Nasional

Simak Sejumlah Fakta Soal Kapal Madleen yang Wajib Anda Ketahui

Oleh : Rikard Djegadut - Rabu, 11/06/2025 05:45 WIB


Jakarta, INDONEWS.ID - Pasukan Israel mencegat Kapal Madleen yang membawa bantuan untuk Gaza pada Senin dini hari, ketika kapal tersebut mendekati Pantai Gaza. Misi kapal ini menarik perhatian media internasional sejak pertama kali lepas jangkar dari Catania di Italia, 1 Juni 2025. Israell telah bersumpah untuk menghentikan kapal tersebut.

Spekulasi tentang bagaimana Israel merespons kapal yang mendekati Pantai Gaza itu merebak. Israel terkenal dengan tindakan brutal mereka di masa lalu dalam menyerang kapal-kapal bantuan ke Jalur Gaza, Al Jazeera melaporkan.

Kapal Madleen adalah bagian dari Koalisi Freedom Flotilla, sebuah aliansi internasional yang terdiri dari para aktivis dan kelompok-kelompok yang berdedikasi untuk menentang blokade maritim atas Gaza.

Meskipun banyak upaya Israel untuk mengintervensi, koalisi ini tetap menyelenggarakan pelayaran yang bertujuan untuk memberikan bantuan kemanusiaan dan menarik perhatian pada situasi kemanusiaan yang parah di wilayah yang diblokade tersebut.

Inilah yang perlu Anda ketahui tentang Madleen, awaknya dan apa yang terjadi selanjutnya:

Angkatan Laut Israel mencegat dan menyita kapal kemanusiaan Madleen, yang membawa bantuan yang sangat dibutuhkan ke Gaza, dan saat ini sedang menariknya ke pelabuhan Ashdod yang diduduki Israel, sebagaimana dilaporkan Al Mayadeen.

Kapal yang dioperasikan oleh Koalisi Freedom Flotilla ini berada sekitar 185 km dari Pantai Gaza ketika pesawat tak berawak Israel mengepungnya sekitar pukul 03.00 dini hari waktu setempat, dan menyemprotkan zat berwarna putih seperti cat ke kapal tersebut sebelum pasukan komando menaikinya.

Sifat pasti dari zat ini masih belum diketahui. Ke-12 aktivis pro-Palestina yang berada di dalam kapal, termasuk aktivis iklim terkemuka Greta Thunberg dan Anggota Parlemen Eropa asal Prancis Rima Hassan, ditahan tanpa ada yang terluka. Pasukan Israel menginstruksikan para aktivis untuk membuang telepon genggam mereka ke laut dan kemudian memberi mereka makanan dan air.

Tentara Israel memerintahkan 12 orang yang berada di kapal, termasuk aktivis iklim Swedia Greta Thunberg, untuk melemparkan ponsel mereka ke laut. Mereka kemudian merekam sebuah video, memberikan roti lapis dan botol air kepada para awak kapal, dan menulis di X bahwa "kapal pesiar selfie" telah dihentikan.

Kapal tersebut membawa bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina yang kelaparan di Gaza akibat pengepungan ketat yang diberlakukan sejak 2 Maret lalu.

Pengepungan tersebut telah dicabut sebagian bulan lalu, namun distribusi bantuan sejak saat itu menjadi bencana, karena tentara Israel menembaki warga Palestina yang mengantre untuk mendapatkan jatah terbatas yang didistribusikan, dan bantuan masih belum menjangkau sebagian besar warga Gaza.

Respon Kemenlu Israel

Kementerian Luar Negeri Israel menyatakan bahwa kapal tersebut sedang diarahkan ke pantai Israel dan para penumpang diperkirakan akan dideportasi ke negara asalnya.

Kementerian menolak misi tersebut sebagai aksi media dan menegaskan bahwa bantuan secara teratur dikirim ke Gaza melalui saluran yang telah ditetapkan, dan menegaskan bahwa blokade angkatan laut adalah legal berdasarkan hukum internasional.

