Nasional

Anies Baswedan Minta Dukungan Alumi 212 dalam Memimpin Jakarta

Oleh : very - Sabtu, 02/12/2017 21:43 WIB

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, tampil di panggung acara Reuni 212 di Monas, Jakarta Pusat, Sabtu (2/12). (Foto: BBCIndonesia)

Jakarta, INDONEWS.ID - Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menghadiri Reuni 212 di Monas, Jakarta Pusat, pada Sabtu (2/12) guna memperingati aksi demonstrasi pada 2 Desember 2016 yang menuntut Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dipenjara dalam kasus penistaan agama.

Sesaat setelah tiba di lokasi pada pukul 04.45 WIB, Anies menyampaikan pidato, antara lain berisi pujian kepada para peserta aksi 212.

"Saudara-saudara yang saya hormati, tahun lalu saudara berkumpul di tempat ini. Anda tahu, saudara? Saudara sekalian tahun lalu telah mengecewakan. Telah mengecewakan kaum-kaum pesimis," seru Anies.

"Mereka kaum yang pesimis itu, bahwa berkumpulnya massa akan menimbulkan kekerasan, ketidakdamaian. Akan tetapi saudara-saudara hadir dalam kedamaian, kenyamanan, dan keteduhan. Saudara-saudara semua hari ini berkewajiban untuk itu," katanya.

Anies juga mengatakan bahwa karena aksi 212 tahun lalu berlangsung dengan lancar, "Hari ini berkewajiban mengulangi".

Gubernur DKI Jakarta tersebut tak lupa meminta dukungan kepada para peserta reuni 212.

"Tanggung jawab untuk melakukan perubahan di Ibu Kota bukan tanggung jawab kecil. Kami menjalankan tugas ini enam minggu, mohon didoakan agar menjalankan amanah ini sebaik-baiknya," kata Anies di panggung reuni 212.

 

Rizieq Sebut NKRI Bersyariah

Sesudah Anies Baswedan, giliran pendiri Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Shihab berpidato. Hanya saja, cuma suara Rizieq yang diperdengarkan karena dia masih berada di Arab Saudi.

Dalam pidatonya, Rizieq mengatakan Aksi 212 menyebabkan mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama ke penjara.

"Akhirnya, Alhamdulillah dengan izin Allah penista agama lengser dan longsor. Lengser dari jabatannya dan longsor ke penjara," serunya.

Rizieq turut menyampaikan bahwa pribumi adalah tuan rumah di negeri sendiri dalam konsep NKRI bersyariah.

"NKRI bersyariah adalah NKRI yang menjadikan pribumi sebagai tuan di negeri sendiri. NKRI bersyariah menjauhi dari ekonomi riba, NKRI bersyariah anti-korupsi, anti-judi dan narkoba, anti-pornografi, anti-prostitusi, anti-LGBT, anti-fitnah, anti-kebohongan, anti-kezaliman," kata Rizieq.

Acara yang telah dimulai sejak dini hari tersebut dihadiri sejumlah figur, termasuk Amien Rais, Ketua Alumni 212 Slamet Maarif, tokoh FPI Munarman dan Novel Bamukmin, hingga penyanyi Opick.

Ada pula dua wakil ketua DPR, Fadli Zon dan Fahri Hamzah.

Fadli meminta para figur Aksi 212 jangan dikriminalisasi. Dia mewanti-wanti bahwa kriminalisasi bakal menjadi senjata makan tuan karena kekuasaan pasti berganti.

"Tidak perlu ditakuti, diancam, atau kriminalisasi, usaha kriminalisasi pasti akan berbalik. Kekuasaan pasti berganti, jika keadilan tidak bisa ditegakkan, hari ini pasti bisa selanjutnya," cetus Fadli.

Adapun Fahri Hamzah mengatakan Presiden Joko Widodo adalah bagian dari Alumni 212 karena Jokowi ikut salat Jumat berjamaah dengan figur-figur demonstrasi 2 Desember 2016.

"Pak Jokowi adalah Alumni 212. Mudah-mudahan dia menjadi mujahid seperti Alumni 212," kata Fahri.

Rangkaian acara alumni 212 itu terang-terangan diakui sebagai acara politik, meskipun sebelumnya ada sebagian anggota panitia reuni yang membantahnya.

Penegasan bahwa acara reuni 212 bermuatan politik disampaikan oleh pembina presidium alumni 212 yang juga menjadi anggota tim advokasi Gerakan Nasional Pengawal Fatwa- MUI, Kapitra Ampera, kepada BBC Indonesia, Jumat (01/12).

"Ini 212 ini adalah kegiatan politik. Untuk apa? Untuk mengkonsolidasikan umat Islam sehingga menimbulkan kesadaran agar memilih pemimpin, baik kepala daerah, maupun di legislatif melalui pemilu maupun pilpres di eksekutif melalui pemilihan presiden untuk memilih umat Islam yang berkualitas memimpin republik ini, memimpin daerah dan memimpin DPR. Dan ini politik," jelasnya dalam wawancara melalui telepon.

"Dan ini politik umat Islam, dan umat Islam sekarang ingin berkuasa melalui jalur-jalur konstitusional, melalui pemilu, melalui pilkada dan melalui pilpres," lanjutnya.

Penegasan Kapitra Ampera berbeda dengan keterangan Slamet Maarif, juru bicara Front Pembela Islam (FPI) yang turut mengorganisasi reuni alumni 212.

"(Tudingan) itu berlebihan dan dikeluarkan mereka yang belum move on dari kejadian (pilkada DKI) kemarin," kata Slamet Maarif. (BBCIndonesia/Very)

Artikel Terkait