Opini

Modernisasi Sistem Pertahanan Bagi Negara Kepulauan Mutlak Diperlukan

Oleh : very - Rabu, 28/04/2021 11:12 WIB

Prof Atmonobudi Soebagio. (Foto: Ist)

Oleh: Atmonobudi Soebagio MSEE, Ph.D. *)

Jakarta, INDONEWS.ID -- Indonesia selaku negara kepulauan terluas di dunia, memiliki laut serta selat antar pulau yang lebih luas dari pada daratannya.   Panjang wilayah 3.977 mil. Luas lautan 3.273.810 km2.  Batas lautan 12 mil laut dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 200 mil.  Laut Jawa rata-rata memiliki kedalaman dari 20 hingga 40 meter, tetapi Laut Bali memiliki kedalaman hingga 1.000 meter dan makin ke timur semakin dalam.   Luas wilayah Indonesia yang mencakup wilayah darat, laut dan udara wajib dijaga kedaulatan dan keamanannya oleh TNI AD, TNI AL dan TNI AU secara menyatu.

Kondisi geografi Indonesia memerlukan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) TNI  yang sangat modern dan digunakan secara terpadu oleh ketiga matra tersebut.  Dalam realisasinya, kelengkapan alutsista tersebut masih berada di bawah yang seharusnya dimiliki. 

Buku III Himpunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Tahun 2021, total anggaran Kementerian Pertahanan (Kemenhan) pada tahun 2021 sebesar Rp 136,9 triliun, meskipun anggarannya telah meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. (Kompas, Rabu 28 April 2021). Walaupun terjadi kenaikan, alokasi terbesar masih pada tunjangan prajurit. Variasi alutsista Indonesia tidak dapat dibandingkan dengan negara-negara yang wilayahnya yang hanya berupa daratan dan udara saja.

Patut diacungi jempol pada peran yang dilakukan TNI dalam merawat dan meretrovit peralatan kendaraan tempur dan persenjataannya.  Banyak kendaraan maupun kapal tempur yang telah berusia lebih dari 50 tahun masih beroperasi karena perawatan tersebut.  Namun, perlu dicatat bahwa lifetime peralatan, khususnya yang berupa logam akan mengalami fatigue bila telah melampaui batas umur kekuatannya. Peralatan tersebut tidak dapat dipertahankan untuk tetap berfungsi sebagai layaknya ketika masih baru. Dengan kata lain hanya sebagai pendukung peran dan fungsi alutsista utama.

Tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402, yang dilaporkan hilang pada Rabu, 22 April 2021, dioperasikan oleh 53 awak dan telah secara resmi dinyatakan gugur dalam tugasnya. Kita patut memberikan penghormatan yang setingi-tingginya bagi para patriot tersebut. Pecahnya kapal selam di kedalaman 838 meter di bawah permukaan laut diperkirakan terjadi akibat tekanan air di laut dalam yang sangat besar sehingga mengalami imploded. Jika dugaan ini benar, maka kekuatan konstruksi kapal tersebut jelas lebih rendah dari tekanan dari luar kapal pada kedalaman tersebut.

Berkaitan dengan kejadian tenggelamnya KRI Nanggala 402, TNI AL perlu segera dilengkapi sejumlah kapal selam tanpa awak dengan spesifikasi:

            a. Ukuran lebih kecil dari pada kapal selam konvensional yang ada, namun memiliki daya jelajah yang cukup jauh.
            b. Dikendalikan secara remote, lewat dukungan komunikasi satelite, maupun oleh kapal patroli dan pengendali di permukaan laut.
            c. Mampu menyelam sampai dasar laut terdalam di wilayah RI.
            d. Tidak terpantau atau terdeteksi oleh sistem radar (stealth submarine).
            e. Dilengkapi dengan roket laut-udara dan torpedo.
            f.  Memiliki kemampuan mengintai dalam kondisi gelap-gulita di permukaan maupun di kedalaman laut dengan dukungan teknologi infra  merah.
            g. Mengandalkan sumber energi listrik berbasis rechargeable battery yang dilengkapi dengan modul sel surya di dinding luar kapal, sebagai pengisi energi listrik dalam kondisi berlayar di permukaan maupun di saat berlabuh.

Untuk memiliki kemampuan di atas, sejumlah penelitian sains terapan yang mendukung penerapan teknologi tersebut harus dikuasai oleh bangsa kita sendiri; bukan dengan membeli barang jadi dari luar saja.  Kemampuan serupa juga diperlukan bagi TNI AU dan TNI AD dalam menjaga kedaulatan dan keamanan wilayah angkasa dan daratan kita.

Jayalah Indonesiaku!

*) Penulis adalah Guru Besar dan anggota Tim Peneliti Energi Alternatif dan Terbarukan pada Universitas Kristen Indonesia (UKI).

Artikel Terkait