Nasional

Indonesia Dorong Diplomasi Nuklir untuk Kepentingan Rakyat

Oleh : Rikard Djegadut - Jum'at, 26/02/2021 10:45 WIB

Duta Besar RI untuk Austria dan PBB, Dr. Darmansjah Djumala, MA

Jakarta, INDONEWS.ID - Kerjasama internasional dalam pemanfaatan teknologi nuklir untuk tujuan damai perlu terus dikampanyekan agar dapat memberikan manfaat langsung bagi pembangunan nasional dan kesejahteraan rakyat.

Hal ini selaras dengan visi kebijakan politik luar negeri nasional yang dicanangkan Pemerintah Indonesia. Diplomasi bilateral dan multilateral diarahkan untuk memberikan dampak konkrit dan langsung kepada masyarakat berupa peningkatan taraf perekonomian serta mendukung berbagai sektor strategis pembangunan nasional.

Demikian disampaikan Duta Besar RI untuk Austria dan PBB, Dr. Darmansjah Djumala, MA dalam webinar Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia (HIMNI) yang mengambil tema “Membumikan Diplomasi Nuklir“ yang diselenggarakan pada Kamis, 25 Februari 2021 secara virtual dan diikuti lebih dari 350 orang peserta.

Webinar diikuti oleh anggota komunitas nuklir Indonesia/HIMNI, instansi pemerintah terkait nuklir dan civitas akademika berbagai universitas.

Dubes Djumala dalam paparannya menyampaikan bahwa saat ini telah terjadi perubahan paradigma pemanfaatan nuklir sejalan dengan perluasan konsep security. Sebelumnya, nuklir dipahami hanya dalam konteks security (keamanan) yang sempit (tradisional), yaitu untuk tujuan persenjataan.

"Kini aplikasi nuklir dikembangkan dalam konteks yg lebih luas, yaitu lingkup security yang lebih luas (non tradisional), yaitu untuk membangun berbagai sektor strategis seperti ketahanan pangan, ketahanan energi dan fondasi ekonomi yang lebih kuat," kata Dubes Djumala.

Lebih lanjut Dubes Djumala menyampaikan peran aktif Indonesia dalam menjalankan diplomasi kerjasama pemanfaatan nuklir sebagai anggota Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).

Melalui pendekatan diplomasi yang membumi, Indonesia mendorong kerjasama IAEA dengan negara-negara anggotanya untuk mampu menjawab tantangan nyata dalam berbagai sektor pembangunan ditingkat nasional.

Peran kepemimpinan Indonesia dalam kapasitas Keketuaan Dewan Gubernur IAEA pada tahun 2017-2018 telah memberikan dampak nyata pada penguatan kerjasama teknis aplikasi nuklir yang mendapatkan porsi prioritas jauh lebih besar dibandingkan program teknis IAEA lainnya yang bersifat pengawasan.

Indonesia sendiri telah memperoleh manfaat dari diplomasi kerjasama teknis nuklir ini, berupa penguasaan teknologi dan kemampuan menghasilkan berbagai produk riset aplikasi teknologi nuklir seperti varietas unggul padi dan kedelai yang berpotensi memperkuat ketahanan pangan nasional.

"Selain itu pemanfaatan produk radiofarmaka untuk penanganan kanker yang dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, penyediaan layanan iradiasi produk pangan yang meningkatkan daya saing produk ekspor nasional, hingga pemanfataan nuklir untuk pengendalian populasi nyamuk Aedes aegypti dengan teknik serangga mandul," pungkas Dubes Djumala.

Indonesia juga ditetapkan IAEA menjadi tuan rumah 2 (dua) Collaborating Centre pada bidang mutasi tanaman dan uji tak merusak, yang secara reguler memberikan layanan pelatihan bagi SDM negara-negara lain dibawah dukungan program IAEA.

Program pelatihan ini menjadi salah satu bentuk kerjasama Selatan-Selatan yang diatur dalam Practical Arrangement Indonesia-IAEA sejak tahun 2018. Sebagai negara anggota yang telah memiliki kemampuan penguasaan teknologi nuklir, Indonesia berkontribusi membantu negara anggota lain dalam memanfaatkan teknologi yang telah dikuasai.

"Di antaranya dengan memfasilitasi pengembangan kapasitas SDM peneliti negara lain melalui pelatihan, fellowship dan kunjungan saintifik, serta memberikan bantuan dalam implementasi proyek kerjasama teknis IAEA di negara berkembang lainnya," tegas Dubes Djumala.

Saat ini Indonesia juga turut mendorong berbagai inisiatif baru pemanfaatan teknologi nuklir di IAEA, seperti menjadi negara percontohan untuk program penanganan limbah plastik (NUTEC Plastic) dan berpartisipasi aktif dalam jejaring kerjasama penanganan penyakit zoonotik (hewan) yang menjadi tantangan baru di abad ke-21.

Semua program kerjasama nuklir dengan IAEA dan sesama anggota yang dilakukan selama ini diyakini sejalan dengan strategi diplomasi membumi yg memberi manfaat langsung bagi rakyat.*

 

Artikel Terkait