INDONEWS.ID

  • Minggu, 05/09/2021 19:59 WIB
  • Chappy Hakim: Perjalanan Sebuah Bangsa Dihadapkan pada National Security dan Prosperity

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Chappy Hakim: Perjalanan Sebuah Bangsa Dihadapkan pada National Security dan Prosperity
Founder dan Ketua Pusat Studi Air Power Indonesia (PSAPI), Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Founder dan Ketua Pusat Studi Air Power Indonesia (PSAPI), Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim mengatakan perjalanan sebuah bangsa dalam mewujudkan cita-citanya selalu dihadapkan pada dua hal yakni national security dan national prosperity.

Hal itu disampaikannya dalam seminar online bertema "Membangun Ekosistem Pertahanan Udara" yang diselenggarakan via aplikasi zoom pada Minggu (5/9/21) sore.

Baca juga : Ketua Teladan Pro Ganjar-Mahfud MD, Ica Risanggeni: Kami Optimistis Ganjar-Mahfud Akan Memenangkan Pilpres

"Sebuah negara dalam perjalanan mewujudkan cita-citanya selalu berhadapan dengan dua hal yaitu aspek national security dan aspek national prosperity," Chappy Hakim di sela-sela pemaparannya.

Menurutnya, kedua hal tersebut akan dituangkan dalam bentuk national policy. Tujuannya adalah untuk membentuk keseimbangan militer dan sipil di tengah-tengah masyarakat.

Baca juga : Pemred Indonews.id Dampingi Founder Sambas Sinergy Cicipi Menu Jepang di Resto Atsumaru Izakaya

"Dalam hal ini, keduanya akan banyak berpengaruh pada wujud dari sebuah angkatan perang dan akan juga berhubungan dengan sistem air transportation. Dalam pengertian national security dan national prosperity," jelas Chappy.

Baca juga : Masa Depan Pertahanan Telah Memasuki Era Cyber World

Founder dan Ketua Pusat Studi Air Power Indonesia (PSAPI), Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim bersama Pemred Indonew.id, Asri Hadi

Mantan Kepala Satf Angkatan Udara itu mengungkapkan pentinganya sebuah negara, terutama Indonesia membangun ekosistem pertahanan udara antara lain karena merupakan negara kepulauan dan letaknya yang sangat strategis.

"Mengapa pentingnya Indonesia membangun ekosistem industri pertahanan udara adalah selain sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, letaknya juga sangat strategis," beber Chappy.

Dimana Indonesia terletak di antara dua benua dan dua samudera. Selain itu, letak Indonesia yang berada di garis khatulistiwa memungkinkannya menjadi titik lalu lintas global.

"Selain itu, Indonesia juga berada di titik global traffic yakni dari utara ke selantan dan timur ke barat," terang Chappy.

Penulis sejumlah buku kedirgantaraan ini menambahkan berbicara tentang sistem pertahanan negara saat ini, maka secara universal, sebuah negara harus memiliki sistem dengan kriteria yakni bersifat total dan relying on high technology.

"Boleh dicari, sebuah negara, apabila ingin membangun sebuah sistem pertahanan negaranya, dia pasti memiliki dua hal yakni: total defence dan rely on technology. Bicata tentang teknologi dirgantara sifatnya sangat rapid changing," papar Chappy.

Namun hal ini, kata Chappy, Indonesia tidak perlu khawatir karena sudah lama memiliki jargon Sishankamrata, sebuah sistem pertahanan yang menyeluruh untuk melindungi dan menjaga kesatuan NKRI.

Namun sayangnya, sambung Chappy, implementasi Sishankamrata, dimana komponennya terdiri dari pertahanan militer (TNI dan Polri) dan non-militer (rakyat Indonesia) belum berjalan dengan baik di lapangan.

"Sehingga kita belum bisa melihat bagaimana teknologi dirgantara itu dan air defence sistem itu harus berjalan. Namun kita bicara tentang teknologi dirgantara, air and space dan lain-lain hingga aircraft manufacture," tukasnya.

Menurut Chappy, penyebabnya adalah Indonesia belum memiliki strategi dan master plan yang berkelanjutan dan konsisten terkait sistem pertahanan. Apalagi, lanjutnya, terkait roadmap industri air and space.

Untuk itu, ia mengajak agar semua stakholder memiliki visi yang realistis berdasarkan pada potensi yang dimiliki. Salah satunya dapat dilihat dari adanya pengembangan pesawat CN235-N-219. Ia juga pengembangan pesawat jenis ini juga belum ditangani secara total dan komprehensif.

Chappy mengungkapkan bahwa pengembangan CN-235 dan N-219 sudah menerapkan stretegi yang tepat, salah satunya adalah menerapkan the first priority yang menjadi standar pengembangan pesawat dengan sistem yang rely on high tecnology.

"Padahal pesawat ini benar-benar karya anak bangsa walaupun masih adanya kerjasama dengan pihak negara lain. Tapi it`s OK dalam air and space itu hal biasa. Namun minimal 50 persen adalah keterlibatan anak bangsa," tutup Chappy.*

Artikel Terkait
Ketua Teladan Pro Ganjar-Mahfud MD, Ica Risanggeni: Kami Optimistis Ganjar-Mahfud Akan Memenangkan Pilpres
Pemred Indonews.id Dampingi Founder Sambas Sinergy Cicipi Menu Jepang di Resto Atsumaru Izakaya
Masa Depan Pertahanan Telah Memasuki Era Cyber World
Artikel Terkini
Sudah Dibatalkan MK, Partai Buruh Akan Gugat Aturan Pencalonan Pilkada
Update Banjir Bandang di Agam, Korban Meninggal 19 Orang
KNKT Minta Semua Pihak Buat Rencana Perjalanan Wisata yang Baik dan Bijak
Akibat Banjir Bandang Di Tanah Datar, 8 warga Tewas dan 12 Orang Masih dinyatakan hilang
Pj Gubernur Agus Fatoni Lepas Keberangkatan 445 Jemaah Calon Haji Kloter Pertama Embarkasi Palembang
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas