Gaya Hidup

Global Health Diplomacy, Menjaga Kesehatan Global dan Indonesia

Oleh : very - Jum'at, 04/10/2024 16:38 WIB


Acara yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan dan Universitas Indonesia yang mengambil tema "Be an eloquent catalyst for global health resilience". (Foto: Ist)

 

Jakarta, INDONEWS.ID - Prof Tjandra Yoga Aditama, tokoh yang cukup lama berkecimpung dalam diplomasi kesehatan global, baik sebagai perwakilan Indonesia maupun sebagai bagian dari WHO, pada tanggal 3 dan 4 Oktober 2024 memfasilitasi kegiatan simulasi atau "role play" dalam acara “Training on Global Health Leadership & Diplomacy”, yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan dan Universitas Indonesia.

Acara ini mengambil tema "Be an eloquent catalyst for global health resilience". Tema ini cukup kuat karena meliputi  "eloquent" yaitu kemampuan dan kemahiran dan "global health resilience" atau ketahanan kesehatan global.

Peserta training adalah staf Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

Pelatihan ini, katanya, mempertegas perlu dan pentingnya menjaga kesehatan global, baik untuk dunia maupun juga untuk kesehatan bangsa kita.

“Dalam arena kesehatan global diperlukan setidaknya tiga hal yaitu kemampuan tehnis kesehatan masyarakat, kepemimpinan (leadership) dan juga kemampuan diplomasi internasional,” ujarnya di Jakarta, Jumat (4/10).

Acara diawali dengan masukan dari para diplomat senior Kementerian Luar Negeri yang membahas berbagai aspek diplomasi secara amat rinci, baik secara teoritis maupun juga pengalaman praktis lapangan selama ini.

Bahkan, disampaikan juga hal-hal yang perlu diketahui dalam table manner dll.

Sesudah masukan dari para pembicara maka Prof Tjandra dan Raditya, diplomat yang baru kembali dari penugasan di Perwakilan Tetap Republik Indonesia di Jenewa yang a.l. menangani kegiatan di kantor pusat World Health Organization - WHO), yang memfasilitasi kegiatan simulasi sidang di WHO, membahas satu topik. Topik yang dipilih adalah tentang Pandemic convention/agreement, yang membahas beberapa artikel terkait.

Peserta dibagi seakan-akan menjadi delegasi dari 9 "negara", dan ada pula peserta yang ditetapkan seakan-akan mewakili WHO.

Simulasi, kata Prof Tjandra, dibagi dalam 4 blok. Pertama, kegiatan pembahasan di masing-masing negara untuk mempersiapkan bahan. Blok ke dua, simulasi acara pembukaan yaitu dinamika dan pemilihan Chair of the meeting serta setiap "negara" menyampaikan opening statement.

Lalu simulasi sampai ke blok ketiga yaitu membahas artikel per artikel dan bahkan paragraf per paragraf. Bahkan dalam simulasi ini juga terjadi semacam "beda pendapat" antar negara dalam negosiasi yang lumayan ketat. Akhirnya sebagian artikel dan paragraf disepakati dan sebagian masih belum disepakati.

Blok keempat adalah semacam acara penutupan pertemuan, yaitu bagaimana konklusi akhir yang bisa dicapai dan bagaimana rencana langkah selanjutnya. Selain empat blok itu maka juga ada kegiatan simulasi press briefing.

Peserta nampak antusias mengikuti kegiatan simulasi ini, dan statement yang disampaikan juga cukup berbobot dan tertata baik.

“Semoga pelatihan ini akan memberi sumbangsih pada kepeloporan Indonesia dalam diplomasi kesehatan  global, guna kesehatan dan kesejahteraan umat manusia,” ujarnya. ***

Artikel Lainnya