Opini

Perang Kilat Jenderal (Purn.) TNI Moeldoko dan Karma SBY

Oleh : very - Jum'at, 05/03/2021 22:59 WIB

Jenderal (purn) Moeldoko, Ketua Umum Partai Demokrat 2021-2025. (Foto: WA)

Oleh: Saiful Huda Ems*)

INDONEWS.ID -- Luar biasa serangan kilat politik Moeldoko seorang mantan Panglima TNI jenderal bintang empat dan akademisi yang meraih gelar doktor ini, diluar dugaan banyak orang ia begitu cepat membuat mantan jenderal bintang tiga dan mantan presiden dua periode SBY dan putranya mantan mayor, yakni AHY terjungkal dari singgasananya di Partai Demokrat. Serangan kilat politik yang spectakuler, mencengangkan banyak orang sebagai balasan atas fitnah SBY dan AHY yang ditujukan padanya. Hanya dalam tempo waktu yang sesingkat-singkatnya aura kewibawaan mantan Panglima TNI ini mampu membelokkan dan menggerakkan para mantan loyalis SBY untuk datang ke KLB di Deli Serdang Sumetra Utara. Waowww...

Serangan kilat ini mirip dengan strategi perang Jerman, Blitz Krieg, yang membuat negara-negara Eropa Barat dan Eropa Timur berguncang. Moeldoko sosok ahli strategi yang hebat sesungguhnya, bukan seperti SBY yang ternyata terbukti hanya sebagai mitos. Moeldoko orang yang sangat kalem dan tenang, tidak seperti SBY yang nampak luarnya saja kalem namun sesungguhnya sangat reaktif dan emosional, hingga bidikan politiknya malah mengenai kepala banyak orang yang tidak tau menau soal internal Partai Demokrat. SBY bermaksud mencari simpati, namun hasilnya malah menuai caci maki dari banyak orang, yang selama ini terlanjur banyak tau sepak terjang drama sinetron politiknya.

Partai Demokrat yang dahulu bisa diibaratkan dengan Panser kendaraan perang politik taktis yang pernah sempat menggilas suara partai-partai besar kelas menengah ke bawah, dan yang sempat membawa SBY menjadi Presiden RI dua periode itu, kini sudah berada di kendali tangan mantan Panglima TNI, Moeldoko! Dan sebelum kejadian yang luar biasa ini terjadi, loyalis SBY berteriak-teriak histeris dengan mengancam bahwa Big Boss akan melakukan aksi demo ke istana jika KLB Partai Demokrat jadi diselenggarakan. Memalukan! Rupanya Big Boss lupa, untuk mencari simpati atau dukungan Presiden dan rakyat itu harusnya menggunakan orang yang berintegritas, bukan orang atau politisi mantan penyabu dan penikmat mucikari. Bukan pula mantan narapidana koruptor Hambalang yang pernah beberapa tahun meringkuk di bui.

Ketidak cermatan Big Boss dalam memilih penyambung lidahnya inilah yang mengakibatkan rakyat semakin muak pada Dinasti Big Boss, hingga kader-kader loyalisnya melarikan diri dan menyebrang ke Deli Serdang untuk kemudian menetapkan Dr. Moeldoko sebagai Ketua Umum partainya. Dari berbagai pemberitaan 70 % lebih ketua-ketua DPC dan beberapa Ketua DPD masuk menjadi peserta Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat, mereka semua kompak menetapkan Dr. Moeldoko sebagai Ketua Umum hanya dalam hitungan menit tanpa ada satupun yang protes atau menentang ! Ruaaarrr biasa!. Dr. Moeldoko yang saat acara KLB tidak ada di tempat saja bisa memenangkan pertarungan politik yang dahsyat ini, apalagi jika beliau ada disana.

