Bisnis

Survei: 90 Persen Pekerja di Indonesia Ogah Pindah Jika Diberikan Layanan Kesehatan Digital

Oleh : Rikard Djegadut - Jum'at, 07/02/2020 23:30 WIB

Presiden Direktur dan CEO Marsh Indonesia, Douglas Ure bersama Mercer Marsh Benefits Country Leader Marsh Indonesia, Wulan Gallacher (Foto: ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Perilaku masyarakat akhir-akhir ini berubah drastis seiring masuknya era disrupsi teknologi. Perubahan ini menuntut pergeseran fundamental aktifitas masyarakat yakni dari aktifitas `face to face` menuju aktifitas berbasis digital. Salah satunya adalah soal layanan kesehatan.

Dalam sebuah survei yang pertama kali dilakukan oleh tiga perusahan multinasional yakni Mercer Marsh Benefit, Mercer dan Oliver Wyman menyebutkan bahwa baik perusahaan maupun pekerja sebagian besar menginginkan adanya layanan kesehatan berbasis digital.

Survei yang diberi judul "Health on Demand" tersebut dilakukan terhadap lebih dari 16.000 responden pekerja dan 1.300 responden perusahaan di 13 negara di dunia. Sebanyak 68 persen dari total responden perusahaan tersebut berencana untuk berinvestasi lebih di layanan kesehatan digital.

Walaupun terdapat cara pandang dan pola pikir yang berbeda, mayoritas 64 persen dari responden pekerja sangat antusias dengan prospek dari inovasi layanan kesehatan berbasis digital. Kemudian 63 persen dari responden pekerja juga mengatakan mereka percaya dengan cara baru dalam layanan kesehatan jika disediakan oleh perusahaan tempat mereka bekerja.

Sementara itu, sebagian besar perusahaan yakin dengan layanan kesehatan berbasis digital bisa menjadi solusi dengan biaya efektif untuk membantu para karyawannya menjadi lebih sehat. Di samping itu, akan dapat memenuhi harapan terhadap layanan kesehatan yang memenuhi kebutuhan karyawan dengan biaya terjangkau.

Mercer Marsh Benefits International Leader and Mercer President, Health, Hervé Balzano, dalam keterangan persnya yang diterima Indonews.id mengatakan temuan-temuan dari survei yang dilakukan perusahannya mengkonfirmasi keyakinan perusahaannya selama ini bahwa membangun budaya sehat di tempat kerja harus dimulai dengan mempertimbangankan investasi layanan kesehatan berbasis digital.

“Temuan-temuan hasil survei ‘Health on Demand’ mengkonfirmasi keyakinan kami bahwa perusahaan-perusahaan yang ingin membangun budaya hidup sehat di tempat kerja dan sekaligus meningkatkan upaya dalam retensi karyawan harus mempertimbangkan investasi layanan kesehatan digital,” ujar Balzano.

Presiden Direktur dan CEO Marsh Indonesia, Douglas Ure mengatakan hasil temuan survei juga menunjukkan bahwa para pekerja di tiga belas negara yang disurvei tersebut terbuka dengan layanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan mereka dengan biaya terjangkau.

“Saat ini semakin banyak pekerja di negara-negara berkembang yang sudah siap dengan layanan kesehatan digital,” ujar Douglas Ure saat menjadi pembicara dalam acara Media Gathering yang membahasa soal hasil temuan survei yang dilakukan perusahannya di Jakarta, Jumat (7/2/2020).

Lebih jauh Ure menegaskan, bahwa ini adalah kesempatan bagi para perusahaan untuk menerima disrupsi teknologi dengan positif melalui cara dengan kemudahan akses ke layanan kesehatan yang berkualitas.

"Dari hasil survei, terungkap 90 persen responden perusahaan di Indonesia percaya bahwa investasi di layanan kesehatan digital akan memberikan dampak positif di tempat kerja dan pekerja bisa lebih bersemangat,” tutur Ure.

Di tempat yang sama, Mercer Marsh Benefits Country Leader Marsh Indonesia, Wulan Gallacher mengatakan hasil temuan survei dari tiap-tiap negara juga mengungkapkan preferensi yang berbeda.

"Untuk pekerja di Indonesia, 2 dari 3 pekerja mengatakan mereka akan bertahan pada perusahan tempat mereka bekerja jika perusahaannya menyediakan atau memberikan solusi layanan kesehatan berbasis digital," tutur Wulan dalam pemaparannya.

Sementara pada pihak perusahan, Wulan menjelaskan bahwa 7 dari 10 pengambil keputusan pada perusahan menyakini bahwa mempromosikan atau mensponsori realisasi solusi layanan kesehatan digitala akan membantu para pekerja bertahan.

