Nasional

Ketum GRANAT: Narkoba Kejahatan Kemanusian, Ada Upaya Pihak Tertentu Hancurkan Indonesia

Oleh : Rikard Djegadut - Rabu, 21/07/2021 17:45 WIB

Ketua Umum Gerakan Nasional Anti Narkoba (GRANAT), Dr. H. KRH. Henry Yosodiningrat, SH, MH bersama Wakil Sektretaris Jenderal Badan Kerjasama Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama, Drs. Asri Hadi, MA (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Kejahatan Narkotika di Indonesia bukan lagi dilihat sebagai kejahatan biasa atau hanya sekadar bisnis oriented, melainkan sebuah kejahatan terhadap kemanusiaan. Bahkan, dengan peredaran gelap narkotika dari luar ke Indonesia secara masif dituding sebagai upaya pihak-pihak atau negara-negara tertentu yang sengaja mendesign secara sistematis dan konsepsional untuk menghancurkan bangsa Indonesia.

Demikian disampaikan Ketua Umum Gerakan Nasional Anti Narkoba (GRANAT), Dr. H. KRH. Henry Yosodiningrat, SH, MH dalam Episode "Ngobrol Politik Indonesia" NGOPI bertajuk "Ancaman Narkoba di Masa Pandemi Covid-19: War on Drugs" yang disiarkan melalui channel YouTube Ditjen Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri pada Rabu (21/7/21).

"Pertama kita harus sepakat bahwa kejahatan narkoba bukan kejahatan biasa atau hanya sekadar bisnis oriented. Tapi kejahatan ini (Narkoba-red) adalah kejahatan terhadap kemanusiaan. Kita jangan hanya melihat bahwa ini salah satu bisnis, tapi saya justru melihat di belakang ini ada suatu maksud dari pihak-pihak tertentu untuk menghancurkan bangsa Indonesia ini," kata Henry seperti dikutip media ini, Rabu (21/7/21) siang.

Henry menyatakan bahwa mungkin ada yang bertanya mengapa atau apa pentingnya pihak atau negara tertentu itu menghancurkan bangsa ini (Indonesia-red). Menurutnya, Indonesia adalah bangsa besar yang kaya akan segala sumber daya. Henry lantas menantang tunjukan apa yang dimiliki atau kekayaan alam yang dimiliki oleh negara lain, yang Indonesia tidak punya.

"Bahkan sekarang ini kita lihat, minyak sudah hampir habis. Di mana-mana Arab sudah mulai panik gitu ya. Sekarang dunia akan beralih ke nikel ya. Nikel kita punya paling besar. Nah, ini salah satu contoh apa sih hubungan antara narkotika dan nikel dan sebagainya serta ancaman terhadap bangsa. Itu satu," jelas politikus PDI Perjuagan ini.

Yang kedua, dia melihat bahwa kejahatan narkoba di Indonesia sudah betul-betul menjadi ancaman bagi negara ini. Sebab narkoba sudah masuk hingga ke pelosok-pelosok negeri. Tidak ada satupun sudut kota di Jakarta ini, kabupaten atau kota hingga desa di negeri ini yang bersih dan aman dari peredaran gelap narkotika.

Berbicara menggenai kejahatan narkotika, menurutnya, harus dilihat dari empat hal. Pertama upaya mencegah masuknya narkotika dari luar ke Indonesia. "Maaf saya katakan, kita gagal dalam hal mencegah masuk narkotika. Indikasinya apa, masih banyak narkotika masuk ke Indonesia dengan jumlah berton-ton," ungkap Henry.

Kedua, adalah upaya pemberantasan peredaran gelap narkotika yang disebabkan oleh gagalnya Indonesia mencegah masuknya narkotika ke Indonesia. "Kita gagal lagi dalam upaya memberantas peredaran gelap. Indikatornya ya nyatanya beredar di mana-mana," tuturnya.

Ketiga, karena Indonesia gagal memberantas peredaran gelap narkotika, maka negara harus melakukan upaya berikutnya, yaitu upaya mencegah terjadi penyalahgunaan. Namun, lanjutnya, kita lagi-lagi gagal. buktinya, masih banyak yang menyalahgunakan.

"Nah, ujung-ujungnya, upaya terakhir adalah menanggulangi korban yang jatuh. Tapi tidak berarti bahwa itu tadi (empat langkah penanggulangan narkoba-red), kita lakukan step-by-step tapi secara paralel. Jadi upaya mencegah tetap dilakukan, upaya memberantas juga tetap dilakukan dan lain-lain," pungkasnya.

Tidak Pandang Status Sosial

Henry lebih lanjut menambahkan, kondisi penyalahgunaan narkoba sekarang ini tidak memandang status sosial seseorang. Narkoba tidak melihat latar belakang pendidikan, keluarga ataupun latar belakang sosial dan sebagainya.

Ia menyebutkan, banyak kalangan artis, anggota Polri, bahkan DPRD yang menjadi korban. Dan yang lebih banyak lagi, tutur Henry, adalah anak-anak bangsa yang tidak termasuk dalam catatan atau "anak orang tidak mampu" seperti anak-anak asongan yang hidup di bawah kolong jembatan dan sebagainya.

"Nah sekarang upaya apa yang harus kita kedepankan di antara empat upaya itu? Saya lebih cenderung upaya mencegah terjadinya penyalahgunaan. Tidak berarti saya pesimis terhadap upaya mencegah masuknya narkotika, tidak juga saya pesimis terhadap upaya mencegah memberantas peredaran gelar dan sebagainya," imbuhnya.