Maka benar dan terbuktilah apa yang pernah dikatakan oleh Dr. Moeldoko sebagai jawaban atas tuduhan, teror dan intimidasi SBY padanya,"Jangan tekan-tekan saya karena selama ini saya diam. Kalau saya mau saya bisa melakukannya !". Ya, Dr. Moeldoko benar-benar bisa melakukan itu, melakukan sesuatu hal secara kilat yang mampu membuat Dinasti SBY jatuh tersungkur melalui KLB Partai Demokrat! Kendatipun demikian, Partai Demokrat dibawah kepemimpinan Dr. Moeldoko masih perlu menunggu proses lebih lanjut, yakni pengesahan dari Kementrian Hukum dan HAM RI. Dan jika nantinya Partai Demokrat dibawah kepemimpinan Dr. Moeldoko disahkan oleh Kementerian Hukum dan HAM RI, maka itu adalah karma besar bagi SBY yang konon pernah menyingkirkan Gus Dur dari PKB dengan meminjam tangan orang, serta konon turut menginstruksikan penyerbuan Kantor DPP PDI untuk mendongkel Megawati sebagai Ketua Umum PDI ketika SBY menjabat sebagai Kasdam Jaya.

Ada sebagian orang bertanya-tanya, apakah ini semua hanya sebuah strategi untuk menaikkan citra Dinasti Cikeas yang partainya sudah nyungsep alias tersungkur dari beberapa Pemilu terakhir? Mereka menganggap dengan strategi ini citra Dinasti Cikeas dan suara partainya akan kembali terangkat, mengingat SBY selama ini dikenal paling mahir, piawai dalam memainkan stategi politik playing victim, hingga rakyat akan berbalik simpati padanya dan kembali ramai-ramai memilih partainya dan mendukung anaknya untuk jadi Capres 2024. Saya katakan, itu kecurigaan yang keliru besar ! Kenapa? Karena selain rakyat sudah sangat hafal "lagu lama" nya SBY yang seperti itu, rakyat juga masih belum puas untuk "mengejar dan menghajar" baik secara hukum maupun politik pada Dinasti Cikeas atas berbagai kasusnya di masa lalu dan yang terbaru.

Analisa berikutnya juga bisa saya sampaikan disini, bahwa pihak istanapun selama ini terlihat diam untuk merespon huru hara internal Partai Demokrat, ini semua tak lain sepertinya karena pihak istana tau, bahwa Dinasti Cikeas selama ini kerjaannya hanya membuat gaduh negara saja. Sudah banyak proyek-proyek di masa kepemimpinan nasional SBY yang mangkrak, lalu negara harus menanggung hutang besar yang ditinggalkan SBY, eee...SBY tidak membantu pemerintah namun malah terus menerus mengganggunya. Kalau SBY Presiden bela, nanti Presiden dituduh intervensi. Kalau Presiden diam tetap juga akan dituduh ikut merekayasa KLB. Maka saya pikir, istanapun lebih baik memilih diam dan membiarkan SBY menerima karmanya sendiri, digilas pamor mantan Jenderal bintang empat, mantan anak petani dari desa yang miskin yang kemudian sukses menjadi Panglima TNI dan sekarang menjadi Kepala Staf Presiden RI !

Sikap pihak istana yang diam seperti itu, merupakan pilihan dan sikap bijak yang rakyat kritis tunggu-tunggu. Biarkan saja Dinasti Cikeas remuk karena kesombongan dan kebebalannya, karena Indonesia ke depan harus dipimpin oleh manusia-manusianya yang cemerlang, jujur dan siap mengabdi untuk bangsa. Itulah rahasia Presiden RI kita, yang sangat tepat dan jernih mempersiapkan kader-kader pemimpin bangsa selanjutnya. Tapi ini hanya analisa saya, pembaca silahkan mengeluarkan pendapatnya sendiri, sebab perbedaan pendapat yang ditujukan untuk kebaikan bersama adalah kunci sukses menuju Indonesia Raya yang jaya, maju, demokratis dan beradab ! Bravo untuk Dr. Moeldoko !.

*) Saiful Huda Ems (SHE). Lawyer dan pemerhati politik.

Artikel Terkait