Bisnis

Pelajari Peluang Gagal, Sebelum Bunda Putuskan Menjadi Mompreneur

Oleh : Mancik - Kamis, 24/06/2021 16:05 WIB

Pengusaha hotel, resto dan salon, Tata Irianty.(Foto:Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Pengusaha hotel, resto dan salon, Tata Irianty, mengungkapkan beberapa faktor kegagalan saat ibu-ibu memutuskan untuk berwirausaha atau menjadi Mompreneur.

Menurut Tata Irianty, untuk berwirausaha atau belajar berdagang atau memproduksi sebuah produk tak lagi sulit. Hal ini karena sudah banyak orang berbagi ilmu di media sosial seperti YouTube dan Instagram.

Namun, ada beberapa hal yang menyebabkan ibu-ibu gagal dalam menjalankan usahanya. Dan salah satunya, menjadi faktor terbesar, sekitar 95 persen, dari kegagalan yang dialami.

"Hampir 95 persen kegagalan ibu-ibu tuh tidak bisa memisahkan uang dagangan dengan uang dari suami. Ibu-ibu tuh gagal bisnis itu, karena tidak bisa memisahkan uang dagangan dengan uang dari suami,” ungkap Tata kepada media di Jakarta, Kamis, (24/6/2021)

“Misalnya, dagang modalnya Rp100 Ribu, dapetlah laba Rp10 ribu. Anaknya minta jajan Rp50ribu, ‘ah gak apa-apa sudah Rp110 ribu, masih ada 60ribu kok’, beliinlah anaknya. Nangis lagi anaknya, (misal) minta gorengan, ambil dari uang dagangan, ‘aduh, kurang’, caplok (ambil) dari (uang pemberian) suami. Akhirnya malah geger sama suaminya,” jelas Tata.

Ibu dua anak ini menyarankan, untuk para ibu yang memutuskan menjadi Mompreneur agar membuat pembukuan khusus terkait uang dagangan. Dengan demikian, uang modal, uang laba, dan uang pemberian suami tidak tercampur.

Jika ada kebutuhan tambahan seperti jajan anak, maka ambillah dari laba.

“Misalnya modalnya Rp100 ribu masuk dompet dagangan, (laba) 20ribunya boleh buat jajan. Jangan buat jajannnya 70ribu. Besok buat dagangnya (sisa modal) cuman Rp50ribu. Terus biar bisa Rp100rb gimana? Comot dari suami. Ya itu 95% gagal total ya karena itu, gak misahin,” papar Tata.

Selain faktor tersebut, pemilik nama Meita Irianty ini mengungkapkan, saat memutuskan menjadi Mompreneur, masih banyak ibu-ibu yang tidak langsung mengeksekusi rencananya.

Menurutnya, seharusnya ibu-ibu bisa mulai menghitung faktor risiko jika sudah ada rencana berjualan

"Kan sudah banyak belajar, banyak baca, kadang terlalu banyak baca malah bingung. Terlalu (mau) cepet (sukses). Ngitung faktor risiko dulu, terutama ibu-ibu yang (masih) harus belajar. ‘Oh aku dikasih modal sama suami Rp1 juta, kan gak mungkin jadi 10 juta dulu,” jelas Tata.

Untuk itu, Tata menekankan agar ibu-ibu lebih kuat dan berani dalam mengambil setiap keputusan, dan memperhitungkan risiko.

“Ibu-ibu kurang ‘kuat’ aja, kebanyakan rencana, kebanyakan ngomong. Sama itu terlalu terbiasa men-sharing-kan kesedihan di media sosial, jadinya kebiasaan,” tutupnya.*

 

Artikel Terkait