Bisnis

Faisal Basri: Hentikan Perilaku Utang, Buruk untuk Pengelolaan Keuangan Negara

Oleh : Mancik - Jum'at, 24/04/2020 23:01 WIB

Ekonom senior Universitas Indonesia, Faisal Basri.(Foto:Detik.com)

Jakarta, INDONEWS.ID - Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri terus memberikan kritik terhadap cara pengelolaan keuangan negara yang dilakukan oleh pemerintah saat ini. Kritikan Faisal diberikan karena cara mengatur keuangan negara yang masih mengandalkan pinjaman atau utang.

Menurut Faisal, mengandalkan utang untuk membiayai pembangunan, selain buruk terhadap sistem keuangan negara, juga sangat kecil memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

"Ayo kita jangan ugal-ugalan lagi bernegara, kalau kita booming, semua uang negara kita habiskan, kalau kita krisis, kita ngutang. No more kehidupan seperti ini," ungkap Faisal dalam talkshow secara virtual di Jakarta, Jumat,(24/04/2020)

Ia menambahkan, Indonesia mesti harus mengubah pola berpikir dalam membangun tata kelola keuangan negara. Mengandalkan utang merupakan cara-cara lama yang mesti harus segera ditinggalkan oleh pemerintah.

Pengelolaan ekonomi Indonesia, kata Faisal, mesti menggunakan sistem yang ada ekonomi. Negara harus mempunyai cadangan khas untuk mengantisipasi kondisi tertentu atau saat negara menghadapi krisis.

"Kita harus betul-betul punya tabungan seperti yang diajarkan di dalam ekonomi karena ada bisnis cycle," ungakapnya.

Saat ini,lanjut Faisal, negara sedang menghadapi masalah besar karena ada wabah virus corona. Pandemi ini memberikan dampak buruk terhadap seluruh sendi-sendi kehidupan negara, termasuk sektor keuangan.

Pemeritah juga telah mengambilkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan pasti berdampak terhadap ekonomi negara. Daya beli masyarakat pasti akan menurun secara drastis.

Namun, ia menegaskan, kondisi ini bukan menjadi alasan bagi pemerintah untuk melakukan utang. Pemerintah harus fokus melakukan upaya-upaya mencegah dan menangani wabah yang ada dengan mekanisme realokasi anggaran tanpa melakukan pinjaman ke negara lain dan lembaga keuangan internasional.

"Dengan kita melakukan lockdown, social distancing, itu ongkos ekonominya tinggi. Ongkos ekonominya bisa dikurangin dengan kebijakan ekonomi, kan begitu. Oleh karena itu, maka fokuslah pada upaya-upaya mengurangi beban ini," tutupnya.*

 

 

 

 

Artikel Terkait