Opini

Blast From The Past, IBL All Star 2022

Oleh : luska - Senin, 04/04/2022 09:07 WIB

Penulis : Reinhard R Tawas

Kamis sore 31 Maret 2022 Basket Hall Senayan diguyur hujan deras. Fans IBL bergeming. Mereka tetap datang. Basket Hall penuh sesuai kapasitas yang dibatasi mengikuti prokes pandemi. Dan mereka memakai masker N-95 seperti yang disyaratkan IBL.  Setelah dua tahun absen, IBL dengan CEOnya Junas Miradiarsah dan seluruh jajarannya berhasil menggelar event berjudul IBL Tokopedia All Star 2022 yang ditunggu-tunggu fans yang ingin melihat aksi pilihan mereka, dan juga ditunggu pemain untuk menghibur sekaligus membuktikan kepada fans mereka pantas dipilih.  Event dengan tema Blast From the Past ini membuat penonton merasakan perjalanan sejarah kompetisi basket Indonesia. Untuk itu dua tim yang bertanding di Selebriti Game dilatih oleh Bambang Hermansyah dan Ali Budimansyah, pelaku perjalanan sejarah basket tanah air yang kebetulan kakak-adik. Bambang Hermansyah bermain di dekade 1980an sebagai guard Indonesia Muda , Pelita Jaya, Asaba dan Tim Nasional. Ali Budimansyah besar di Indonesia Muda kemudian lanjut ke Pelita Jaya dan Aspac. Ia adalah guard nasional dan satu-satunya pebasket Indonesia yang pernah main di FIBA Asia All Star.  Pada event berjudul resmi IBL TOKOPEDIA ALL STAR 2022 yang "play-by-by play"nya ditukangi Nicko Andrean, penulis mendapat kehormatan dari IBL menjadi komentator.  

Melihat Bambang Hermansyah di pinggir lapangan membuat penulis "blast to the past". Teringatlah bintang-bintang basket kita di masa lalu yang pernah penulis lihat beraksi di lapangan.  Setelah angkatan Nus Lalisang, muncul angkatan Bambang Hermansyah di dekade 1980an. Jika di lapangan bulutangkis, kecuali Liem Swie King, atlit keturunan biasanya memakai nama "Indonesia"nya, maka di basket bertebar nama-nama seperti Lie Tjiu Tek, Lie Gwan Ming, Lie Gwan Chin, Nyo Li Wen, Nyo Lie Fan. Mereka adalah tulang punggung klubnya masing dan tim Nasional dan berjuang untuk Merah Putih. What's in a name. Bakat Lie Tjiu Tek menurun ke putranya, Vincent Rivaldi Kosasih  yang sekarang bermain di Pelita Jaya Bakrie. Tjiu Tek, Gwan Ming dan Gwan Chin (bersaudara) dibesarkan oleh Halim Kediri. Gwan Ming sebagai guard dikenal eksplosif. Kemampuan "vertical leap" (lompat vertikal)di atas rata-rata sehingga ia mampu menaklukkan ring basket 3,05 meter di udara dengan dunk.  Nombok istilah waktu itu, yang fasih juga dilakukan oleh Ali Budimansyah dan Thomas Teddy Kurniadi, atlit-atlit basket yang sebenarnya tingginya pas-pasan, sehingga makin mengundang decak kagum fans dipinggir lapangan. Nyo Li Wen dan Nyo Li Fan bermain untuk Asaba yang berganti nama menjadi Aspac di tahun 1990an. Nyo Li Wen adalah pebasket yang paling mematikan jika terjadi transisi offense baik karena defensive rebound atau steal.

