INDONEWS.ID

  • Minggu, 13/06/2021 10:45 WIB
  • Wujudkan Ketahanan Negara, Chappy Hakim Beberkan Kebijakan Geopolitik Indonesia Kuasai Ruang Angkasa

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Wujudkan Ketahanan Negara, Chappy Hakim Beberkan Kebijakan Geopolitik Indonesia Kuasai Ruang Angkasa
Pendiri Pusat Studi Air Power Indonesia (PSAPI), Marsekal TNI Chappy Hakim (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Kisruh seputar slot orbit geostasioner masih manarik untuk bicarakan. Bagi Indonesia, orbit geostasioner merupakan aset penting guna menggelar satelit komunikasi pertahanan.

Selain itu, teknologi Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) Tentara Nasional Indonesia memang sangat membutuhkan slot orbit geostasioner ini.

Baca juga : Masa Depan Pertahanan Telah Memasuki Era Cyber World

Masalahnya adalah, hingga saat ini, Indonesia belum bisa memanfaatkannya sebab untuk mendapatkan orbit tersebut, Indonesia harus mengajukannya kepada International Telecommunications Union.

Parahnya lagi, akhir-akhir ini, slot orbit geostasioner Indonesia ini dikabarkan terancam diambil kembali oleh International Telecommunications Union. Ini tentu menjadi cerminan masalah yang lebih besar dalam dunia keantariksaan Indonesia.

Baca juga : Sambut HUT ke-76, Marsekal Chappy Hakim Kembali Luncuran Buku "Jaga Angkasa" dan "Jaga Nusa Bangsa"

Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Chappy Hakim buka suara. Menurutnya, geostationer ini memang unik, menjadi isu yang sangat penting bagi kita sebagai negara yang berada di garis khatulistiwa, dengan rentang panjang yang paling jauh dibandingkan dengan banyak negara-negara di khatulistiwa.

Mengutip Pakar Hukum Luar Angkasa, Prof Supancana, Chappy Hakim mengatakan bahwa dalam perspektif regulasi, Indonesia sebenarnya tidak ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

Baca juga : Ketua Pusat Studi Air Power Indonesia Serahkan Buku ke Museum Jenderal TNI Soesilo Soedarman di Cilacap

"Mengapa? Karena geostasioner itu adalah pada jalur garis equator. Dalam hal ini, saya mendapat penjelasan dari Prof Supancana yang mengatakan bahwa dalam perspektif regulasi Indonesia tidak ketinggalan dengan negara-negara lain," kata Chappy Hakim dalam webinar "Air Power and National Resilience", Sabtu (12/6/21).

Akan tetapi, Pendiri Pusat Studi Air Power Indonesia (PSAPI) itu menjelaskan, harus diakui bahwa kemampuan secara teknologi Indonesia belum memilikinya. Sehingga, Indonesia harus mampu memposisikan diri dengan menggunakan pendekatan Air Diplomacy.

"Nah, bagaimanaa memposisikan diri Indonesia dalam hal ini, di situlah sebenarnya peran dari Air Diplomacy. Jadi, bagaimana kita berdiplomasi dalam memanfaatkan kekuatan kita di dirgantara," terang penulis buku "Air Diplomacy" ini.

Penulis puluhan buku seputar kedirgantaraan ini mengatakan Indonesia memiliki posisi dengan wilayah udara yang sangat strategis seperti rentang yang sangat panjang. Namun persoalannya, Indonesia belum mampu mengelolanya menjadi satu kekuatan.

"Kita memiliki posisi yang sangat bagus, rentang yang sangat panjang, wilayah udara yang sangat strategis. Masih banyak yang belum memahami bahwa wilayah udara kedaulatan negara kita ini sangat tinggi nilainya," kata Chappy Hakim.

Pemimpin Redaksi Indonews.id, Asri Hadi bersama Marsekal Chappy Hakim (Foto: Ist)

Apabila satu dekade yang lalu, lanjut Gubernur AAU 1997-1999 ini, orang sudah mengatakan bahwa global economic growth itu merupakan shifting dari atlantic indian and pasific ocean, maka salah satu primadonanya adalah tentang Air Transportation.

"Dan itu akan berbicara tentang ruang udara. Dan ruang udara indonesia itu akan menjadi sangat penting, karena ia meruapakan sejalur yang sangat efisien antara timur dan barat, utara selatan," jelas Chappy Hakim.

Untuk itu, Chappy Hakim menyarankan agar pemerintah Indonesia segera dan harus bisa memikirkan bagaimana memposisikan Indonesia dalam konteks penggunaan wilayah udara untuk tujuan seperti geostasioner, satelit dan sebagainya.

Lebih lanjut, mantan Ketua Tim Nasional Evaluasi Keselamatan dan Keamanan Transportasi ini mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki banyak potensi untuk urusan kedirgantaraan. Sebut saj misalnya Biak dan ada beberapa daerah di Indonesia sebagai satu lokasi yang sangat efisien untuk dijadikan tempat peluncuran roket atau mengorbitkan satelit.

"Namun sayang, banyak potensi-potensi seperti itu yang tidak tertagani dengan baik karena tidak ada lembaga yang menangani hal tersebut. Dan ini adalah, sekali lagi tantangan kita semua. Kalo kita berbicara tentang Air and Space, maka kita berbicara tentang teknologi," tegas Chappy Hakim.

Menurutnya, setidaknya ada dua tantangan tentang teknologi yakni kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan Research and development (R&D).

"Inilah yang harus dimulai apabila kita tidak ingin tertinggal dari negara-negara lain dalam mengeksplorasi Air and Space," tutup Chappy Hakim.*(Rikard Djegadut).

Artikel Terkait
Masa Depan Pertahanan Telah Memasuki Era Cyber World
Sambut HUT ke-76, Marsekal Chappy Hakim Kembali Luncuran Buku "Jaga Angkasa" dan "Jaga Nusa Bangsa"
Ketua Pusat Studi Air Power Indonesia Serahkan Buku ke Museum Jenderal TNI Soesilo Soedarman di Cilacap
Artikel Terkini
Sudah Dibatalkan MK, Partai Buruh Akan Gugat Aturan Pencalonan Pilkada
Update Banjir Bandang di Agam, Korban Meninggal 19 Orang
KNKT Minta Semua Pihak Buat Rencana Perjalanan Wisata yang Baik dan Bijak
Akibat Banjir Bandang Di Tanah Datar, 8 warga Tewas dan 12 Orang Masih dinyatakan hilang
Pj Gubernur Agus Fatoni Lepas Keberangkatan 445 Jemaah Calon Haji Kloter Pertama Embarkasi Palembang
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas