Nasional

Riset Big Data Tim INDEF: Sentimen Negatif Program MBG Capai 97 Persen, BGN dan SPPG Paling Disorot

Oleh : very - Rabu, 15/10/2025 21:10 WIB


Keracunan MBG. (Foto: CNNIndonesia)

Jakarta, INDONEWS.ID – Pada 100 hari pertama pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (20 Oktober 2024-Desember 2024), sentimen negatif terhadap program Makan Bergizi Gratif (MBG) mencapai 71,8 persen.

Sentimen negatif terhadap program tersebut terus meningkat hingga tembus 97,00 persen di bulan September 2025.

Hal itu terungkap dalam hasil Riset Big Data Tim INDEF, yang diluncurkan pada hari ini, di Jakarta, Rabu (15/10/2015).

Wahyu Tri Utomo dalam riset yang berjudul “Martabat BGN Pasca Keracunan” itu mengatakan bahwa dasar riset Big Data Indef mencapai 8 ribuan siswa yang mengalami keracunan makan bergizi gratis.

Data Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat hingga akhir September 2025 sebanyak 8.649 anak mengalami gejala keracunan MBG. Banyak siswa yang mengalami keracunan akibat kontaminasi Salmonella dan Bacillus cereus. Keracunan diduga akibat proses pengolahan, penyimpanan, dan penyajian makanan yang tidak memenuhi standar kebersihan dan keamanan pangan.

Metodologi riset menggunakan AI atau Machine Learning Big Data Indef yang melakukan crawling data yang berasal dari percakapan public (netizen) dari dua sumber utama yaitu X (Twitter) dan Tiktok. Percakapan itu untuk melihat sentimen terhadap Badan Gizi Nasional (BGN) dan program makan bergizi gratis (MBG).

“Keduanya (X dan Tiktok) banyak dipakai oleh para netizen di Indonesia. Total data yang dihasilkan sangat besar dalam waktu singkat, hampir setengah juta percakapan atau 444,9 ribu,” ujar Wahyu.

Wahyu mengungkapkan, keracunan merupakan kasus yang paling disorot oleh netizen. Pasalnya, MBG seharusnya tidak boleh ada kasus keracunan (zero accident).

Netizen misalnya membandingkan dengan sektor penerbangan, kapal laut hingga kereta api yang tidak boleh ada zero accident, karena menyangkut nyawa manusia.

Dia mengatakan, sentimen terhadap pelaksaan MBG sangat negatif. Netizen ramai-ramai mengeritik program MBG yang dinilai boros, selanjutnya siswa mengalami keracunan, hingga menjadi ladang korupsi.

“Karena itu, netizen menyerukan agar program tersebut segera dievaluasi, meningkatkan kasus keracunan siswa, penyelenggara program yang bermasalah, dapur fiktif, hingga dugaan korupsi menjadi beberapa alasan,” katanya.

Di sisi lain, kata Wahyu, sebagian kecil netizen berharap agar program tersebut tetap lanjut, karena dinilai memberikan manfaat. Walau netizen juga tahu bahwa program itu perlu terus diperbaiki.

Riset tersebut juga melihat adanya kelemahan tim istana yang sama sekali tidak memantau sentimen publik tersebut. Padahal, kata Wahyu, sentimen negatif tersebut sudah terjadi sejak awal kabinet, namun tidak direspon oleh tim komunikasi.

Pada awal September misalnya, sentimen negatif terhadap program MBG di angka 85 persen, kemudian naik hingga menjadi 97 persen pada minggu ke-4.

“Jika dibandingkan dengan 100 hari pemerintahan Prabowo-Gibran, sentimen negatif mengalami kenaikan, kasus keracunan menjadi salah satu penyebab meningkatnya sentimen negatif terhadap MGB,” ujarnya.

 

BGN dan SPPG Jadi Instansi yang Paling Banyak Disorot

Riset juga menemukan bahwa Badan Gizi Nasional dan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) merupakan dua institusi yang paling banyak mendapat sorotan atau eksposure netizen. Hal itu terbukti dari kasus keracunan makanan yang cukup masif dalam perbincangan netizen beberapa bulan terakhir.

“Eksposure instansi/lembaga BGN mencapai 22,534, SPPG mencapai 6,009, BPOM 287, dan Kementerian Sosial 21,” ujarnya.

Karena itu, kata Wahyu, netizen mendorong BGN, selaku pihak yang bertanggung jawab, untuk segera melakukan evaluasi agar kasus serupa tak semakin bertambah.

Walau dari awal program MBG mendapat sorotan negatif para netizen, mereka masih berharap agar program tersebut dapat meningkatkan gizi anak. Walau demikian, mereka masih tetap was-was dengan realisasi program karena dinilai rawan korupsi itu.

Kini, kata Wahyu, selain isu korupsi, publik menjadi semakin resah dengan ribuan kasus keracunan MBG yang menimpa anak mereka. *

 

Artikel Lainnya