Nasional

Kunjugan Paus Fransiskus, Rm. Martinus Dam Febrianto, SJ: Prioritaskan Kaum Marginal dan Terpinggirkan

Oleh : very - Rabu, 04/09/2024 12:07 WIB


Paus mendapat Hand Bouquet dari dua anak, yaitu Mary Lourdes Wicaksono Atmojo (6 tahun) yang berasal dari Menteng Jakarta Pusat dan Irfan Wael (12 tahun) dari Kabupaten Buru, Provinsi Maluku. (Foto: YouTube)

 

Jakarta, INDONEWS.ID – Paus Fransiskus menginjakkan kakinya di Indonesia pada Selasa (3/9/2024).

Di Bandara Soekarno-Hatta, Paus disambut oleh Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas, Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo, Ketua Panitia Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia Ignasius Jonan, dan sejumlah tokoh maupun pejabat Eselon I Kementerian Agama.

Di bandara, Paus juga mendapat Hand Bouquet dari dua anak, yaitu Mary Lourdes Wicaksono Atmojo (6 tahun) yang berasal dari Menteng Jakarta Pusat dan Irfan Wael (12 tahun) dari Kabupaten Buru, Provinsi Maluku.

Paus ke-266 itu juga disambut anak yatim, orang sakit, dan pengungsi di kompleks Kedutaan Besar Vatikan (Nunciatura) di Jakarta Pusat.

Dalam acara tersebut, Bapa Suci menyapa kurang lebih 40 orang dari kelompok marginal.

Kegiatan tersebut berlangsung singkat namun hangat. Dengan menempatkan pertemuan tersebut segera setelah kedatangannya, Paus Fransiskus sekali lagi menunjukkan kepedulian mendalam terhadap golongan yang kerap tak terdengar dan kurang diperhatikan.

“Di hari pertama, bahkan agenda pertama Sri Paus di Indonesia adalah menyapa orang-orang yang berada di pinggiran eksistensial. Paus selalu menaruh perhatian khusus kepada orang miskin, telantar, pengungsi, dan korban human trafficking,” ujar Rm. Martinus Dam Febrianto SJ, Indonesia Country Director, Jesuit Refugee Service (JRS).

Perhatian Paus Fransiskus terhadap kelompok marginal telah ia tuangkan dalam Evangelii Gaudium tahun 2013, tak lama setelah beliau terpilih menjadi pemimpin umat Katolik sedunia.

“Sangat perlu memberi perhatian dan mendekatkan diri kepada bentuk-bentuk baru kemiskinan dan kerentanan, di mana Kristus yang menderita ada di dalamnya dan kita dipanggil untuk mengenali-Nya, bahkan jika upaya untuk mengenali-Nya tampaknya tidak memberi kita manfaat nyata dan langsung,” demikian bunyi dokumen tersebut.

Di bagian lain, dokumen itu menuliskan, “Saya berpikir tentang para tunawisma, para pecandu napza, para pengungsi, penduduk asli, dan banyak orang lainnya. Para migran memberikan tantangan khusus bagi saya, karena saya adalah imam dari sebuah Gereja tanpa perbatasan, Gereja yang menganggap dirinya ibu bagi semua”.

Karena itu, Paus Fransiskus menyerukan kepada setiap negara agar memiliki keterbukaan yang murah hati. “Oleh sebab itu, saya menyerukan kepada setiap negara untuk memiliki keterbukaan yang murah hati yang akan mampu menciptakan bentuk-bentuk sintesis budaya baru tanpa perlu takut kehilangan identitas lokal,” demikian bunyi dokumen tersebut.

Perkumpulan Alumni Kolese Jesuit (PAKJ) merupakan organisasi yang mewadahi alumni-alumni institusi pendidikan Serikat Jesus (SJ) di Indonesia.

PAKJ memiliki misi membangun persaudaraan lintas batas melalui semangat kolaboratif dengan semua kalangan.

PAKJ terdiri dari alumni Kolese Kanisius (Jakarta), Kolese Gonzaga (Jakarta), Kolese de Britto (Yogyakarta), SMK Pendidikan Industri Kayu Atas (PIKA - Semarang), Kolese Loyola (Semarang), Kolese Mikael/Politeknik ATMI (Solo & Cikarang), Le Cocq d`Armandville (Nabire), Seminari Mertoyudan (Magelang), dan Universitas Sanata Dharma (Yogyakarta). ***

Artikel Lainnya