Daerah

Sambut Bulan Puasa, Langenastran Yogyakarta Laksanakan Ngapeman

Oleh : very - Selasa, 29/03/2022 14:41 WIB

Kampung Budaya Langenastran, Yogyakarta dengan menyelenggarakan lomba pembuatan apem, Minggu (27/03/2022). (Foto: Ist)

Yogyakarta, INDONEWS.ID --- Ngapeman, tradisi membuat apem bagi masyarakat Jawa untuk menyambut hadirnya bulan puasa tetap dilaksanakan di Kampung Budaya Langenastran, Yogyakarta dengan menyelenggarakan lomba pembuatan apem, Minggu (27/03/2022).

Meski dilaksanakan dalam suasana prokes, ngapeman dengan tema “NGAPEM BARENG” yang dilaksanakan di Ndalem Madukusuman, Kecamatan Kraton Yogya, berlangsung dengan kegembiraan dan bahkan makna ngapeman itu lebih dirasakan.

Kue apem merupakan makanan yang cukup legendaris di Yogyakarta. Makanan yang terbuat dari tepung kanji, tepung beras, kelapa muda serta bahan lainnya ini tidak hanya terasa lezat, tetapi kue apem juga menyimpan nilai budaya dan historis yang menarik

“Kita semua menginginkan bahwa tradisi yang sudah berlangsung ratusan tahun ini tetap berjalan seperti biasanya meski tetap mematuhi protokol kesehatan. Tetapi saya yakin, dengan menggunakan masker, pembuatan apem pada hari ini lebih bermakna karena dilakukan secara lebih diam karena terhalang masker, “ ujar KRT Radiya Wisroyo Sumartoyo, sesepuh dan sekaligus panitia ngapeman Kampung Langenastran.

Radiya Wisroyo juga menekankan bahwa masyarakat Langenastran yang hidup tidak jauh dari lingkungan Kraton harus senantiasa melaksanakan tradisi turun temurun yang sudah diteladani oleh para leluhur. Hal ini terutama, Kraton merupakan pewaris dan sekaligus pelestari Budaya Jawa hendaknya selalu diingat oleh masyarakat yang terutama berada di lingkungan Kraton.

 

Dikatakannya lebih lanjut bahwa, tradisi ngapeman selain merupakan tanda atau simbol yang dilakukan menjelang bulan Ramadhan, apem juga merupakan sarana silaturahmi antar tetangga yang pada saat ini semakin terkikis oleh budaya gadget yang lebih mementingkan diri pribadi.

Ada berbagai versi sejarah soal asal muasal kue apem ini. Filosofi kue apem ini sudah hadir di zaman Sunan Kalijaga. Diceritakan bahwa, setelah pulang dari ibadah haji, sunan Kalijaga melihat Desa Jati Anom, Klaten dan melihat banyak orang kelaparan. Kemudian, sunan memerintahkan untuk membuat apem dan mengajak mereka mengucap dzikir bersama.

Saat menyantap kue apem, masyarakat Jati Anom diminta melafalkan Qawiyyu yang berarti Allah Maha Kuat sembari memakan kue tersebut. Setelah mengonsumsi kue apem, para warga menjadi kenyang. Hal itu memunculkan pemahaman filosofis dari kue apem yang identik dengan permohonan maaf, baik permohonan maaf atas kesalahan yang telah diperbuat kepada Sang Pencipta maupun kepada sesama.

Namun demikian, Versi Cirebon diceritakan bahwa apem dibuat pada bulan Safar, nama bulan dalam agama Islam. Oleh karenanya, kata apem berasal dari bahasa Arab Afuan atau afuwwun yang berarti ampunan. Namun ada yang mengatakan bahwa kata apem berasal dari bahasa India yakni appam. ***

Artikel Terkait