Opini

Perang Rusia-Ukraina, Putin, Abramovich, Chelsea

Oleh : luska - Selasa, 05/04/2022 20:40 WIB

Penulis : Reinhard R. Tawas

Perang Rusia-Ukraina murni inisiatif Vladimir Putin dari pihak Rusia. Tapi karena menghukum langsung Putin tidak mungkin, dicarilah siapa yang paling dekat. Paling tidak begitulah  yang terjadi di Inggris. Roman Abramovich pemilik Chelsea adalah “orang”nya Putin. Begitu logika Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss. Maka Pemerintah Inggris membekukan aset Abramovich termasuk bank account Chelsea FC. Chelsea sedang berada di urutan ke-3 Liga Premier Inggris dan masih ada kans untuk naik. Semoga ini tidak mempengaruhi kenyamanan pemain dan manajemen Chelsea FC, begitulah kira-kira yang diinginkan fans Chelsea yang tidak luntur dukungannya terhadap Abramovich. Mereka beda pandang dengan pemerintah. Bukan hanya Inggris, dunia barat pun berbuat terlalu jauh dengan melarang atlit-atlit Rusia berpartisipasi di event-event Internasional. Padahal belum tentu mereka mendukung Putin. Sementara Abramovich yang menjadi sasaran Pemerintah Inggris membantah dia ada hubungan khusus dengan Putin. Pemerintah Inggris juga membekukan aset enam orang kaya Rusia yang punya kegiatan usaha di Inggris. Menurut Liz Truss kedekatan mereka dengan Putin menjadikan mereka “complicit” (membantu terjadinya kriminalitas). Entah logika apa yang dipakai.

Akan halnya bagaimana Abrahamovic menjadi kaya, dia harus berterima-kasih pertama kepada Mikhail Gorbachev, kedua kepada Boris Yeltsin. Di Uni Sovyet pada dekade 1980an banyak kaum terpelajar dan bahkan apparatchick (pejabat partai) mulai bosan dengan ekonomi komunis berdasarkan ajaran Marx-Engels-Lenin yang diyakini Lenin jauh lebih unggul daripada kapitalisme. Lenin bahkan meramal bahwa suatu ketika komunis akan mengalahkan kapitalis yang, menurutnya adalah pemuja emas.  “Ketika kita menang kita akan membuat kakus-kakus umum dari emas di kota-kota besar Dunia,” ucap Lenin yang dikutip Lev Leontyev, ekonom “profesor merah” dalam bukunya “A Short Course of Political Economy”. Penulis punya bukunya. Buru-buru menang, yang terjadi  mereka bubar. Kaum elit ini (terpelajar, apparatchick) aman secara ekonomi meskipun tidak kaya, beda dengan buruh dan petani yang sering harus antri roti. Mereka  mulai mencari aktualisasi diri (teori Maslow). Untuk itu mereka perlu lebih bebas. Dan mereka terbukti cukup kuat. Ketika Mikhail Gorbachev mengumumkan politik Glasnost (Openness) dan Perestroika (Reconstruction) pada 1987 hampir tidak ada yang menentang. Prestroika diikuti kemudian oleh kebebasan berusaha dan pelan-pelan privatisasi perusahaan-perusahaan negara. Abramovich yang masih muda membuat usaha mainan, ban bekas dan parfum. Beberapa tahun kemudian ketika perusahaan-perusahaan negara yang besar-besar mulai diprivatisasi Abramovic menjadi salah satu yang beruntung. Dia punya pengalaman manajemen dan yang lebih penting kenal Boris Yeltsin, Presiden Russia setelah Mikhail Gorbachev. Salah satu lagi yang membawa mujur bagi Abramovic adalah harga jual perusahaan-perusahaan itu sangat murah.

Harvard University memublikasikan paper “Privatizing Russia” yang ditulis oleh Maxim Boycko (Russian Privatization Center), Andrei Shleifer (Harvard University) dan Robert W. Vishny (University of Chicago). Menurut paper tersebut perusahaan raksasa ZIL, pembuat truk dan mobil penumpang dengan jumlah karyawan lebih 100.000 dan properti real estate besar di Moskow dan pabrik dimana-mana dibanderol USD 16 juta pada tahun 1992, atau USD sekarang kira-kira 34 juta. Ketika perusahaan minyak raksasa Siberia Sibneft dibeli Abramovic dan Boris Berezovsky harganya hanya USD 250 juta. Itu tahun 1995. Apa ada orang Rusia punya uang sebanyak itu? Tidak ada. Negara meminjamkan modal tambahan untuk mereka. Tahun 2005 Abramovich menjual kembali Sibneft ke pemerintah Rusia seharga USD 13 milyar.

Berita di bbc.com 28 Maret lalu menyebut bahwa Abramovich membantu Vladimr Putin menggantikan Boris Yeltsin tahun 1999. Tahun 2003 Abramovich membeli Chelsea FC yang menurut Catherine Belton, penulis buku “Putin’s People”, atas saran Putin. Catherine Belton dikenal sebagai pengamat Kremlin. Ini dibantah Abramovich. Dengan kapasitasnya juga Abramovich membantu PSSInya Rusia mendapatkan Guus Hiddink sebagai pelatih tim nasional dari tahun 2006 - 10. Kedekatan Abramovich dan Hiddink terbukti ketika manajer Chelsea dipecat ia bersedia menjadi manager interim 2009 dan 2015-16. Ketika Putin sangat ingin Rusia menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018, Abramovich ada di sana membantu membuat ini menjadi kenyataan.

Kembali ke fans Chelsea, di semua pertandingan Chelsea mereka tetap menyanyikan nama Abramovich sebagai dukungan mereka pada orang yang membawa kejayaan bagi Chelsea FC dengan menjuarai Premier League  5 kali, FA 5 kali, UEFA Champions League 2 kali dan UEFA  Europa League 2 kali. Bagi fans beratnya, Chelsea adalah Empire dan Roman Abramovich adalah kaisarnya. Di satu sisi bangunan stadion Stamford Bridge terbaca tulisan besar ROMAN EMPIRE. 

Dan bukan di Rusia Abramovich membangun fasilitas Sepakbola yang super mewah, tapi di Inggris.  Tahun 2004 Abramovich merencanakannya bersama  José Mourinho dan langsung mulai membangun Chelsea Youth Academy and Training Facility di Cobham,  36 KM di Barat  Daya London. Di Kompleks seluas 57 hektar itu terdapat 30 lapangan sepakbola, 3 dengan pemanas di bawah tanah, supaya tidak membeku di musim dingin, 6 ukuran standar Liga Premier dan 1 lapangan indoor. Kompleks olahraga mewah ini berada di daerah Stoke D’Abernon yang hijau dan memberlakukan aturan tinggi bangunan tidak melebihi tinggi pohon sehingga fasilitas Academy banyak yang berada di bawah tanah. Penulis menyaksikan sendiri fasilitas ini ketika bekerjasama dengan Chelsea FC memproduksi program pencarian bakat sepakbola muda Road To Chelsea FC tahun 2011 dan 12. Ketika Beckham menginginkan latihan sepakbola bagi anaknya Brooklyn, ia memilih Chelsea Academy tahun 2013. 

Kembali ke Menteri Luar negeri Inggris Liz Truss, sepertinya perempuan yang fashionable ini salah jika memasukkan Abramovich ke dalam daftar “compilicit” dalam kasus Rusia - Ukraina. Abramovich terlihat aktif membantu perundingan perdamaian di Belarus dan Istanbul.
******

Artikel Terkait