"Kemudian, 9 dari 10 Pengambil Kebijakan di Indonesia senang melakukan investasi lebih pada layanan kesehatan berbasis digital," tambah Wulan.

Untuk diinformasikan, ‘Health on Demand’ merupakan survei terhadap pekerja dan pengambil keputusan di perusahaan yang dilakukan pada bulan Juni 2019 di tujuh negara maju dan enam negara berkembang di seluruh Amerika Utara, Eropa, Amerika Latin, dan Asia.

Seluruh tanggapan survei dikumpulkan dari jumlah 16.564 responden pekerja dan 1.300 responden pengambil keputusan di perusahaan-perusahaan dengan semua ukuran.

Responden pekerja termasuk pekerja penuh waktu, pekerja paruh waktu, pekerja kontrak, pekerja lepas dan gig workers. Margin of error adalah +/- 0,8% untuk hasil tanggapan responden pekerja global, dan +/- 2,7% untuk hasil tanggapan responden perusahaan.

Mercer Marsh Benefits merupakan kombinasi bisnis dari perusahaan Marsh dan perusahaan Mercer yang ada di seluruh dunia, dengan tambahan koresponden negara yang telah dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Menyediakan layanan untuk pengelolaan biaya, risiko sumber daya manusia dan kompleksitas program tunjangan kesehatan karyawan.

Dengan staf profesional yang berada di 135 negara dan melayani klien di lebih dari 150 negara, dan memiliki pemahaman serta pengetahuan yang dalam di masing-masing pasar lokal. Melalui bisnis yang didirikan secara lokal di tiap negara, memiliki platform bersama yang unik dalam melayani klien dengan konsistensi secara global dan solusi yang disesuaikan dengan pasar lokal. Mercer dan Marsh, masing-masing adalah perusahaan dari Marsh & McLennan, bersama dengan Guy Carpenter dan Oliver Wyman.

Marsh adalah perusahaan pialang asuransi dan konsultasi manajemen risiko terkemuka dunia. Dengan jumlah karyawan lebih dari 35.000 orang dan beroperasi di lebih dari 130 negara, Marsh melayani klien berupa perusahaan komersial dan individu dengan memberikan layanan konsultasi dan solusi risiko berbasis data.

Marsh merupakan salah satu perusahaan dari Marsh & McLennan Companies (NYSE: MMC), perusahaan jasa profesional global terkemuka di bidang risiko, strategi, dan karyawan. Dengan jumlah pendapatan tahunan senilai hampir US$ 17 miliar dan memiliki 76.000 karyawan di seluruh dunia, Marsh & McLennan membantu klien dalam menavigasi lingkungan bisnis yang semakin dinamis dan kompleks melalui empat perusahaan terkemuka yaitu: Marsh, Guy Carpenter, Mercer, dan Oliver Wyman.

Mercer adalah salah satu perusahaan Marsh & McLennan (NYSE: MMC), perusahaan jasa profesional global terkemuka di bidang risiko, strategi, dan karyawan, dengan jumlah pendapatan tahunan senilai hampir US$ 17 miliar dan memiliki 76.000 karyawan di seluruh dunia.

Mercer percaya dalam membangun masa depan yang lebih baik melalui pendefinisian ulang dunia pekerjaan, membentuk kembali hasil dana pensiun dan investasi, dan membuka kesehatan dan kesejahteraan yang nyata. Memiliki lebih dari 25.000 karyawan yang berada di 44 negara dan beroperasi di lebih dari 130 negara.

Melalui empat perusahaan terkemuka yaitu: Marsh, Guy Carpenter, Mercer, dan Oliver Wyman, Marsh & McLennan membantu klien dalam menavigasi lingkungan bisnis yang semakin dinamis dan kompleks. 

Oliver Wyman adalah perusahaan konsultasi manajemen terkemuka di dunia. Dengan kantor yang berada di 60 kota di 29 negara, Oliver Wyman menggabungkan pemahaman dan pengetahuan industri yang mendalam dengan keahlian khusus dalam strategi, operasional, manajemen risiko, dan transformasi organisasi.

Memiliki lebih dari 5.000 profesional di seluruh dunia yang bekerja dengan klien untuk mengoptimalkan bisnis, meningkatkan kinerja operasional sesuai profil risiko, dan mempercepat kinerja perusahaan untuk meraih peluang yang lebih baik. Oliver Wyman adalah salah satu perusahaan Marsh & McLennan [NYSE: MMC].*(Rikardo). 

Artikel Terkait