INDONEWS.ID

  • Sabtu, 23/12/2023 21:32 WIB
  • Paradigma Pertumbuhan Ekonomi Tinggi Membuat Indonesia Terancam "Middle Income Trap"

  • Oleh :
    • very
Paradigma Pertumbuhan Ekonomi Tinggi Membuat Indonesia Terancam "Middle Income Trap"
Guru Besar Universitas Paramadina Prof. Didin S. Damanhuri dalam diskusi bertajuk “Kontestasi Tata Kelola Liberal dan Keamanan: Kemanusiaan di Tengah Persimpangan Tata Kelola Dunia Baru”. Diskusi tersebut merupakan rangkaian Dies Natalis yang diselenggarakan di Auditorium Nurcholish Madjid Universitas Paramadina, pada Rabu (20/12/2023). (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Paradigma pembangunan yang hanya mengejar pertumbuhan ekonomi tinggi atau GDP Oriented, membuat Indonesia saat ini berada dalam keadaan middle income trap. Terjadi trickle-up dengan sumber daya dan hasil pembangunannya mengalir dari daerah atau pedesaan ke kota-kota besar. 

Hal ini disampaikan Guru Besar Universitas Paramadina Prof. Didin S. Damanhuri dalam diskusi bertajuk “Kontestasi Tata Kelola Liberal dan Keamanan: Kemanusiaan di Tengah Persimpangan Tata Kelola Dunia Baru”. Diskusi tersebut merupakan rangkaian Dies Natalis yang diselenggarakan di Auditorium Nurcholish Madjid Universitas Paramadina, pada Rabu (20/12/2023).

Baca juga : Feby Longgo, Ketua Kelompok Mekaar Merasa Beruntung Usaha Semakin Maju Dan Bisa Membantu Sesama

Diskusi yang membahas evaluasi dan proyeksi kebijakan luar negeri dan diplomasi pasca pemilu ini dimoderatori oleh Dr. Phil Shiskha Prabawaningtyas.

Prof. Didin menjelaskan bahwa ada tiga model orientasi pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang. Di antaranya adalah model orientasi pembangunan ekonomi dengan pertumbuhan PDB hanya sebagai faktor indikatif yakni pertumbuhan ekonomi tersebut dicapai melalui pemerataan.

Baca juga : Hardiknas, KSP: Momentum Percepatan Sertifikasi Guru

Model kedua, pertumbuhan ekonomi bersama pemerataan pada zaman Soeharto pada 1974 – 1978 dengan rata-rata 7,5%. Ketiga, model pertumbuhan ekonomi at all cost lewat privatisasi dan melalui utang luar negeri serta pembangunan infrastruktur fisik secara besar-besaran.

Menurutnya ketimpangan ekonomi yang diukur melalui rasio gini pengeluaran menunjukkan perubahan yang berbeda di area perkotaan dan perdesaan.

Baca juga : Traktat Pandemi Diharapkan Lindungi Manusia di Masa Datang

“Di perkotaan, rasio gini mengalami peningkatan dari 2014 hingga 2019, kemudian meningkat lagi dari 2020 hingga 2023. Sementara, di perdesaan terjadi penurunan pada 2012-2014, peningkatan pada 2015 dan 2018, dan penurunan lagi dari 2019-2023. Interpretasi perubahan rasio Gini ini penting dalam konteks kebijakan ekonomi dan perbandingan antara perkotaan dan perdesaan dalam hal ketimpangan,” kata Didin seperti dikutip dari siaran pers. 

Ia menekankan bahwa langkah utama perubahan adalah orientasi pembangunan harus lebih inklusif berkeadilan sosial dalam paradigma pembangunan dan memperbaiki kelembagaan institusi sosial-ekonomi seperti BULOG, KPPU dan KPK.

“Dengan tujuan mengurangi ketimpangan serta menciptakan pasar yang lebih sehat. Sehingga high cost politik yang sangat tinggi membuat Indonesia harus membayar akan itu semua,” ucapnya.

 

Dominasi China di Era Presiden Jokowi

Ahmad Khoirul Umam , Ph.D., Dosen Paramadina Graduate School of Diplomacy melihat bahwa China memiliki penciptaan image yang sangat tinggi saat pemerintahan Presiden Joko Widodo.

“Dominasi China, terjadi saat perang dagang tahun 2018 – 2020. Terjadi shifting yang melakukan akselerasi dengan kekuatan ASEAN. Dimana pola kerja sama dan interaksi cenderung terjadi di ASEAN sendiri dan dominasinya lebih kuat. Dari sisi komoditas yaitu pertama elektronik, kedua transportasi dan beberapa elemen lain,” paparnya.

“Ada situasi yang harus diantisipasi, karena mengalami dependensi yang terlalu tinggi terhadap China. Pasca situasi pandemi, China mengalami penurunan perekonomian sebanyak 1%, dan memberikan sampai 0,06% ke Indonesia,” ungkap Umam.

Umam menyatakan bahwa perdagangan Indonesia – China didominasi oleh CPO, Batubara, Logam.  “Banyak TKA China bekerja di Indonesia, di dalam lokasi kerjanya pun dilengkapi dengan berbagai fasilitas termasuk rumah sakit, dan perkantoran, baik legal maupun ilegal, pasar dari Nikel, Logam, Batubara yang dihasilkan dari Indonesia adalah sama,” tambahnya.

Sementara itu Dr. Mohammad Riza Widyarsa. M.Si., melihat dari sudut pandang negara di Timur Tengah. Banyak yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, bahkan pada saat itu Irak dan Mesir yang belum merdeka dan masih dibawah kepemimpinan Inggris terus menyuarakan isu Indonesia di PBB. Pada era Presiden Soekarno, kerap menyerukan tentang keharusan memperjuangkan Palestina dan membela Mesir pada konflik Suez pada tahun 1956.

Tak jauh berbeda pada era Presiden Joko Widodo tetap konsisten menyerukan isu Palestina. “Presiden Jokowi berkecenderungan meneruskan program pendidikan dan capacity building bagi warga Palestina, yang sebelumnya sudah diserukan pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bahkan pada tahun 2023, OKI menunjuk Presiden Joko Widodo sebagai Presiden Indonesia untuk menyampaikan gencatan senjata terkait dengan konflik Gaza ke Joe Biden,” kata Riza.

“Adapun proyeksi pasca pilpres 2024 yaitu tetap memperjuangkan kemerdekaan Palestina, proyek investasi akan diteruskan, hubungan ekonomi terus dipertahankan, harus membuat neraca perdagangan surplus dengan negara-negara di Timur Tengah, dan harus memaksimalkan potensi ekonomi di Afrika Utara dan Iran,” pungkasnya. ***

Artikel Terkait
Feby Longgo, Ketua Kelompok Mekaar Merasa Beruntung Usaha Semakin Maju Dan Bisa Membantu Sesama
Hardiknas, KSP: Momentum Percepatan Sertifikasi Guru
Traktat Pandemi Diharapkan Lindungi Manusia di Masa Datang
Artikel Terkini
Feby Longgo, Ketua Kelompok Mekaar Merasa Beruntung Usaha Semakin Maju Dan Bisa Membantu Sesama
Penyanyi Cilik Viral Etenia Croft merilis single pertamanya Lagu "Sahabat"
Hardiknas, KSP: Momentum Percepatan Sertifikasi Guru
Traktat Pandemi Diharapkan Lindungi Manusia di Masa Datang
Lawatan ke PLBN Motaain, Kepala BNN: Perkuat Pengelolaan PLBN dalam Memerangi Narkoba
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas