
Bogor, INDONEWS.ID - Wacana mengenai legalisasi kasino di Indonesia kembali mencuat.
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB University, Dr Khalifah Muhammad Ali, menyampaikan kekhawatirannya terhadap wacana legalisasi kasino tersebut.
“Kebijakan legalisasi kasino bukan hanya berisiko secara ekonomi, tetapi juga sosial dan budaya. Dalam jangka panjang, industri perjudian dapat menciptakan ketergantungan pada sektor tidak produktif, meningkatkan angka kecanduan, serta kriminalitas,” ujar Dr Khalifah.
Menurutnya, keberadaan kasino berisiko menggeser peran strategis pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian nasional.
Hal ini bertolak belakang dengan semangat pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang tengah digencarkan pemerintah.
“Indonesia telah diakui sebagai salah satu destinasi utama wisata halal global, dan ini adalah posisi strategis yang patut kita jaga. Kehadiran kasino justru akan merusak citra positif ini serta melemahkan kepercayaan pasar muslim terhadap produk halal Indonesia,” ujarnya melalui pernytaan tertulis di Jakarta, Selasa (3/6).
Sebagai solusi alternatif, Dr Khalifah mendorong pemerintah dan masyarakat untuk lebih mengembangkan sektor-sektor yang produktif dan berkelanjutan. Di antaranya adalah wisata halal, ekonomi kreatif syariah seperti fashion muslim, kosmetik halal, dan teknologi finansial berbasis syariah (fintech syariah).
Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya mendorong ekspor produk agrosyariah yang memiliki potensi besar di pasar global.
“Kami percaya bahwa ekonomi yang dibangun atas dasar keadilan dan nilai-nilai syariah akan memberikan dampak jangka panjang yang positif, tidak hanya secara ekonomi tetapi juga sosial,” tambahnya.
Dalam pesannya kepada generasi muda, Dr Khalifah mengajak mahasiswa dan wirausahawan muda untuk menjadi pelaku usaha halal yang inovatif dan fokus pada pengembangan sektor riil.
“Mari menjadi pelaku usaha halal yang inovatif, membangun sektor riil yang produktif, dan meninggalkan ekonomi spekulatif yang justru merusak nilai dan masa depan bangsa,” pungkasnya. *