oleh: Sr. Herdiana Randut, SSpS*)
Jakarta, INDONEWS.ID - Menarik untuk menyimak beberapa komentar di media sosial akhir-akhir ini. Beberapa penulis kutip: “jika Indonesia tidak memiliki menteri keuangan seorang perempuan, apa ya jadinya?”, “apa bisa laki-laki menjadi menteri keuangan sehebat Sri Mulyani?” dan masih banyak lain lagi.
Ada semacam kerinduan dan harapan besar akan keterlibatan peran perempuan. Demikian penulis membathin, sendiri. Suka atau tidak suka, memang, tidak ada yang salah dengan komentar-komentar ini. Selain karena semua orang punya hak berkomentar, juga karena komentar itu bukan merupakan verbal bullying, hate speech, dan lain-lain.
Sekali lagi, suka atau tidak suka, komentar-komentar tersebut merupakan keprihatinan mereka terhadap apa yang mereka baca, dengar, nonton, dan amati. Keprihatinan ini lahir dari suatu kondisi atau situasi yang sedang terjadi. Biasanya isu atau wacana yang sedang viral, sedang tidak baik-baik saja, tidak beres, tidak adil, tidak selaras, dan sederet alasan lainnya.
Tentu mudah ditebak apa yang sedang tidak baik-baik yang dimaksud yakni perekonomian kita. Muncul banyak pertanyaan yang hampir sama dengan komentar-komentar netizen, bagaimana peran perempuan dalam bidang ekonomi? Sudahkah peran-peran mereka diperhitungkan dalam membangun perekonomian bangsa ini?
Berkaca pada Kenyataan
Menurut penulis, pertanyaan yang adalah harapan itu tidak datang begitu saja. Para netizen pasti berangkat dari kenyataan. Umumnya masyarakat kita masih memiliki pemahaman yang ‘jadul’ (jaman dulu) tentang peran perempuan.
Dikatakan jadul karena sifat pemahamannya yang masih kuno. Misalnya, bagi masyarakat yang hidup di desa-desa dan memegang kuat adat istiadat dari zaman nenek moyang--mereka berpandangan bahwa perempuan hanya menjadi ibu rumah tangga.
Bagi sebagian dari mereka beranggapan bahwa perempuan lebih cocok untuk terlibat dalam pekerjaan domestik atau menjadi ibu rumah tangga, dan hal itu masih perlu waktu panjang untuk dijelaskan.
Bernarkah demikian kenyataan sekarang? Tidak diragukan lagi bahwa peran perempuan dalam perekonomian Indonesia sangat besar. Bayangkan saja sekitar 54 % pelaku UMKM didominasi oleh perempuan. Bahkan, pada bidang investasi, peran perempuan mencapai angka 60% (www.ocbc.id).
Secara umum, data-data ini menunjukkan bahwa perempuan juga memiliki kapasitas yang sama sebagaimana laki-laki, baik dari segi kecerdasan hingga kemandirian. Bahkan kemampuan mengelola keuangan rumah tangga juga membantu mereka untuk lebih produktif berinvestasi dan mengembangkan usaha-usaha kecil yang membantu mereka mencari uang.
Perempuan adalah ‘dapur’ yang mengelola dan mengurus keuangan dalam rumah tangga. Mereka memegang kunci utama untuk kehidupan dalam keluarga. Banyak perempuan hebat bahkan dari mengurus keuangan keluarga sampai mengurus keuangan suatu lembaga, LSM, perusahaan-perusahaan, hingga keuangan negara, seperti Sri Mulyani dan menteri-menteri perempuan lainnya.
Mereka adalah contoh konkret kehadiran perempuan yang bisa mengatur ekonomi bangsa ini. Namun, jika melihat data-data di atas , masih sangat sedikit presentase perempuan dalam bidang ekonomi.
Menurut jurnal Peran Perempuan Dalam Meningkatkan Perekonomian Rumah Tangga (Fatia Soeleman, Sjamsudin A.K.Antuli, Nur Sandimula, 2022), terdapat beberapa peran perempuan dalam ekonomi Indonesia yang tidak dapat diremehkan. Peran-peran tersebut antara lain peran tradisonal, peran transisi, peran kontemporer.
Peran-peran yang dijabarkan ini mau mengungkapkan bahwa perempuan adalah unsur vital dalam suatu rumah tangga, namun seiring perkembangan zaman banyak sekali kita jumpai perempuan-perempuan yang berkarir dalam lini kehidupan, termasuk di bidang tenaga kerja, pertanian, industri dan bidang-bidang yang lain.
Apalagi kehadiran Usaha-usaha Kecil Menengah (UMKM) yang banyak dijumpai di segala sudut kota, kabupaten, dan lain-lain. Perlu diapresiasi bahwa perempuan khususnya kaum ibu dan perempuan-perempuan dewasa lainnya, mampu membaca peluang dan berani membuka usaha. Kemampuan membaca peluang dan berani berusaha adalah menurut hemat saya sebuah modal besar untuk mengembangkan suatu usaha.
Perempuan dan UMKM
Kecerdasan dan kemampuan perempuan dalam membaca peluang itu dapat kita saksikan di berbagai sektor kewirausahaan yang telah menjadi salah satu sektor ekonomi yang sangat vital sekarang. Gelora dan semangat mereka tampak di mana-mana. Di jalan-jalan, pertokoan, sudut-sudut kota dapat dilihat banyak usaha-usaha kecil yang ramai.
Tak bisa dipungkiri bahwa hingga sekarang, laki-laki masih banyak dan mendominasi dalam dunia kerja. Oleh sebab itu, banyak perempuan yang mulai membuka mata dan melihat peluang besar di bidang ini. Para perempuan pun banyak yang membuka usaha hingga menjadi pekerja seperti penjaga toko. Bahkan 54 % dari pelaku UMKM dan 975 pegawai didominasi oleh perempuan (www.kominfo.go.id)
Kehadiran UMKM-UMKM tentu saja menjadi berkat bagi aktualisasi peran perempuan di masa mendatang. Meski begitu, keputusan perempuan untuk mendorong kemandirian ekonomi dengan membuka usaha tidaklah mudah. Banyak sekali tantangan yang harus dihadapi. Keputusan-keputusan tersebut sejatinya harus didukung oleh adanya minat, motivasi, proses pemberdayaan diri, hingga lingkungan yang suportif. Ditambah lagi revolusi digital yang berkembang pesat.
Di samping itu, perkembangan tekhnologi digital memiliki banyak manfaat yang sebenarnya dapat dilakukan oleh para pedagang atau pebisnis, termasuk perempuan. Dunia kerja teknologi digital sangat dibutuhkan karena dapat membantu pekerja menjual dan menginformasikan apa yang dijual. Namun, hal ini hanya bisa digunakan oleh perempuan-perempuan yang melek tekhnologi dan memahami betul strategi bisnis, peluang-peluang, dan tantangan-tantangannya terutama dalam era revolusi digital ini.
Peluang dan tantangan tersebut dihadapi oleh banyak perempuan. Apalagi perempuan-perempuan yang tinggal di luar kota, tidak mengetahui penggunaan media sosial, signal atau jaringan yang sulit dan lain sebagainya. Akan sangat kecil peluang bagi mereka untuk mengembangkan usaha atau bisnis mereka.
Hanya memang dibutuhkan sekarang sebuah keseriusan dari banyak pihak. Political will pemerintah melalui dinas-dinas terkait haruslah berpihak kepada perempuan. Peran perempuan demi kemajuan ekonomi suatu bangsa sangat besar. Dimulai dari keluarga-keluarga sampai hal-hal besar. Keluarga yang ekonominya baik akan menghasilkan gizi yang baik, dapat menyekolahkan anak hingga pendidikan tinggi, dapat memberi sumbangan besar untuk sumber daya manusia bangsa ini, pajak demi kemajuan bangsa (perusahaan, lembaga, dll).
Dengan keberpihakan kecil ini, pemerintah dapat menggerakan roda perekonomian melalui maksimalisasi peran perempuan di dalamnya. Dari dulu sampai sekarang, perempuan tidak pernah berdiam diri dan acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar.
Yang tersisa bagi kita semua ialah membuat aturan dan sistem yang adil, sama rata, tidak pusing kepala sehingga semua orang termasuk yang usaha kecil bisa terlibat dan membawa keuntungan semua pihak. Dalam kondisi seperti itu, gelora perempuan pasti membara dalam menggerakan perekonomian bangsa.*
*) Sr. Herdiana Randut, SSpS
Member of Woke Asia Feminist, Puandemik Indonesia, dan Komsos SSpS Flores Barat