Pemain Aspac yang rebound atau steal hampir pasti mengoper bola ke Nyo Li Wen yang dengan pegas di sepasang kakinya sprint ke arah basket dan lay-up 2 poin easy basket. Kim Hong (Irawan Haryono) Boss Aspac mengangkat kedua tangannya dan sumringah. Kobatama dekade 90an dikenang dengan pemain-pemainnya antara lain Muhammad Rifki, Romy "Gepeng" Chandra, Lucky Pinontoan, Patrick Gozal, Okky Tamtelahitu dan masih banyak lagi legend basket di era sebelum IBL ditampilkan di video wall, terlalu banyak untuk disebut satu-satu dan hormat untuk mereka semua. Project Pop menambah meriah suasana dengan shownya yang membuat hampir semua penonton bernyanyi dan menari. Di Project Pop ada Ujo dan Yosi, fans dan aktivis basket. Raffi Ahmad  vs Gading Marten Sebelum All Star Game, digelar Selebriti Game. Tim Bambang Hermansyah diperkuat oleh Raffi Ahmad, Wijaya Saputra, Andovi Da Lopez, Rayi Putra, Augie Fantinus, Andi Batam, Asri Welas, Prisia Nasution, Novabela J. Massie, Ujo Project Pop dan Michael James. Di Tim Ali Budimansyah berjajar Baim Wong, Daffa Wardhana, Jovial Da Lopez, Dochi Sadega, Aqsa Aswar, Yosi Project Pop, Welly Situmorang, Erica Karlina, Abigail Cantika, Yuni, dan Arfa Thohir. Serius, mereka bukan hanya datang untuk having fun. Beberapa di antara mereka menunjukkan bahwa mereka memang pemain baket. Yang jelas dengan fan base mereka masing-masing, IBL menambah fans baru. Raffi Ahmad bossnya RANS PIK bukan hanya antusias sebagai owner, tapi juga sebagai pemain. Raffi bermain offense dan defense sama intensnya, mencetak poin dan steal, kadang sprint hampir sepanjang lapangan. Hasilnya timnya mengalahkan tim Baim Wong 42-38. Sebenarnya Gading Marten dan Sean Gelael ada di daftar pemain tapi keduanya berhalangan karena sedang berada di luar kota. Januari lalu ketika IBL dimulai bertemulah Rans PIK dengan West Bandits Solo.

Menarik sekali melihat tingkah Raffi dan Gading mendukung timnya masing-masing. Setiap timnya mencetak point baik Raffi maupun Gading melompat dan meninju udara. Apalagi jika terjadi dunk. Mereka saling bully. Persaingan dan pertemanan luar biasa yang hanya terjadi di lapangan basket. Trima kasih untuk keduanya , dari fans. Setelah "Skill Challenge" yang dimenangkan Timnya Riko Hantono, legenda Aspac, acara utama  All Star Game pun digelar. Tim Merah dengan kapten Arki Wisnu melawan Tim Putih dengan kapten Kaleb Ramot Gemilang. Pemain masing-masing tim adalah: Tim Merah: 1. Arki Dikania Wisnu 2. Hardianus Lakudu 3. M. Sandy Ibrahim Aziz 4. Rio Dissi 5. Patrick Nikolas 6. Widyanta Putra Teja 7. Dame Diagne 8. Kelvin Sanjaya 9. Ali Bagir Wayarabi Alhadar 10. Yonatan 11. Randy Bell 12. Tyree Robinson Pelatih: Youbel Sondakh Tim Putih: 1. Shavar Newkirk 2. Taj Davis Spencer 3. Abraham Damar Grahita 4. Yudha Saputer 5. M. Reza Guntara 6. Ruslan 7. Fisyaiful Amir 8. Stevan Wilfredo Neno 9. Rico Aditya Putra 10. Bima Riski Ardiansyah 11. Vincent Rivaldi Kosasih 12. Kaleb Ramot Gemilang Pelatih: David Singleton Melihat line-up di atas, seorang fan online IBL berkomentar gak usah susah-susah, jadikan mereka Tim Nasional. Fan ini tidak salah.  Awalnya pertandinga terlihat lebih "entertaining" daripada "fighting". Tim Putih dengan 5 3-poin berturut dari Kaleb Ramot unggul jauh. Tapi semakin ke sana Tim Merah memberikan perlawnan ketat. Defense berperan dan defense lah yang menentukan siapa yang menang seperti yang dikatakan MVP Shavar Newkirk di wawancara closing. "We played defense" katanya, ketika Tim Merah tiba-tiba bangkit mengejar di menit-menit terakhir. 102 - 100 untuk Tim Putih berkat 2 poin terakhir dari jumper Abraham Damar Grahita. Shavar Newkirk pemain NSH Mountain Gold Timika ini mencetak 26 poin. Kaleb Ramot Gemilang mengemas 19 poin dan Yudha Saputera menyumbang 16 angka. Tim Merah Randy Bell mencatat double double 25 poin 10 rebound, Tyree Jamal Robinson mencetak 26 poin  dan Dame Diagne 22 poin. JORDAN VS SOTOMAYOR Pada Slam Dunk Contest berlaga LaQuavius Cotton (Amartha Hangtuah Jakarta 198 cm, 85 kg), Kendal Yancy (Bali United Basketball 191, 95), Dame Diagne (Indonesia Patriots 197, 90), Jarron Crump (Tangerang Hawks Basketball 182, 80), dan Tyron Criswell (Pacific Caesar Surabaya 193, 93).

Jarron Crump tampil sebagai juara dengan gimmick menarik mengenakan helm motor. Suatu yang tentu sudah dilatihnya berkali-kali karena jelas menambah beban dan mengurangi besaran visinya terhadap ring basket yang menjadi sasaran. Ia keluar sebagai juara setelah saingannya Tyron Criswell tidak bisa lanjut ke babak kedua karena cidera. Urutan ketiga Dame Diagne menggantikannya, tapi Crump sudah berada di atas angin. Slam Dunk Contesst selalu saja menyisakan hal yang menarik. Di sini Jarron Crump unggul atas lawan-lawannya yang jauh lebih tinggi. Selisih terdekat adalah dengan Kendal Yancy yang lebih tinggi 9 cm. Kenapa Crump bisa unggul bisa dilihat dengan kasat mata oleh penonton di side court bahwa dia memiliki "vertical leap" yang leih tinggi dibandingkan dengan lawan-lawannya. Slam Dunk Contest di NBA pernah menghasilkan juara yang yang tingginya hanya 170 cm! Anthony "Spud" Webb tahun 1986. Ia mengalahkan lawan-lawannya yang jauh lebih tinggi. Di final ia mengalahkan rekan setimnya di Atlanta Hawks, Dominique Wilkins yang 31 cm lebih tinggi. Tahun 2012 Spud Webb di usia 47 dan jauh lebih gemuk masih bisa melakukan dunk ketika ditantang. Dan, ini yang menarik, ia melakukannya dengan pakaian kantor dengan sepatu kerja. Ia hanya melepas jasnya. Video ini ditoton 11 juta kali. Selain Spud Webb dunk, yang paling mengesankan juga adalah Michael Jordan 1988 ketika ia terbang dari garis free throw line. Gerakan terbangnya  yang fenomenal itu diabadikan sebagai "trademark" sneakers. Jordan dikenal sebagai salah satu Atlit basket dengan kemampuan "vertical jump" yang fenomenal 48 inchi! (122 cm). Tahun 1993 setelah Chicago Bulls juara NBA untuk ketiga kali berturut-turut Michael Jordan memutuskan pensiun. "Tidak ada lagi yang perlu dibuktikan," katanya. Di tahun yang sama Javier Sotomayor dari Kuba memecahkan rekor lompat tinggi menjadi 245 cm pada Invitasi Atletik Dunia di Salamanca, Spanyol. Jordan dan Sotomayor sama-sama sedang berada di puncak prestasi mereka. Sotomayor melompat dengan gaya Fosbury Flop yan diperkenalkan Dick Fosbury di Olimpiade Mexico 1968 dan meraih medali emas. Melakukan Fosbury Flop,  atlit melakukannya dengan berlari diagonal ke arah mistar lompat tinggi, melompat sambil berputar dengan punggung menghadap tanah. Ini adalah gaya lompat yang paling efisien menurut penelitian karena pelompat bisa melewati mistar yang lebih tinggi beberapa sentimeter dari "center of grafiti" yang berada di sekitar pinggang. Sotomayor yang tingginya 193 cm mempunyai kemampuan vertical jump 48 inci ( = 122 cm), sama dengan Jordan.Rekor dunia lompat tingginya yang 245 cm belum tersamai hingga sekarang. Apakah Michael Jordan mampu melompati mistar setinggi itu? Mungkin. Dengan vertical jump yang sama 122 cm dan dengan tinggi badan yang lebih 5 cm, Jordan punya advantage sedikit karena center of grafitinya mustinya juga lebih tinggi sedikit. Mengenai kemampuan memutar badan di udara, Jordan sudah sering melakukannya ketika dunk. Yang diperlukannya tinggal latihan Fosbury Flop saja. Tapi berandai-andai ini sudah kadaluarsa lama.

Sementara menurut info Nicko Andrean yang sebagai broadcaster IBL Game punya kesempatan melihat dunk-dunk di IBL, ada beberapa pemain lokal Indonesia yang melakukan dunk di pertandingan. Ia menyebut M. Sandy Ibrahim Aziz (188 cm) dari Satria Muda Pertamina, Ruslan (197) NSH Jakarta, Pandu Wiguna (194) Prawira Bandung dan Vincent Rivaldi Kosasih (203) Pelita Jaya Bakrie. "Sandi yang paling powerfull," katanya.

Rekor lompat tinggi putra Indonesia adalah 215 cm yang dipegang oleh Rizky Gushafa dari DKI Jakarta yang dicetak di Sea Games 2017 Malaysia. Dengan tinggi badan 188 cm, center of gravity yang menurut dr. Arina Heidyana dari klikdokter terletak di anterior vertebra (tulang punggung), kira-kira center of gravity Sandi berada di 105 cm. Dengan kemampuan powerful dunknya, dimana tangan yang memegang bola basket yang jauh lebih besar daripada bola sepakbola harus melampaui ring 305 cm, kemungkinan vertical leap Sandi adalah 105 cm. Maka jika dilatih Fosbury Flop, mungkin Sandy bisa bersaing dengan Rizky. By the way, Javier Sotomayor sebelum terjun ke atletik adalah atlit bola basket. 

*****


 

Artikel Terkait