Oleh Zaenal Abidin
Jakarta, INDONEWS.ID - Yang jadi masalah setelah Gus Dur pupus, tak ada satupun yang mampu menggiring kekuatan suara jamaah nahdliyin ke satu titik optimal.
Terakhir digunakan almarhum Gus Dur di 2004 , meskipun adiknya sholahuddin Wahid di jadikan wapres nya Wiranto dari Golkar, dan Hasyim Muzadi diambil PDI-P untuk disandingkan dengan ibu Megawati, Gus Dur menyuruh umatnya mendukung SBY, hasilnya kita lihat sendiri.
Jokowi pun 2014 dan 2019 butuh dukungan dan rangkulan dari warga nahdliyin, tidak terkecuali di 2024. Satu tahun lebih nasib AHY digantung Surya Paloh gara-gara om brewok butuh belaian tangan NU.
Nasib Sandiaga Uno digantung Megawati juga gara-gara darah nahdliyin Uno kurang kental. Sama seperti Prabowo melihat Erick Tohir, meskipun sudah merangkak demi baret Banser, ETO masih belum meyakinkan iman Prabowo.
Yeni Wahid murid biologis Gus Dur, dan Cak Imin sang keponakan murid ideologis, dan Gus Ya ketua umum PBNU sekaligus murid kesayangan almarhum Abdurrahman Wahid, siapa yang berhak mengklaim NU 24 karat dan paling banyak menggiring massa?
Di luar 3 kekuatan tadi, Cak Imin, Gus Yahya dan Yeni, ada kelompok sempalan NU yang tidak kalah wibawa dan pengaruhnya yakni Gus Mus dan Cak Nun.
Kalau ke tiga tokoh bisa dengan mudah kebaca langkah langkah nya, Cak nun dan Gus Mus tidak begitu ketara dan tak mengobral dukungan sana sini. Bagi Gus Mus dan cak nun terserah umat mau dukung dan milih tokoh idola yang mana asalkan dituntun akal budi bukan emosional sesaat.
Karena pada dasarnya tidak ada tokoh yang jelek untuk di jual dan menjadi khalifah, dari beberapa kontestan cari yang baik dari yang terbaik agar nantinya tidak menjadi penyesalan seumur hidupmu.*