Opini

Keamanan Nasional dan Privasi Seorang Presiden

Oleh : luska - Sabtu, 02/01/2021 14:07 WIB

Penulis : Chappy Hakim
(Pemerhati Masalah “Defence and Aviation”)

Jakarta, INDONEWS.ID - Keamanan nasional sebuah negara niscaya akan sangat melekat dengan kegiatan sehari- hari dari seorang Presiden yang tengah berkuasa. Demikianlah, maka hak privasi seorang Presiden sudah seharusnya menjadi hal yang sangat terjaga kerahasiannya. Pada masa awal menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat, Donald Trump telah dan akan selalu banyak memunculkan berita-berita yang sangat kontroversial dan bahkan tidak lazim. Beberapa kegiatan keseharian sang Presiden kerap bocor ke ranah publik dan menjadi isu menarik yang di pergunjingkan pada banyak kalangan. Sepanjang tidak mengandung unsur rahasia negara berkait dengan permasalahan pertahanan keamanan nasional, barangkali tidak akan menjadi persoalan serius. Akan lain ceritanya apabila kegiatan keseharian sang Presiden berhubungan dengan kebijakan yang diputuskannya dalam mekanisme dari dinamika manajemen adminstrasi roda pemerintahan.

Tidak berapa lama berdomisili di Gedung Putih, telah banyak cerita cerita menarik yang sangat tidak biasa dari apa yang dilakukan oleh Donald Trump sebagai seorang Presiden. Setidaknya telah terbit dua buku yang sangat menarik perhatian dalam masa pemerintahan  Donald Trump. Kedua buku tersebut masing masing adalah Fire and Fury, Inside the Trump White House dan Fear, Trump in the White House. Fire and Fury ditulis oleh Michael Wolff dan Buku Fear di tulis oleh Bob Woodward. 

Sosok Michael Wolff adalah seorang penulis dan wartawan Amerika yang merangkap sebagai kolumnis serta kontributor USA Today dan juga The Hollywood Reporter. Seorang wartawan kondang penerima beberapa penghargaan di bidang jurnalistik. Awal tahun 2018, buku Fire and Fury: Inside the Trump White House tulisan Michael Wolff terbit. Buku ini menjadi istimewa karena banyak memuat deskripsi perilaku yang tidak menyenangkan dari Presiden AS Donald Trump dan juga uraian berkait gambaran interaksi yang amburadul di antara para staf senior Gedung Putih. Tidak itu saja , ternyata buku tersebut memuat pula beberapa komentar miring tentang keluarga Trump oleh mantan Kepala Gedung Putih dan seorang Ahli 
Strategi bernama Steve Bannon. Tidak heran dengan isi yang sedemikian itu maka segera setelah dirilis pada tanggal 5 Januari 2018, buku itu dengan cepat melesat jadi buku terlaris nomor satu New York Times.

Bob Woodward, penulis buku Fear adalah mantan Perwira Angkatan Laut yang berkiprah dalam karier jurnalistik. Bersama dengan Carl Bernstein, Bob kesohor dengan laporannya tentang skandal Water Gate, yang mengakibatkan Presiden Richard Nixon tidak punya pilihan lain dari langkah untuk mengundurkan diri. Dia memenangkan penghargaan bergengsi “The Pulitzer Prize for Public Service” pada tahun 1973 untuk laporan Water Gate, dan Pelitzer lainnya untuk laporan reportase tragedi 911 yang diterimanya pada tahun 2003. Bob Woodward dikenal sebagai wartawan super senior Washington Post yang telah bekerja selama 47 tahun. 

Tulisan tulisannya selalu berdasar pada fakta hasil penyelidikan atau investigasi yang sangat detil, mendalam dan sekaligus terpercaya. Dia menjadi icon senior jurnalis penulis berita investigatif yang sangat dikagumi banyak pihak dan tidak pernah kedapatan menulis hal – hal yang berkategori sensasional. Khusus tentang buku Fear,Trump in the White House adalah buku tulisan Bob Woodward memuat tentang kegiatan keseharian administrasi Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat . Buku tersebut dirilis pada tanggal 11 September 2018. Pada buku ini Woodward menulis dengan mengacu pada ratusan jam wawancaranya dengan beberapa pihak antara lain para anggota administrasi pemerintahan Trump. Yang hebat adalah bahwa menurut Penerbit buku, Simon & Schuster, buku Fear tulisan Bob Woodward tersebut telah terjual 1,1 juta eksemplar pada masa minggu pertama peluncuran buku. Dan itu telah tmenjadikannya pembuka penjualan tercepat dalam sejarah perusahaan penerbitan buku Simon &  Schuster.

Salah satu topik menarik dan menggemparkan adalah uraian pada awal buku Fear yang menceritakan betapa Presiden Donald Trump tidak mengetahui benar tentang isi dan arti penting serta hakikat yang terkandung dari KORUS (United States – Korea Free Trade Agreement), kerangka kerjasama perdagangan bebas Amerika Serikat – Korea Selatan. Hal ini digambarkan tentang bagaimana kacaunya para staf Gedung Putih saat Donald Trump hendak mengakhiri kerangka kerjasama tersebut. Pertimbangan Donald Trump hanya berdasar kepada defisit Amerika Serikat sebesar 18 miliar dollar setiap tahunnya dan juga ongkos sebesar 3,5 miliar dollar per tahun bagi dukungan dana untuk 28.500 penempatan tentara Amerika di Korsel. 

Sebagai Presiden Amerika Serikat, Donald Trump sama sekali tidak mempertimbangkan dan atau mungkin juga tidak mengetahui mengenai adanya “Top Secret Issue” yang menjadi paket penting dan telah terangkum terselubung dalam kerjasama perdagangan bebas Korea – US tersebut. Sebuah perjanjian bersama yang sudah dimulai sejak tahun 1950-an berkait dengan selesainya Perang Korea. Sebuah kerjasama yang berisi Classified and sensitive SAP (Special Acces Programs) termasuk pertukaran informasi rahasia mencakup kegiatan intelijen, militer dan monitoring kemampuan dari pengembangan kekuatan nuklir Korea Utara. Masih banyak lagi, uraian dalam buku ini tentang masalah yang berkait dengan persoalan keamanan nasional yang tidak atau kurang dipahami oleh Donald Trump sebagai Presiden. Keputusan-keputusannya banyak dinilai sebagai hanya bersandar kepada naluri bisnis semata tanpa mendalami lebih jauh kepada banyak kepentingan pertahanan keamanan negara. Buku yang sangat menarik memuat banyak hal tentang keamanan nasional dalam hubungannya dengan kegiatan sehari-hari dari administrasi kepresidenan di Gedung Putih. Itulah dua buku penting pada era kepemimpinan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat.

 

Jakarta 2 Januari 2021

 

TAGS : Chappy Hakim

Artikel Terkait