan kualitas manajemen kelompok seni dan budaya.
“Sampai dengan tahun 2019, kelompok seni budaya yang mandiri mencapai 62,5 persen. Penampilan kelompok seni budaya pun terus meningkat setiap tahunnya," jelas Deri Asta.

Sementara itu, Walikota Singkawang, Tjhai Chui Mie menyampaikan komitmen yang tinggi memajukan kebudayaan Kota Singkawang.

Sejarah perkembangan kebudayaan di kota Singkawang bersumber dari keberadaan tiga kelompok masyarakat; yaitu Tionghoa, Dayak, dan Melayu.

Kota dengan corak multikultur, Singkawang menjadi rumah bagi kurang lebih 17 kelompok suku bangsa dari berbagai daerah di Indonesia. Kekhasan budaya masing-masing kelompok ini turut menegaskan multikulturalitas Kota Singkawang.

“Kami memiliki festival tahunan kebudayaan daerah untuk pengembangan kesenian dan kebudayaan di kota Singkawang. Ada Singkawang Christmas Day, festival Cap Go Meh, pagelaran festival multi etnis, ramadhan fair, dan Gawai Dayak Naik Dango,” jelas Tjhai Chui Mie.

Saat ini, pemerintah kota Singkawang, jelas Tjhai Chui Mie, sedang fokus pada penataan dan pengembangan kota pusaka yang dikenal dengan Singkawang Heritage, yaitu penetapan bangunan keagamaan dan bangunan sejarah sebagai situs sejarah Kota Singkawang.

Sementara itu, Guru Besar dari Universitas Indonesia, Gunawan Tjahjono memberikan penjelasan perihal budaya dalam menentukan bentuk suatu kota.

Bagi guru besar UI ini, budaya menyangkut nilai-nilai yang memolakan pikiran seseorang dalam bertindak menghadapi kehidupan sehari-hari.

"Budaya berpola jika berulang terus, dan dapat membentuk nilai, bahkan sikap, lalu menjadi kebiasaan," kata Gunawan Tjahjono.

Gunawan Tjahjono kemudian menjelaskan tentang teritori budaya, yaitu bingkai yang mengandung pola nilai-nilai itu menjadi sejenis batas-ranah (territory) mental manusia. Dalam batas-ranah tersebut manusia merasa berwenang mengendalikan keadaan demi diri atau kelompoknya.

"Batas-ranah itu bisa meluas, menyusut, atau bahkan hancur (deterritorial)," ungkapnya.

Sementara itu, kota diartikan sebagai pusat alihtindak jasa, berita, politik, pendapat, barang, status, kesenangan, kemewahan, kenikmatan, dan pengetahuan.

Dalam situasi perkotaan berbagai budaya bertemu. Warga kota terdiri atas pribadi dan kelompok yang berbeda latar belakang asal usul, suku, agama, umur, pekerjaan, harapan, pendidikan, tradisi, kesukaan, dan kebiasaan.

Kota menentukan peradaban, tapi warga kota menentukan bentuk kotanya. Dalam kaitan ini, budaya warga dalam berbagai bentuk pengejawantahannya, memberi makna bagi masyarakatnya. Budaya dan adab berhubungan erat.

Teritori budaya warga yang tak berdisiplin berlalu lintas dan mau menang sendiri itu perlu dihilangkan (deteritori) dan dibangun mental baru (reteritori) yang menjunjung tinggi nilai berdisiplin [diri].

" Jika budaya ini dianggap normal, kota menanggung malu,” jelasnya.

Terhadap potret kota masa kini, guru besar UI tersebut menilai keadaan kota yang semakin bernilai majemuk dan peraturan umum semakin berlaku, serta nilai kapitalis mengemuka.

"kita saksikan kota-kota besar semakin mirip satu dengan lainnya. Penghapusan jejak peninggalan sejarah akan mengaburkan ciri-ciri budaya sebelumnya," ungkapnya.

Adapun Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Iwan Henry Wardhana, mengatakan pentingnya membangun citra (imagery) suatu kota.

"Kota tidak hanya identik dengan infrastruktur yang megah,” ungkapnya.

"Citra kota menentukan identitas kota tersebut. Orang yang tinggal atau mengunjungi sebuah kota akan merekam citra kota itu di dalam pikirannya,” lanjut Iwan.

Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta ini menerangkan, citra suatu kota dapat terbentuk melalui pelestarian bangunan-bangunan sejarah serta acara-acara kebudayaan seperti festival, pagelaran, dan pameran.

“Di DKI Jakarta terdapat berbagai kawasan yang berkarakter seni budaya atau menjadi pusat aktivitas seni budaya, misalnya Perkampungan Budaya Betawi, Kawasan Condet, Kawasan Kota Tua, dan lain-lain,” jelas Iwan.

Untuk diketahui, Jakarta memiliki berbagai sarana yang menjadi pusat aktivitas seni budaya masyarakat, seperti gedung-gedung pertunjukan, Pusat Pelatihan Seni Budaya dan pusat kesenian. Saat ini Pemprov DKI Jakarta tengah melakukan revitalisasi PKJ Taman Ismail Marzuki.

Para mitra KPP SKSG UI turut hadir sebagai pembahas dalam webinar kali ini yakni, Ken Martina Kasikoen dari Universitas Esa Unggul, Umar Mansyur dari Asosiasi Sekolah Perencana Indonesia Universitas Pakuan Bogor, dan Ade Firmansyah dari Universitas Pradita.

Ketua Himpunan Mahasiswa (HIMA) Pascasarjana KPP SKSG UI, Alfred Nabal, mewakili unsur penyelenggara dies natalis KPP SKSG UI, mengatakan, dies natalis ini menjadi momentum untuk melakukan kilas balik perjalanan KPP SKSG UI selama 20 tahun ini dan menjadi ruang konsolidasi untuk menetapkan agenda-agenda kolektif KPP SKSG UI ke depannya agar terus memberikan sumbangsih pengetahuan dan kerja praksis pengembangan perkotaan.

Alfred Nabal selaku Ketua Himpunan Mahasiswa (HIMA) Pascasarjana KPP SKSG UI, menyampaikan apresiasi yang tinggi bagi para tokoh di KPP SKSG UI.

"Perjalanan 20 tahun KPP SKSG UI, berbagai pencapaian selama ini, dan mimpi-mimpi besar ke depannya tentu berakar pada semangat para tokoh pelopor yang mendirikan KPP UI, semangat pengabdian para tokoh pemimpin terus membesarkan KPP SKSG UI, dan peran para tokoh kontributor yang memberikan sumbangsihnya dengan cara masing-masing bagi kemajuan KPP SKSG UI," ungkap Alfred.

Sebagai program studi bercorak multidisiplin, KPP SKSG UI menjadi kawah candradimuka bagi berlangsungnya dialektika akademik dari berbagai disiplin ilmu yang membahas tentang dinamika, isu, dan wacana tentang perkotaan.

"Karena itu tidaklah mengherankan, para mahasiswa KPP SKSG UI memiliki beragam latar belakang keilmuan dan profesi,” lanjut Alfred.

Dengan karakteristik ini, KPP SKSG UI menjadi program studi yang memiliki kekayaan nilai, gagasan, dan wacana tentang perkotaan sebagai landasan kuat dalam melaksanakan agenda-agenda pengembangan perkotaan di Indonesia.

"Mudah-mudahan KPP SKSG UI dapat menjadi barometer bagi studi-studi perkotaan di Indonesia dan global ke depannya,” tutup Alfred Nabal.*

Artikel Terkait
Pendekatan Seni dan Budaya Efektif Menangkal Paham Radikal Terorisme
Dies Natalis ke-20 KPP SKSG UI, Perkuat Pengembangan Perkotaan dengan Pendekatan Multidisiplin
Artikel Terkini
Prof Dr H Yulius SH MH Ketua Kamar TUN Mahkamah Agung Diwawancara Ekslusif Majalah MATRA
Dorong Ekonomi Nasional Lebih Transformatif, Menko Airlangga Jalin Kerja Sama Global
PLBN Motamasin Terima Kunjungan Konsulat Timor Leste, Bahas Isu Keimigrasian Antarnegara
Menteri Harus Mampu Membaca Tanda-tanda Zaman untuk Menggerakan Semangat Indonesia
MRP Desak Presiden Jokowi Pastikan Cakada 2024 Se-Tanah Papua Diisi Orang Asli Papua (OAP)
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas