Nasional

Prof Tjandra: Salah Kaprah Penyakit "Flu Singapura"

Oleh : very - Minggu, 31/03/2024 23:37 WIB

Prof Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI. (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Berapa hari ini media menyampaikan peningkatan kasus "Flu Singapura". Apa sebenarnya penyakti itu?

Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI, Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, penyakit ini sebenarnya bernama Hand Foot Mouth Disease (HFMD) atau Penyakit Tangan Kaki Mulut (PTKM).

“Namun penyakit ini sering kali secara ‘salah kaprah’ disebut sebagai Flu Singapura, merupakan penyakit yang sebenarnya cukup sering ditemui pada anak dan bayi,” ujarnya dalam siaran pers di Jakarta, Minggu (31/3).

Dia mengatakan, beberapa tahun yang lalu ada anak-anak yang datang dari Singapura dan mempunyai keluhan ini. Maka secara salah kaprah disebut sebagai "Flu Singapura".

Penyakit ini, kata Prof Tjandra, memiliki masa inkubasi 3-7 hari. Penyakit ini ditandai dengan demam; munculnya rash (ruam pada kulit) dan blister (benjolan kecil) di telapak kaki, tangan dan mukosa mulut; penderita cenderung tidak nafsu makan; malaise dan nyeri pada tenggorokan.

“Biasanya, setelah satu atau dua hari setelah demam, timbul keluhan nyeri di mulut dimulai dari blister sampai kemudian dapat menjadi mucus. Lesi dapat terjadi pada lidah, gusi atau bagian dalam mulut lainnya,” jelasnya.

Penyakit ini, kata Prof Tjandra, bukan penyakit berat. Karena itu, dia akan sembuh dalam 7-10 hari, pengobatan hanya bersifat suportif. Penyebab HFMD adalah enterovirus secara umum, termasuk coxsackievirus A16, EV 71 dan echovirus.

Memang pada kejadian amat sangat jarang, HFMD akibat EV 71 juga dapat menyebabkan meningitis dan bahkan encephalitis. Infeksi EV 71 bermula dari saluran cerna yang kemudian menimbulkan gangguan neurologik.

Selain itu, HFMD akibat coxsackievirus A16 juga dapat menyebabkan meningitis.

Memang HFMD cukup menular. HFMD dapat ditularkan melalui kontak langsung, cairan hidung dan tenggorokan, saliva, cairan dari blister atau tinja pasien. Masa penularan paling tinggi pada minggu pertama terinveksi.

“Tidak ada pencegahan khusus untuk HFMD, tetapi risiko tertular dapat diturunkan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), seperti cuci tangan pakai sabun (CTPS). Kalau keluhan cukup berarti memang baik berkonsultasi ke petugas kesehatan terdekat,” pungkasnya. ***

Artikel Terkait