Nasional

Data Beras Kita Selalu Amburadul

Oleh : Rikard Djegadut - Sabtu, 26/11/2022 17:02 WIB

Jakarta, INDONEWS.ID - Bulog bilang kurang, Kementan selalu bilang surplus. Sesama lembaga pemerintah tidak memiliki kesamaan pandangan tentang problem strategis, yakni pangan. Mereka selalu beragumen dan punya data masing masing.

Departemen Pertanian selalu bangga kalau produksi padi selalu surplus dan membuat presiden Jokowi dapat penghargaan dunia karena pemerintahannya dianggap berhasil mengelola swasembada pangan.

Kebetulan menteri pertanian berasal dari politisi Nasdem, inilah sumbangsih Nasdem buat rakyat dan negara. Sementara Bulog dibikin hidup tidak mati pun tak boleh, membuat kebutuhan dan harga pangan stabil, tapi tidak dibekali dengan instrumen yang cukup.

Bulog disuruh beli gabah dan beras petani sebanyak banyaknya tetapi penyaluran beras yang dikuasai Bulog dihambat sendiri oleh pemerintah. Loh kok bisa? Bagaimana tidak sejak 2017 beras raskin yang disalurkan Bulog di-stop diganti BLT bantuan langsung tunai berupa uang bukan beras lagi.

Bulog beli beras petani tunai, belum sewa gudang beras boleh keluar kalau lagi operasi pasar atau bencana alam. Ibarat orang makan tapi tidak boleh BAB, ini yang bikin Budi Waseso Dirut Bulog hampir nonjok Enggar Lukito waktu itu menteri perdagangan.

Sedangkan hari ini Buwas butuh impor beras dari Vietnam, stok Bulog sedang tiris, tapi kata Mentan jangan dia punya stok melimpah.

"Mana datamu! Teriak Buwas". "OK kasih kami waktu seminggu, kalau data kami keliru silahkan import 600.000 ton beras," kata menteri pertanian.

Kacau ini negara, data pangan paling penting pun baik Bulog BPS Litbang Deptan Memperindag, tidak punya angka yang bisa jadi pegangan.*

Artikel Terkait