Nasional

Setara Institute Sebut Gerakan Islam Eksklusif Menguat di Kampus Negeri

Oleh : Mancik - Senin, 01/07/2019 18:48 WIB

Setara Institute pada saat memberikan keterangan pers hasil penelitian tentang tipologi beragama mahasiswa di 10 Perguruan Tinggi Negeri di Jakarta(Foto: VOA Indonesia)

Jakarta, INDONEWS.ID - Peneliti senior di Setara Institute Noryamin Aini menjelaskan, gerakan Islam eksklusif semakin menguat di Kampus-Kampus Negeri. Hal ini ia sampaikan dalam konferensi pers tanggal 30 Juni yang memaparkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setara Institute.

Menurut Noryamin, ada beberapa perbedaan mendasar antara kampus negeri di Indonesia dalam masalah bergama. Mahasiswa di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan UIN Sunan Gunung Djati Bandung cenderung konservatif.

Sementara mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah dan UIN Sunan Gunung Djati, lebih muda menerima perbedaan dan menerima orang yang berbeda keyakinan dengan mereka.

"Tapi yang terlihat dari penelitian ini Setara Institute, kampus-kampus agama itu mahasiswanya memperlihatkan kecenderungan beragama yang lebih konservatif, yang lebih fundamentalis," kata Noryamin. Jakarta, Senin,(01/07)

Penelitian yang dilakukan oleh Setara Institute melibatkan seratus mahasiswa dari sepuluh  Kampus Negeri. Adapun daftar kampus tersebut yakni Universitas Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah, Institut Pertanian Bogor.

Selain itu, Setara Institute juga melakukan penelitian di Institut Teknologi Bandung, UIN Sunan Gunung Djati, Universitas Gadjah Mada Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Airlangga, Universitas Brawijaya, dan Universitas Mataram.

Dikatakan Noryamin,latar belakang keluarga menjadi faktor dominan membentuk sikap mahasiswa dalam beragama. Orang tua yang lebih terbuka pasti menanamkan nilai keberagaman kepada anaknya, sebaliknya orang tua yang cenderung tertutup mengajarkan paham yang eksklusif.

Dalam kesempatan ini juga, Wakil ketua Setara Institute Bonar Tigor Naipospos, menyampaikan soal gerakan keagamaan yang paling kuat di kampus-kampus di Indonesia. Ia menyebutkan bahwa gerakan tarbiyah begitu masif berkembang di kampus-kampus saat ini.

Pola gerakan ini terkesan begitu tertata dengan baik. Mahasiswa diberikan bantuan sosial, buku, beasiswa hingga kost gratis. Ia menambahkan, gerakan ini erat kaitan dengan salah partai politik yang ada di Indonesia.

"Karena mereka terorganisir dengan baik, kalau mereka kemudian mengisi posisi-posisi tertentu dalam negara, birokrasi, kemudian mereka cenderung eksklusif dan mementingkan kelompoknya, dampaknya luar biasa," jelas Bonar.

Ia pun mengingatkan kepada pihak kampus untuk mengingatkan gerakan-gerakan eksklusif seperti ini. Birokrasi kampus, demikian Bonar, mesti mampu mendorong wacana gerakan keagamaan yang plural.

Sementara itu, Mantan rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra memberikan seruan kepada seluruh pimpinan perguruan tinggi. Seruan ini dimaksud agar pimpinan kampus aktif mengontrol kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa.

Azyumardi Azra menegaskan bahwa agama Islam merupakan agama yang fleksibel dan akrab dengan budaya. Karenanya, ekspresi budaya dalam Islam di Indonesia merupakan yang paling kaya di seluruh dunia.

"Selama mahasiswa nggak ribut, nggak mendemo rektorat, ya sudah aman. Rektorat biasanya juga tidak peduli terhadap penggunaan fasilitas kampus oleh kelompok-kelompok mahasiswa," pungkasnya.*(Marsi Edon)

 

 

 

 

Artikel Terkait