Para aktivis telah berlayar dari Sisilia pada tanggal 1 Juni, dengan tujuan untuk mendobrak blokade dan mengirimkan pasokan seperti susu formula, peralatan medis, dan makanan kepada warga Palestina yang menderita di bawah pengepungan.

Pencegatan tersebut terjadi di perairan internasional, hal yang diperdebatkan oleh banyak pemerintah yang menganggap blokade Israel ilegal. Di bawah hukum internasional, negara dan militernya hanya memiliki hak berdaulat atas perairan teritorial mereka, bukan perairan internasional.

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, memerintahkan militer untuk mencegah kapal tersebut mencapai Gaza dan dilaporkan telah menunjukkan kepada para aktivis yang ditahan sebuah film propaganda tentang Hamas. Koalisi Freedom Flotilla telah kehilangan kontak dengan kapal tersebut setelah kapal itu dibajak.

Siapa Saja yang Berada di Kapal Tersebut?

Ada 12 orang di dalam kapal, yang paling terkenal adalah Thunberg dari Swedia dan Rima Hassan, anggota Parlemen Eropa dari Prancis.

Yang lainnya adalah: Yasemin Acar - Jerman; Baptiste Andre - Prancis; Thiago Avila - Brasil; Omar Faiad - Prancis; Koresponden Al Jazeera Mubasher; Pascal Maurieras - Prancis; Yanis Mhamdi - Prancis; Suayb Ordu - Turkiye; Sergio Toribio - Spanyol; Marco van Rennes - Belanda
Reva Viard - Prancis

Media Israel melaporkan bahwa kapal Madleen dan para awaknya dibawa ke kota pelabuhan Ashdod. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan bahwa ia telah menginstruksikan militer untuk memutar film propaganda yang terdiri dari cuplikan-cuplikan serangan 7 Oktober yang dipimpin oleh Hamas kepada para kru Madleen.

Katz menulis di X bahwa "Greta yang antisemit dan teman-temannya yang mendukung Hamas harus melihat dengan jelas seperti apa sebenarnya organisasi teroris Hamas - yang mereka dukung dan mengatasnamakan mereka – sebenarnya.”

Bagaimana Israel Menangani Para Aktivis?
Menurut laporan Israel Hayom, Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel, Itamar Ben-Gvir, telah memerintahkan untuk menyiapkan sel terpisah bagi para aktivis dari kapal Madleen di Penjara Givon, Ramla, tempat mereka akan ditahan sebelum dideportasi.

Para aktivis ini akan dibawa ke pejara dengan menggunakan kenderaan dengan jendela tertutup setibanya di Ashdod, untuk menghindari perhatian publik.

Mereka dilarang untuk memiliki simbol-simbol pro-Palestina selama masa penahanan. Ben Gvir juga menutup akses mereka untuk barang-barang elektronik seperti televisi dan radio di dalam sel.

Tanggapan Negara Asal

Hanya Spanyol dan Turki yang mengutuk pencegatan kapal Madleen. Kementerian Luar Negeri Spanyol memanggil Kuasa Usaha Israel di Madrid, Dan Poraz.

Turki mengutuk penolakan Israel untuk mengizinkan kapal tersebut berlabuh di Gaza. Mereka menyebut tindakan Israel sebagai "pelanggaran nyata terhadap hukum internasional".

Terkait penahanan Greta Thunberg dan 11 aktivis lainnya yang berada di atas kapal Madleen, yang sedang menuju Gaza, Menteri Luar Negeri Swedia Maria Malmer Stenergard menyatakan bahwa pemerintah Swedia telah lama memperingatkan agar tidak melakukan perjalanan ke Gaza.

Stenergard menekankan bahwa para aktivis tersebut memikul "tanggung jawab pribadi yang jelas." Pemerintah Swedia tidak percaya bahwa para aktivis tersebut berada dalam bahaya dan tidak melihat perlunya dukungan konsuler. Swedia adalah negara asal Greta Thunberg.

Belum ada tanggapan tanggapan langsung dari pemerintah Brasil, Jerman, Prancis, atau Belanda - negara-negara lain yang warganya berada di kapal Madleen.

Artikel Lainnya