Nasional

25 Tahun Reformasi, Perselingkuhan Konglomerat dan Politisi Masih Bertahan

Oleh : very - Minggu, 21/05/2023 20:34 WIB

Demo mahasiswa se-Jabar dan Banten di gedung DPR/MPR RI, Minggu (21/5). (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Aliansi Mahasiswa Jawa Barat – Banten hari ini, Minggu (21/5)  melakukan unjuk rasa di Gedung DPR/MPR RI Senayan Jakarta, Ahad (21/05/2023).

Selain untuk memperingati 25 Tahun Reformasi, aksi tersebut juga dilakukan sebagai bentuk kekecewaan mahasiswa terhadap reformasi yang gagal membawa perubahan bagi rakyat Indonesia.

"Kami, mahasiswa Jawa Barat -Banten  menilai bahwa cita-cita reformasi untuk memberantas korupsi dan pengkonsolidasian demokrasi yang substansial, tidak diwujudkan dengan sungguh-sungguh. Hal ini terbukti dari kohabitasi antara konglomerasi dan politisi di era Orde Baru yang masih bertahan dalam kekuasaan hingga hari ini, pemilu yang sarat politik klientelisme, kegagalan partai politik menjalankan fungsinya di tengah masyarakat hingga upaya-upaya pelemahan terhadap civil society," ujar Bisma Ridho Pambudi, dalam orasinya.

Bisma menegaskan bahwa permasalahan-permasalahan tersebut mengakibatkan banyak pejabat, baik di pusat hingga daerah, yang terlibat dalam kasus korupsi. Kasus korupsi tersebut baik berupa korupsi kebijakan hingga perilaku yang paling banal yaitu dengan mencuri uang rakyat.

"Produk-produk kebijakan seperti UU KPK, UU Minerba, UU Ibukota Negara, UU Cipta Kerja, UU KUHP, wacana penundaaan Pemilu dan masih banyak lainnya yang mendapatkan penolakan keras dari banyak masyarakat, tetapi tetap disahkan," kata mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut seperti dikutip FNN.CO.ID.

Bisma mengatakan, bagian terpenting dari kegagalan reformasi yaitu telah gagal melahirkan civil society yang mapan. "Berbagai upaya dilakukan oleh penguasa untuk melemahkan civil society, baik yang dilakukan secara langsung dengan kriminalisasi terhadap kaum kritis, hingga yang dilakukan secara tidak langsung dengan menghadirkan influencer yang menyesatkan publik, membelah masyarakat dengan membentuk buzzer dan mengkoptasi kampus sehingga dengan mudah mendapatkan legitimasi dari kaum intelektual," ujarnya.

 

Hadirkan Satire

Dalam demonstrasi itu, mahasiswa juga menghadirkan satire terkait kehidupan berbangsa dan bernegara. Ada juga beberapa tulisan yang diplesetkan dengan maksud mengeritik kehidupan pemerintahan.

Mahasiswa Institut Transportasi dan Logistik Trisakti, Alung mengatakan, aksi yang berlangsung di depan Gedung DPR/MPR RI, Jakarta itu merupakan aksi simbolik sebagai bentuk satire terhadap pemerintahan saat ini.

"Ini sebenarnya bentuk satire kita, sebagai mahasiswa melihat kondisi politik hari ini," ujar Alung seperti dikutip RMOL, Minggu (21/5).

Misalnya, mahasiswa memplesetkan kata Musra dengan Musuh Rakyat.

Menurut Alung, tulisan tersebut sebagai satire karena Presiden Jokowi kerap kali hadir di acara Musyawarah Rakyat (Musra).

"Kan Jokowi ini sering sekali menggaungkan Musra Musyawarah Rakyat, nyatanya rakyat mana yang dimusyawarahkan kan. Makanya kita hadirkan bentuk satire itu Musra yang kami nilai itu musuh rakyat, bukan musyawarah rakyat," kata Alung.

Mahasiswa se-Jawa Barat -Banten itu berasal dari berbagai kampus dari Jawa Barat dan Banten yang meliputi ITB, Politeknik Negeri Bandung, FISIP Universitas Pasundan Bandung Universitas Nurtanio Bandung, STHB Bandung, Poltekessos Bandung, Universitas Siliwangi, UGJ Cirebon, UI Depok, dan  Yuppentek Tangerang.

Mereka terus berkonsolidasi dan bergerak bersama agar cita-cita reformasi benar-benar dapat diwujudkan.

"Kami mahasiswa Jawa Barat – Banten bersumpah demi Tuhan, Bangsa dan Almamater, akan melawan segala bentuk upaya penguasa yang tidak sejalan dengan konstitusi, cita-cita reformasi, dan nilai-nilai demokrasi. Jika protes kami tidak didengar, maka kami akan terus berkonsolidasi dan bergerak dalam jumlah dan skala wilayah yang lebih besar," ujar Bisma disambut pekik “Hidup Mahasiswa, Hidup Mahasiswa”. ***

Artikel Terkait