Nasional

Menristekdikti: Apabila Tidak Diterima di PTN, Jangan Putus Asa

Oleh : Ronald - Rabu, 10/07/2019 03:01 WIB

Ujian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2019. (ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mengumumkan 168.742 peserta berhasil lulus Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2019. Jumlah tersebut terdiri dari 119.777 peserta non bidikmisi dan 48.965 peserta pemohon bidikmisi.

Disampaikan Menristekdikti M Nasir, rata-rata peserta lulus tersebut mencapai 23,61 persen. Sementara dari 2.047 jatah peserta disabilitas, ada 364 peserta difabel, yang terdiri dari 13 orang tunanetra, 171 tunarungu, 166 tunawicara, serta 14 orang tunadaksa.

Saat ini, pengumuman SBMPTN 2019 tersebut dibuka untuk akses publik sejak pukul 15.00 WIB. 

"Apabila tidak diterima di PTN, jangan putus asa, tetap semangat. Masih ada ujian mandiri PTN dan masih banyak perguruan tinggi swasta," kata M Nasir di Gedung D Kemenristekdikti, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (9/7/2019).

Diklaim Menteri Nasir, bahwa sistem tes masuk PTN 2019 adalah yang terbaik dari tahun-tahun sebelumnya. Mengapa demikian? Karena Panitia Seleksi (Pansel) PTN sebelumnya telah melakukan studi banding dengan mempelajari sistem tes antikecurangan di Amerika Serikat (AS) dan Swedia. Dirinya juga mengatakan, SBMPTN 2019 merupakan sistem tes masuk PTN tanpa problem sepanjang sejarah Indonesia.

"Baru kali ini, sepanjang sejarah di Indonesia, tidak pernah terjadi problem," sebut Menteri Nasir.

Sementara itu, Ketua Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) Ravik Karsidi membeberkan, sejumlah strategi untuk menggagalkan peserta curang di antaranya dengan cara menyajikan soal yang berbeda pada tiap sesi ujian. Seperti diketahui, SBMPTN 2019 menggunakan syarat nilai Ujian Tulis Berbasis Kompetensi (UTBK).

Dirinya menambahkan, dalam hari yang sama, soal ujian yang disajikan tidak sama. Ada kesetaraan, tapi tidak sama. Sehingga prosesnya memang benar-benar terjaga dengan sangat baik dan teratur.

Meski demikian, pihaknya mengakui masih menemukan upaya-upaya curang dari beberapa oknum peserta, dimana mereka membawa mikro kamera untuk merekam soal-soal ujian. Peserta tersebut lalu memberikan soal-soal ujian kepada peserta lainnya. 

Ternyata para oknum peserta yang curang itu berhasil dikelabui, karena soal-soal yang disajikan tidaklah sama. Sehingga, upaya para oknum peserta seleksi yang ingin membantu rekan-rekannya gagal total.

"Disangka temannya yang akan tes nanti soalnya sama (ternyata tidak)," tandas Ravik. (rnl) 

Artikel Terkait