Nasional

BSSN Usulkan dr Roebiono Kertopati sebagai Pahlawan Nasional

Oleh : luska - Minggu, 24/12/2023 07:40 WIB

Jakarta, INDONEWS.ID - “Saya mewakili keluarga sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah berupaya mengusulkan almarhum ayah sebagai pahlawan nasional,” ujar Raskas Priadhie Kertopati, putra bungsu almarhum, Mayjen TNI dr. Roebiono Kertopati, mewakili keluarga dalam acara “Bedah Juang Mayjen TNI dr. Roebiono Kertopati Dalam Rangka Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional” yang diselenggarakan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) di Perpustakaan Nasional, Kamis (21/12/2023).

“Namun mohon maaf apabila informasi yang dapat kami sampaikan mengenai beliau sangat minim, mengingat beliau sangat tertutup jika bicara soal pekerjaan,” tambah Raskas sambil menahan keharuan. 

Ternyata bukan hanya Raskas yang menyampaikan mengenai sulitnya mendapatkan informasi tentang sosok dr. Roebiono, hal senada juga disampaikan oleh Kepala BSSN Letjen (Purn) Hinsa Siburian saat memberikan sambutannya. 

“Di TNI AD banyak ditulis mengenai sejarah anggota TNI dalam perjuangan di tanah air, tapi tidak ada sejarah yang menuliskan tentang dr. Roebiono. Saya pun mengetahui peran dr. Roebiono setelah menjadi Ketua BSSN,” aku Himsa. 

Apa yang disampaikan keduanya tidaklah keliru. Bagi orang di luar dunia persandian nasional, nama dr. Roebiono Kertopati adalah nama yang tidak begitu dikenal. Sangat sedikit referensi yang menyebutkan mengenai aktivitasnya di bidang persandian. Padahal jejak sejarah memperlihatkan bahwa dr. Roebiono adalah seorang pendiri dunia persandian Indonesia pada 4 April 1946. Bukan hanya mendirikan, ia juga mengembangkan persandian dari hanya Bagian Kode pada Kementerian Pertahanan hingga menjadi Lembaga Sandi Negara (LSN) pada tahun 1972. Ia pun memimpin LSN hingga akhir hayatnya pada 23 Juli 1984.

Mengenai perannya ini, sejarawan BRIN Prof. Asli Marwan Adam, yang menjadi salah seorang nara sumber dalam kegiatan ini, menyampaikan bahwa dr. Roebiono sudah sangat layak menjadi seorang pahlawan nasional karena telah memenuhi tiga persayaratan utama yaitu berjasa besar bagi negara (mendirikan dan mengembangkan persandian Indonesia), bekerja melebihi panggilan tugas (bekerja sepenuh hati membangun dan mengembangkan persandian di tengah tugasnya sebagai dokter kepresidenan), dan bekerja sepanjang hayat. 

Namun demikian, untuk memperkuat usulan dr. Roebiono sebagai pahlawan nasional maka kiranya perlu dilengkapi dengan data-data pendukung dan referensi yang lebih lengkap. Kesulitannya adalah sebagai orang persandian, dr. Roebiono memiliki sifat tertutup dan selalu menjaga kerahasiaan pekerjaannya, selain tugasnya sebagai dokter kepresidenan.

Seperti disebutkan oleh Prof. Asvi, referensi yang banyak ditemui adalah pekerjaan dr. Roebiono sebagai seorang dokter kepresidenan. Misalnya saja, namanya banyak disebut terkait dengan otopsi jenazah para Pahlawan Revolusi. Namanya juga disebut saat Presiden pertama RI Sukarno wafat pada 1970, karena saat itu ia menjadi Wakil Ketua Tim yang menangani otopsi jenazah Sukarno. Adapun bertindak sebagai ketua tim adalah Prof. Mahar Mardjono. 

Adapun pembicara lain, mantan Duta Besar RI untuk Vatikan Budiarman Bahar yang juga alumni Akademi Sandi Negara Angkatan II mengemukakan pengalamannya berinteraksi dengan dr. Roebiono saat menjadi mahasiswa persandian. 
Hal utama yang dirasakannya adalah sikap dr. Roebiono yang sangat  teliti dan ketat menjaga kerahasiaan negara. Saat dilantik sebagai mahasiswa sandi negara, seluruh orang tua para mahasiswa diundang dan dibriefing untuk bisa menjaga kerahasiaan. 

“Yang sangat sulit bagi saya pada saat itu adalah ketika harus menceritakan status saya sebagai mahasiswa. Sebagai anak muda yang baru lulus SMA, tentu bangga bila bisa menyebut status sebagai mahasiwa. Tapi saya tidak bisa melakukannya pada saat itu,” ujar Budiarman.
“Karena persandian pada saat itu sangat tertutup,” jelas Budiarman

Selanjutnya Marten Luther Djari yang saat ini sedang menulis buku biografi dr. Roebiono “Berani Tidak Dikenal,” guna melengkapi pengusulan dr. Roebiono sebagai pahlawan nasional menggaris bawahi beberapa nilai yang menjadi kristalisasi perjuangan dr. Roebiono dalam mendirikan persandian dan mengelolanya hingga akhir hayat. Sebuah legacy yang sangat luar biasa bagi BSSN dan dunia persandian Indonesia.

Beberapa kristalisasi nilai yang bisa didapat dari dr. Roebiono adalah, pertama, kuatnya semangat persatuan seperti tampak dari sikapnya untuk senantiasa menjaga kerahasiaan karena menurutnya kekhilafan satu orang saja cukup sudah menyebabkan keruntuhan negara; kedua, menjunjung tinggi pendidikan seperti sikapnya untuk selalu belajar dan mendorong stafnya untuk selalu belajar dan ketiga, pentingnya menciptakan kemandirian seperti tampak dari upayanya menciptakan sistem dan mesin sandi sendiri.
Sementara itu, Direktur Pengkajian Materi Pembinaan Ideologi Pancasila, Aris Heru Utomo, yang hadir sebagai peserta menyampaikan usulan mengenai pentingnya memasukkan narasi perjuangan dr. Roebiono dari sudut pandang ideologi dan sosial poliitk dalam membangun, mengembangkan dan memimpin persandian hingga akhir hayatnya selama 38 tahun. 

“Keberhasilan dr. Roebiono di dunia persandian selama tiga jaman yaitu sejak dari masa pasca kemerdekaan (mempertahankan kemerdekaan), Orde Lama hingga Orde Baru patut diketahui publik,” ujar Aris.

“Ketika para pejabat di pemerintahan selalu berganti setiap kali terjadi pergantian di pucuk pemerintahan, dr. Roebiono selalu dipercaya memimpin persandian. Bagaimana ideologi dan sikap politik dr. Roebiono sesungguhnya. Apakah sikap berani tidak dikenal yang dianutnya membuat ia dan persandian yang dipimpinnya menjadi benar-benar netral dan karenanya aman setiap kali terjadi pergantian pemerintahan?,” tanya Aris

Menanggapi usulan dan pertanyaan dari BPIP, penulis buku Marten Luther Djari berjanji akan memasukkan dalam buku guna memperkuat sosokl dr. Roebiono sebagai pahlawan nasional dan untuk itu perlu riset lebih lanjut untuk melengkapinya.

Artikel Terkait