Opini

Pandemi dan Perubahan Perilaku I

Oleh : luska - Senin, 08/02/2021 08:30 WIB

Warga New Zealand patuh menjaga jarak

Jakarta, INDONEWS.ID - Pandemi Covid-19 yang melanda dunia merupakan pengalaman menarik untuk dikaji secara sosiologis. Seorang dosen Sosiologi di FISIP UI, Linda Darmajanti, yang sudah emeritasi, menuturkan pengalaman dan refleksinya dalam dua bagian. Berikut ini bagian pertama dari refleksinya.

Menurut para ahli epidemologi, saya termasuk usia berisiko tinggi terhadap penularan virus Covid-19 yang menakutkan itu. Usia saya di atas 66 tahun dan mengidap hipertensi terkontrol, minum obat setiap hari selama 8 tahun. Menderita penyakit lain tentu risiko bertambah. Meskipun cara kerja virus ini bergejala seperti penyakit biasa demam dan flu, namun virus Covid-19 jauh lebih dahsyat.
Terlambat ditangani, virus ini mampu menghentikan kerja paru-paru dan jantung, diakhiri dengan kematian.

Sejak awal berita pandemi ini membuat semua orang terhenyak. Ada
yang cemas, takut, namun ada sebagian orang yang tidak percaya
keberadaan virus ini. Begitulah isu yang berkembang di masyarakat jika penangan informasi tidak jelas dan tidak komprehensif, tentu dengan bahasa komunikasi yang mudah dipahami. Di Indonesia dengan berbagai perbedaan sosial ekonomi, struktur dan budaya, komunikasi sosial yang efektif sangat penting.

Dan perubahan perilaku sosial bertumpu pada informasi tentang cara kerja dan dampak virus, sehingga musuh yang tidak tampak, sebagai pandemi mampu kita perangi secara sosial.Saya tidak berada di Indonesia ketika virus ini mulai terdeteksi secara global, sedang mengunjungi sanak keluarga di Auckland, New Zealand (NZ). Negara yang jauh berbeda dengan Indonesia, baik dari kondisi sosial ekonomi, budaya, fisiplin sosial, kemajemukan, populasi penduduk.

Kehidupan sosial masyarakat modern yang saling menghargai dan menghormati serta kesadaran menjaga kesehatan keluarga dan orang lain, rasanya tidak diragukan lagi. Setiap dua tahun sekali saya usahakan untuk dapat berkunjung selama 2-3 bulan untuk berganti suasana, menikmati keindahan alam dan kehidupan sosial yang serba teratur dan terkendali secara sistemik.

Masalah-masalah sosial yang menjadi isu kehidupan sehari-hari di daerah perkotaan di Indonesia, seperti air minum, pengelolaan sampah, kebersihan di ruang terbuka, disiplin berlalu lintas,degradasi lingkungan dsb, di NZ sudah mampu diatasi dengan sistem yang terpadu dan berkelanjutan. Tentu ini ditunjang oleh perilaku sosial
warga kota. Ini juga yang dirasakan lebih mudah ketika pandemi virus global datang. Tidak ada pengecualian bagi
semua negara di belahan bumi ini.

Pada saat akan pulang ke Indonesia, NZ telah mengumumkan lockdown bagi warga di dalam maupun yang akan berkunjung ke NZ. Setiap hari Perdana Menteri dan Dirjen Kementrian Kesehatan secara rutin mengomunikasikan bagaimana kondisi penularan virus dan
bagaimana warga harus menyikapinya. Akibatnya saya batal pulang, sesuai kesepakatan anak-anak, baik yang di Jakarta maupun tentunya di NZ. Perkembangan pandemi virus Covid-19 begitu cepat dan mengkhawatirkan, berita-berita tentang penularan, fasilitas kesehatan, kematian dari berbagai negara menjadi berita yang mengambarkan begitu dahsyatnya pandemi. Di NZ, begitu cepat perubahan kondisi sosial ekonomi terutama di ruang publik.

Perubahan dan kebijakan baru diumumkan di media sosial. Pemerintah NZ tidak menghadapi dilema pilihan bidang ekonomi atau kesehatan. Secara gamblang pemerintah akan melindungi warga NZ agar tetap sehat, maka bidang kesehatan menjadi prioritas utama. Penutupan “border” bagi siapapun membuat NZ, yang bertumpu pada sektor pariwisata, berdampak pada bidang ekonomi dan pemerintah berjanji akan memberikan subsidi.

Bagi masyarakat yang telah mencapai kehidupan layak (wellbeing), kesehatan nomor satu dan fasilitas kesehatan memang tidak banyak, sehingga jika pandemi tidak teratasi, maka rumah sakit tidak akan mampu memberikan pelayanan kesehatan. Selama setahun
saya mengalami bagaimana NZ memerangi Covid-19, tidak dapat dipungkiri keberhasilan ini bukan karena populasi yang sedikit dan letak wilayah yang di ujung, dekat Kutub Selatan. Kata kuncinya
terletak pada perilaku sosial, kedisiplinan, dan kesadaran dapat
menularkan pada orang lain yang sehat menjadi senjata paling ampuh.

Sistem lockdown dengan 4 level (pembatasan berinteraksi di level 1
sampai 4) dan standar prosedur operasi (SOP) yang jelas dan
komprehensif dirumuskan dan diberlakukan dengan ketat. Karantina diberlakukan bagi warga negara NZ yang pulang untuk mencegah penularan di komunitas.

Sekali lagi perilaku sosial memegang peranan, terutama di ruang publik. Bekerja dan sekolah dari rumah berlaku, kecuali jika ada kegiatan yang tidak memungkinkan dilakukan dari rumah. Perlu surat resmi dan dilakukan pengawasan pada masa-masa lockdown.
Kantor-kantor memfasilitasi pekerja yang harus bekerja dari rumah. Peralatan komputer dan teknologi yang mendukung disediakan demi berjalannya kegiatan ekonomi.

Saya membayangkan, apa mungkin penanganan seperti itu diterapkan di Indonesia?

TAGS : Pandemi

Artikel Terkait