Kenapa upaya pencegahan yang dikedepankan, dalam pandangan Henry, jika negara berhasil mencegah terjadi penyalahgunaan, maka meskipun narkoba ini diberikan secara gratis, orang akan menolak. Sehingga, tidak peduli narkoba masuk ke Indonesia berton-ton, masyarakat akan tetap menolaknya.

"Selama ini, kita melakukan cara-cara yang konvensional yaitu dengan dengan "menakut-nakuti" para generasi muda kita akan dampak dari penggunaan narkoba terhadap kondisi kesehatan mereka di masa depan dan sebagainya," beber Henry.

Upaya Sistematis dan Konsepsional

"Kendati itu tetap dilakukan, tapi kita jangan lupa bahwa kejahatan ini adalah kejahatan yang terorganisir atau well-organized crime. Kejahatan yang dilakukan secara sistematis dan konsepsional," tambahnya.

Sehingga menurutnya, di dalam upaya memerangi narkoba ini pun harus menggunakan cara-cara yang sistematis dan konsepsional pula. Jadi menurutnya, yang perlu dilakukan pemerintah, serta segenap komponen bangsa adalah tak hanya fokus pada upaya menakut-nakuti dengan memberikan gambaran akan bahanya pengunaan narkoba.

"Jika menggunakan narkoba jantung atau paru-paru bisa begini, neurotransmitter blablabla". Nanti mereka bilang so what? Itu teman gua make, gak apa-apa," ujar Henry.

Apa yang dia maksudkan dengan cara sistematis adalah seperti misalnya yang dilakukan GRANAT selama ini. GRANAT, ungkap Henry, ujung tombak gerakannya ada di daerah, kecamatan bahkan hingga desa dan kelurahan.

"Seperti di Sumatera Utara misalnya, sekarang ini di semua kecamatan. Kalau Anda datang ke Kota Medan, tolong tunjukan kecamatan mana yang GRANAT ga ada atau PACnya atau anak-anak cabangnya. Dan itu sampai ke seluruh kabupaten, sampai ke pelosok-pelosok. Begitu juga di Maluku misalnya," tukasnya.

Henry menceritakan kampanye yang dilakukan oleh relawan GRANAT di daerah adalah membuat tulisan pada triplek yang dicat warna merah dengan tulisan-tulisan seperti `Desa Ini Anti Narkoba`, `Kami Menolak Narkoba` dan lain sebagainya serta membagikan stiker kepada masyarakat dan menempelnya sendiri di rumahnya masing-masing dengan tulisan seperti `Keluarga Ini Anti Narkoba`.

"Jangan katakan kampung ini bebas narkoba, nanti konotasinya bisa salah gitu ya. Bahkan bisa menuliskan kata-kata yang ekstrim seperti `Jangan Edarkan Narkoba`, Jangan Bawa Masuk Narkoba`, `Bila Melanggar, Hukumannya Mati` misalnya,". Itulah yang saya maksudkan dengan cara-cara sistematis.

MoU dengan Garuda

Di tengah situasi negara berjuang melawan pandemi virus corona, peredaran gelap narkotika di lapangan juga diketahui begitu masif. Sebagai upaya pencegahan, GRANAT melakukan MoU dengan Garuda Indonesia.

Intinya adalah untuk memperketat pengecekan agar upaya penyeludupan narkotika melalui jalur udara bisa dicegah dan diminimalisir.

"Selama ini masih banyak penerbang di beberapa penerbangan itu yang malamnya mereka menggunakan narkoba, sementara besoknya mereka menerbangkan peswat. Padahal keselamatan ratusan nyawa bergantung pada mereka," ungkap Henry.

Untuk itu, pihaknya tengah berupaya membuat regulasi dan ketentuan yang nantinya mewajibkan para pilot melakukan test sebelum melakukan penerbangan. Ketentuan ini, harap Henry, dapat disepakati oleh dunia penerbangan internasional.

"Menurut saya harus dibuat ketentuan, nantinya ketentuan ini sampai bisa disepakati oleh dunia internasional, misalnya setiap penerbang yang habis nginap, besoknya sebelum dia bawa pesawat dia harus melalui test di tempat yang mungkin prosesnya tidak lebih dari lima menit. Jadi kalo dia positif, dia ga boleh terbang," tutupnya.

Dukungan BERSAMA

Secara terpisah, Wakil Sektretaris Jenderal Badan Kerjasama Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama (BERSAMA) selaku Pemimpin Redaksi Indonews.id, Drs. Asri Hadi, MA mengapresiasi kegiatan ini, yang khusus membahas permasalahan peredaran narkoba di Indonesia.

Asri Hadi juga menyampaikan dukungannya terhadap program pemerintah dalam hal ini BNN, dalam rangka mengatasi masalah penyalahgunaan narkoba di Indonesia yang kian hari kian mencemaskan.

Selain mendukung program pemerintah, mewakili BERSAMA dan medua Indonews.id, Asri Hadi juga menyampaikan bahwa pihaknya siap berkolaborasi dengan berbagai komponen bangsa untuk mengatasi persoalan narkoba di Indonesia.

"Indonws,id dan BERSAMA siap mendukung program pemerintah, dalam hal ini BNN, bersama Masyarakat Indonesia untuk mengatasi masalah penyalahgunaan narkoba yang sangat membahayakan kelangsungan generasi muda Indonesia," kata Asri Hadi dalam keterangannya di Jakarta, rabu (21/7/21) sore.*

Artikel Terkait