Nasional

Kekuatan TNI AU Siap Getarkan Negara Lain

Oleh : rio apricianditho - Minggu, 30/04/2023 19:47 WIB

Jakarta, INDONEWS.ID - Sekitar 20 tahun lalu wilayah nusantara pernah ‘dikangkangi’ Amerika Serikat, kapal induk mereka masuk wilayah Indonesia tanpa ijin. Bahkan 5 jet tempur mereka mengganggu penerbangan sipil di langit NKRI. Insiden tersebut dikenal  dengan tragedi Bawean.  Kala itu Indonesia tengah diembargo AS, imbasnya alutsista kita yang beli dari Amerika tak bisa digunakan secara maksimal.

Untungnya kejadian tersebut tak menimbulkan insiden yang lebih buruk dan peristiwanya menjadi catatan sejarah terutama untuk TNI Angkatan Udara. Begitu mudah sebuah bangsa diekspansi bila wilayah udaranya tidak dijaga dan diawasi, bisa jadi hanya hitungan jam kedaulatan suatu negara jatuh karena mengabaikan kekuatan udara.

Peristiwa semacam itu bukan sekali dua kali terjadi di wilayah NKRI, banyak sudah tragedi seperti di Bawean, meski ekskalasinya tak ‘sepanas’ peristiwa tersebut. tak ingin ‘kecolongan’ lagi, kini Indonesia memperkuat TNI Angkatan Udara selaku penjaga kedaulatan wilayah udara NKRI dengan alutsista modern, dan tak hanya dari satu negara produsen tapi berbagai negara.

Pembangunan kekuatan Angkatan Udara pun dimulai, jet tempur buatan Rusia sebagai elang penjaga angkasa NKRI jadi pilihan TNI AU. Sukhoi Su-30 MK2 sebanyak 11 unit dan Sukhoi Su-27 SKM lima unit, merupakan bagian dari program pembangunan pertahanan RI periode 2010 – 2014. Pesawat tempur Sukhoi SU-27 SKM dan Su-30 MK2 memperkuat jajaran TNI AU khususnya Skuadron 11 Koopsau II.

Su-27 memiliki jarak jangkau yang jauh, persenjataan yang berat, dan kelincahan yang tinggi. Sukhoi Su-27 yang mempunyai manuverabilitas hebat merupakan salah satu pesawat yang paling mengesankan yang pernah dirancang.

Sementara Sukhoi Su-30 MK2 adalah pesawat tempur multi-peran, yang efektif dipakai sebagai pesawat serang darat. Pesawat dengan panjang badan 21, 9 m ini mampu menghancurkan pesawat lawan berawak maupun tak berawak dengan misil kendali jarak menengah. Handal dalam pertempuran jarak dekat dan serangan dari darat dan laut dengan persenjataan berpresisi tinggi dalam operasi individu maupun kelompok di segala kondisi cuaca.

Jet tempur buatan Rusia tersebut dijuluki “patuk cobra”, pesawat ini mampu ber-manuver tegak lurus di udara lalu menukik tajam ke bawah seperti cobra yang berdiri tegak, siaga melihat mangsa dan langsung mematuknya.

Kemampuan jet tempur ini dalam menjaga angkasa NKRI, kian mempesona. TNI AU pun ingin memiliki Sukhoi varian lain yaitu SU 35. 2014 ketika Menteri Pertahanan masih dijabat Ryamizard Ryacudu, mengumumkan bahwa Indonesia dan pihak Sukhoi, Rusia, telah sepakat untuk membeli 16 Sukhoi Su-35, untuk mengantikan pesawat F-5 Tiger yang akan dipensiunkan. Hal ini dikonfirmasi oleh Kementerian Pertahanan Indonesia dengan perjanjian akan datang sebelum tahun 2019.  SU-35 adalah pesawat tempur multiperan, kelas berat, berjelajah panjang, dan bertempat duduk tunggal.

Rencana tinggalah rencana namun mau dikata apa jika ada kekuatan besar menekan kita, hilanglah harapan tersebut. lagi-lagi kita ‘diganggu’ Paman Sam, niat menambah kekuatan udara dengan Sukhoi SU-35 gagal karena ancaman AS yang akan kembali meng-embargo Indonesia untuk suku cadang alutsista buatan Amerika. Padahal SU 35 bukan pilihan utama TNI AU, opsi pertama adalah jet tempur F-22 Raptor buatan Lockheed Martin Amerika Serikat. 

Apa alasannya F-22 tidak masuk jajaran alutsista TNI AU, karena negara pembuatnya sudah membatasi pemakai pesawat F-22 yang didesain untuk mengemban peran utama sebagai pesawat tempur superioritas udara, tetapi juga memiliki kemampuan untuk melakukan pertempuran darat, peperangan elektronik, dan sinyal intelijen.

Larangan itu ialah, negara yang bukan anggota NATO atau tidak masuk dalam blok kerja sama pertahanan dengan AS dilarang membeli F-22. Negara-negara di luar NATO atau blok pertahanan bisa memanfaatkan F-22 setelah 20 tahun jet tempur itu dirilis. 

Impian Sukhoi SU-35, Kementerian Pertahanan pun berdiskusi ulang dengan TNI AU selaku pengguna pesawat tempur. Ada beberapa pilihan jet tempur, keputusan pun jatuh pada Rafale pesawat tempur buatan Perancis. Gak tanggung-tanggung 42 pesawat dipesan Indonesia yang kehadirannya 2-3 tahun kedepan.

Rafale pesawat tempur serbaguna generasi ke-4.5, bermesin dua, dan bersayap delta asal Prancis yang dibuat oleh Dassault Aviation. Dirancang sebagai pesawat serbaguna yang dapat menjalankan berbagai misi atau omnirole, Rafale dapat melakukan serangan udara-ke-darat, serta serangan udara-ke-udara dan pencegatan pesawat musuh dalam satu misi.

Membangun kekuatan udara, tak hanya membeli alutsista dari negara lain tapi juga membangun alutsista sendiri. Gayung bersambut, Korea Selatan mencari pihak lain untuk mengembangkan jet tempur generasi 4,5 yaitu KF-X Boromae. Indonesia pun melakukan kerja sama pengembangan pesawat tempur tersebut.

Prototipe jet tempur KF-X Boramae yang dikembangkan atas kolaborasi Indonesia dan Korea Selatan telah lulus uji coba terbang. Meski demikian ada isu miring mengenai keberlanjutan kerja sama itu, ganjalan itu datang dari AS kembali, mereka tak memberkan izin penggunaaan perangkat KF-X dirakit di Indonesia. 

Namun itu isu ditipis dengan pernyataan Menteri Sri Mulyani Indrawati yang telah memastikan bahwa pembayaran cost share untuk proyek jet tempur siluman yang dikembangkan oleh Korea Selatan dan Indonesia, KF 21 Boromae atau yang dikenal sebagai KFX-IFX dianggarkan pada APBN 2022 dan 2023. 

Pembelian Rafale dan kerja sama pengembangan jet tempur generasi 4,5, mengaget negara di kawasan Asia terutama Asia tenggara, Indonesia menjadi negara pertama di Asean yang akan menggunakan Rafale. Meski pabrik perakitan pesawat ini ada di Malaysia, dan Indonesia menjadi negara berkembang pertama di dunia yang bakal memiliki jet tempur buatan Perancis.

Negara terus berupaya menjadikan TNI AU sebagai kekuatan udara yang disegani, tak hanya pesawat tempur, pesawat angkut militer dan helikopter pendukung operasi militer dan non militer juga diperbaharui.

Seperti belum lama ini, TNI Angkatan Udara kedatangan ‘bintang’ baru Super Hercules, pesawat C-130J super hercules A-1399 . TNI AU akan memiliki 5 pesawat Super Hercules yang dtng secara bertahap, pesawat pertama mendarat di lanud Halim Perdanakusuma Maret lalu. Selanjutnya Juni 2023, Juli 2023, Oktober 2023 serta Januari 2024.

Pesawat ini memiliki kelebihan terbang lebih jauh dan kecepatan yang lebih bagus dari pesawat Hercules sebelumnya, memiliki kapasitas 20 ton dan didesain di landasan yang unprepare nantinya Super Hercules akan ditempatkan di Skadron 31 lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Tidak lama lagi cita-Cita TNI AU menjadi kekuatan udara yang disegani di kawasan terwujud, dengan penambahan alat utama sistem persenjataan yang modern. 42 Rafale dan 50 KF-X siap menderu di angkasa menjaga kedaulatan wilayah NKRI. Super Herules bakal mendukung tugas yang diemban TNI AU baik operasi perang maupun non perang. 

Indonesia ada di kawasan cincin api, bencana alam kerap terjadi di wilayah kita, pesawat angkut TNI AU siap kapanpun dan dimanapun ikut menanggulangi akibat bencana alam. Saat Turki digoncang gempa, TNI AU meminjamkan Hercules ke negara tersebut guna mengangkut bantuan bagi korban bencana di sana.

Hercules TNI AU pula yang membawa pulang warga Indonesia saat Sudan dilanda perang saudara. Pesawat dan prajurit TNI AU mengevakuasi warga Indonesia di Sudan, dan membawa pulang mereka dengan selamat  kembali ke Indonesia. Kita tak mau lagi dilecehkan negara lain, karena itu TNI AU diperkuat, TNI AU dimoderanisasi, dan TNI AU diandalkan jaga kedaulatan wilayah negara Kesatuan Republik Indonesia.

Artikel Terkait